Part 16 - Nighty Night and Nakamoto's

113 17 0
                                    


Kali ini, Jaemin tidak akan kecolongan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali ini, Jaemin tidak akan kecolongan. Tidak disaat bayangan menjengkelkan itu sendiri yang memancingnya untuk keluar paviliun dan hadir dalam pandangannya seolah berniat mengejek.

Kakinya dengan cepat melangkah memasuki kediaman utama tanpa suara. Ketika dia melewati ruang keluarga, ruang besar itu telah disulap menjadi aula yang rapi dan meriah. Dia kemudian ingat jika besok adalah hari besar. Melihat dekor dan segala macamnya meski sekilas, perayaan itu akan berlangsung dengan sangat-sangat meriah.

 Tapi itu tak lantas membuatnya peduli. Yang dia incar kini sudah berada sangat dekat dengannya. Jaemin tak bisa lagi kehilangan.

Dia tak yakin hantu bisa bermain-main, apalagi berlaku seperti itu. Tapi dia yakin makhluk itu baru saja menertawakannya yang tengah melihat ke segala arah dengan waspada. Saat siluet itu berdiri di belakangnya dan berkelebat mengelilingi tubuhnya dengan cepat, dia yakin sesuatu itu jelas bukan golongan manusia.

Namun dugaannya kembali meragu.

Kala benda itu mendekat sekali lagi, Jaemin merasakan permukaan padat saat tak sengaja menyentuh kibar hitam yang dipakai sosok itu. Hantu tidak memiliki elemen nyata, setidaknya itu yang ia bayangkan selama ini. Tapi jelas-jelas Jaemin dapat merasakan strukturnya yang padat dan tekstur dari benang yang dipintal kasar. Lalu apa yang selama ini Ia kejar?

Sebelum Jaemin memastikannya, sosok itu menghilang lagi, dan Jaemin melihat seberkas hitam melesat naik.

Dia mengikutinya, tak sabar menelusuri koridor dan menyadari lagi-lagi dirinya berada di lorong timur, di lantai paling atas hunian.

Udara Nessel di malam hari terasa membekukan tubuhnya, terasa lebih dingin dari biasanya di tempat ini. Tapi hal itu tidak cukup menghentikan langkahnya untuk mencari tahu lebih dalam.

Area itu masih sama seperti yang Ia ingat, hampir seminggu yang lalu ketika dia menyusup kali terakhir. Di sisinya, gorden-gorden merah pekat telah diganti menjadi warna tulang, berkibar sebab jendela yang dibiarkan terbuka. Lampu tetap padam, tapi cahaya bulan penuh cukup membantu penglihatannya, dia masih bisa membedakan bayangan hitam dengan gelap yang nyaris menyatu.

Namun bayangan itu tidak lagi tertangkap mata. Seolah memang disini, mereka atau dia, atau apapun itu, berakhir.

Kenapa hal aneh itu selalu menghilang di sini?

Di tengah suasana membingungkan itu, telinga nya menangkap samar-samar ketukan langkah kaki dari ujung lorong.

Ada yang datang.

Jaemin mencoba mencari tempat untuk bersembunyi dan mengingat hal penting bahwa seluruh ruangan di lorong tunggal ini selalu terkunci kecuali ruang utama kamar tidur orang tuanya.

Jarak menyempit. Langkah kaki itu semakin mendekat.

Mata Jaemin meliar, dan dia tak memikirkan apapun lagi ketika netranya menangkap malam dari kotak jendela.

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang