Mereka hanya ingin bertahan hidup.
WARNING! This story's about dystopia city. May include horror, violence, blood, and many things that not suitable for children under 18th. [Minimal romantic scene]
Starring:
NCT Jaemin & Renjun, as the main charact...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—
Shotaro dan Sungchan kembali saat jam makan siang tiba.
"Urusan kalian berjalan lancar?" Tanya Renjun ketika menemukan keduanya berdiri di ambang pintu ruang makan, satu dengan wajah polos dan satunya lagi berwajah masam.
Shotaro dan Sungchan kembali saat jam makan siang tiba.
"Urusan kalian berjalan lancar?" Tanya Renjun ketika menemukan keduanya berdiri di ambang pintu ruang makan, satu dengan wajah polos dan satunya lagi berwajah masam.
"Duduklah, akan ku panggilkan tuan muda Song."
Selepas Renjun pergi, Shotaro melunturkan senyum dalam sekejap mata dan Sungchan berdecak keras.
"Aku benci orang seperti dia." Kata Sungchan.
Shotaro melihat-lihat menu di meja yang cukup banyak. "Kau mau menyingkirkannya? Aku baru saja membuat peti kayu kalau kau mau coba."
"Untuk perempuan itu?"
"Untukmu."
"Sial. Enyah kau!"
Shotaro terpingkal. "Sebencinya dirimu dengan wanita, kau tidak bisa membunuhnya setelah tuan Marlon sendiri yang menyelamatkannya, bodoh!"
Tuan Marlon? Bukankah Jungwoo yang menyelamatkannya?
Tanpa mereka sadari, sepasang telinga yang bersembunyi di balik pintu ruang makan baru saja pergi tanpa suara.
**
Makan siang berlalu tanpa Jungwoo. Hal itu tampaknya bukan sesuatu yang tidak biasa bagi penghuni rumah.
Renjun sempat bertanya hanya untuk sekadar basa-basi, yang dijawab dengan baik hati oleh Eunseok bahwa pekerjaan Jungwoo mungkin sedikit lebih banyak hari ini. Selepas mendengarnya, Renjun harus menahan bibirnya yang akan menanyakan lebih: dengan orang dari kota itu? Raut tenang Eunseok membuatnya tak ingin melanjutkan. Wajah polos itu membuat Renjun bersimpati.
Rumah itu sepi lagi selepas makan siang.
Eunseok kembali ke ruangannya, pasti menghabiskan waktu dengan bertumpuk bacaan lagi, pikir Renjun miris.
Sementara dua bocah kembar beda tinggi, alias Sungchan dan Shotaro, menghilang lagi entah kemana. Berakhirlah Renjun menghabiskan sisa sore itu sendirian di dalam ruangannya di manor itu yang bau apak, namun sepertinya tak mengganggu kantuknya yang datang tak lama setelah Ia masuk ke dalam kamar.
Bertemu pembaringan, Renjun langsung saja rebah di atasnya. Baru disadari bahwa tubuhnya masih kaku dan mudah letih. Dia sudah meminum obat anti peradangan dan pengurang rasa sakit, mungkin obat itu yang membuatnya mengantuk sekarang.