Part 4 - Menyusup

138 23 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.



Sejak 30 menit yang lalu, Jeno terus menoleh ke arah orang yang duduk tak tenang di sebelahnya. Berulang kali pemuda bersurai pirang itu bertanya tentang banyak hal, dari yang bisa Ia pahami sampai pertanyaan tak masuk akal. Meski begitu, Jeno akan senantiasa menjawab nya dengan tenang walau penuh dengan keheranan.

"Kenapa burung bisa terbang tapi kita tidak?" Pertanyaan itu melayang ketika mereka hampir melewati gerbang utama kediaman Elbenezer. Jeno mengikuti arah pandang Jaemin ke luar jendela mobil. Ia menemukan apa yang menjadi perhatian saudaranya, tak lain adalah kawanan burung bangau yang terbang rendah, sepertinya menuju rawa tak jauh dari sana.

"Karena takdir tuhan!" Belum sempat Jeno membalasnya, Jaemin sudah menjawab pertanyaannya sendiri. Membuat Jeno terkekeh tak habis pikir. Sang supir yang mendengar percakapan itu sesekali melirik ke arah belakang guna memastikan kedua tuan mudanya baik-baik saja. Dia tak pernah melihat mereka berinteraksi seakrab itu karena Jaemin yang kaku dan irit bicara.

Sementara Jeno hanya tersenyum hingga matanya menggaris. Dia tidak tahu kalau Jaemin bisa seekpresif ini. Seumur hidupnya, Jeno hanya mengingat Jaemin dengan wajah kaku, malas, dan kadang Ia bisa melihat senyum kecil. Yang terakhir adalah hal yang sangat langka.

Namun kini dia menemukan sesuatu yang luar biasa langka. Perilaku aneh Jaemin. Dia hanya bisa menduga ada sesuatu yang mengguncang jiwa anak itu selepas Ia pergi dari kelas E siang tadi.

Setelah melewati pepohonan yang rimbun, mereka akhirnya sampai di rumah utama Elbenezer. Bangunan besar itu sepi, hanya terlihat beberapa pelayan yang membersihkan rumah. Mereka menyapa ketika melihat mereka pulang dan kembali sibuk dengan urusannya.

Melangkah lebih jauh, Jaemin merasakan kelenggangan yang makin jelas. Rumah itu menjadi terang benderang kala siang, karena tirai-tirai jendela disingkap dan cahaya matahari menerobos masuk mengusir nuansa suram yang menempel pada dinding rumah.

Jaemin merasakan pandangan nya memburam dan jantungnya berpacu kencang. Dia merasakan tubuhnya tak baik-baik saja, namun pikirannya berkata lain. Sepertinya, dia butuh istirahat.

Baru akan melangkah ke pavilium belakang, cengkeraman kuat di lengannya berhasil membuat Jaemin menghentikan langkah. Dia melihat Jeno yang telah menahannya untuk pergi dengan pandangan bertanya.

"Kau oke? Kurasa kau tidak baik-baik saja. Sedari tadi kau terus bertingkah tidak biasa."

"Memang aku kenapa?" Bukannya menjawab, Jaemin malah balas bertanya.

Mendengar itu, Jeno menggeleng, merasa dia hanya terlalu khawatir. Seharusnya dia senang Jaemin menjadi terbuka seperti ini, apalagi wajah itu terus memasang senyum yang membuatnya terlihat manis.

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang