Part 25

121 18 4
                                    

.

Tengah malam, dia terbangun.

Bukan tanpa sebab ia ditarik dari dunia mimpi yang melenakan, tak lain hal itu terjadi karena suara berisik dari unit apartemen sebelah yang entah sedang melakukan apa.

Renjun mengerang kesal sambil menendang jauh selimutnya.

"KAU TAHU TIDAK INI SUDAH MALAM BODOH?!" Teriaknya sambil melempar dinding kamar dengan bantal, berharap suara berisik itu berhenti dan dia dapat segera kembali tidur.

Tidak berhasil.

Ketukan keras yang bertalu itu masih menyerang rungunya dengan sangat mengganggu.

Baik, tak ada pilihan lain, Renjun memutuskan untuk keluar kamar bermaksud menegur si tetangga berisik.

Di pintu sebelah apartemennya, dia mengetuk bidang datar itu dengan tak sabar. "Aish! Tetangga tidak tahu sopan santun! KELUAR"

TOK TOK TOK

Beberapa saat menunggu, pintu itu tak kunjung terbuka. Kepalang kesal, dia semakin bertenaga untuk mengetuk pintu di depannya hingga nyaris bergetar.

DUGG DUGG DUGG!!

Bukannya berhasil, gedoran kerasnya justru membuat pintu-pintu lain terbuka, lalu muncullah beberapa orang dengan muka kuyu karena dibangunkan tidur dengan terpaksa.

"Yaak! Kau gila? Matamu hilang tak melihat ini tengah malam?!" itu adalah tetangga galak nomor 322. "Sialan! Jika kau membuat keributan sekali lagi, aku tak segan menendangmu dari lantai ini!"

Brak!!

Pintu menutup keras sebelum dia sempat membalas.

Beberapa pintu ikut menutup disertai gerutuan samar.

Renjun mendengus sebal. "Kau yang gila dasar tua bangka!"

Pria tua itu tidak pernah berubah sejak pertama kali dia datang kemari.

Sementara dari pintu 325, seorang wanita tua yang hidup sendirian masih mengamati nya dengan alis berkerut.

"Hei nak, kenapa ribut sekali malam-malam?"

Karena nada ramahnya itu, Renjun harus menahan dirinya untuk tidak berteriak meskipun dia masih kesal. Di tunjuknya pintu di depannya dengan penuh dendam.

"Aku tidak bisa tidur! pria pengangguran di dalam sana sedari tadi entah melakukan apa. Berisik sekali, apa Nyonya tidak mendengarnya?"

Tapi kala mengatakan itu, dia menyadari bahwa tidak lagi terdengar suara dari dalam apartemen 324. Sedikit cerita, Bilik apartemen itu disewa seorang pria akhir dua puluhan seorang diri. Dia tidak bekerja, dan kesehariannya hanya menghabiskan waktu di dalam rumah dengan menyetel musik dengan suara keras. Meski sudah ditegur olehnya atau tetangga yang lain, pria itu selalu mengulang lagi di kesempatan berikutnya. Begitulah kenapa dia kesal, bahkan sampai malam pun orang itu tetap merusuh. Dirinya sangat merasa dirugikan!

"Renjun, kau tidak tahu?"

Wanita tua itu menghampirinya, keningnya makin berkerut, mengundang tatap penasaran. Dia tampak segera untuk bicara.

"Penghuni apartemen 324 sudah meninggal dua hari lalu, petugas keamanan menemukannya nyaris membusuk dan melaporkannya ke polisi."

**

Renjun masuk ke dalam kelas pagi itu dengan wajah kuyu. Tadi pagi dia sudah memastikan kebenarannya pada Winwin tentang tetangga 324, memang benar katanya penghuni apartemen itu ditemukan gantung diri di dalam ruang tamu. Yang menemukan jasadnya bukan lah polisi, tapi serombongan penagih hutang yang malang. Bukannya mendapatkan uang mereka kembali, tapi malah menemukan peminjamnya kabur dengan cara bunuh diri.

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang