بسم الله الرحمن الرحيم
AssalamualaikumHappy reading!
Jangan lupa tandain typo ya!
.
.
.Syifa memijit kakinya yang terasa kram. Ia baru saja selesai melaksanakan shalat isya. Ia sangat ingin istirahat, tapi ia sadar akan posisinya sekarang. Ia adalah seorang istri berkedok pembantu. Syifa terkekeh sendiri, ia menertawai dirinya.
"Kan, kepala Syi mulai lagi. Ih, gak enak banget,"
"Darah?" Syifa terkekeh melihat darah yang keluar dari hidungnya. Apanya yang lucu coba?
"Kok bisa?" tanyanya pada diri sendiri. Ini memang bukan yang pertama kalinya, Syifa tau penyebabnya karena apa.
"Syi fikir, tadi pewarna." ungkapnya.
Ia mengambil tisu lalu membersihkan darah yang mengalir di hidungnya. Setelah bersih ia menatap dirinya di pantulan cermin.
"Syi kecapekan kayanya, jangan capek dong tubuh, nanti Syi gak bisa berbakti sama suami Syi."
Syifa keluar dari kamarnya, ia melihat Melati dan Bi Iin menyiapkan beberapa makanan. Ia berjalan tertatih mendekati.
"Syi bantu ya,"
Bi Iin tersenyum menanggapi. Melati kasian melihat Syifa, tertera sekali bahwa dirinya kelelahan. Tapi gadis itu masih berusaha melaksanakan tugasnya.
Syifa melap beberapa piring yang akan digunakan.
"Kok piringnya agak banyak, Mbak?" tanyanya pada Melati.
"Tuan besar sama Nyonya besar udah sampai,"
Syifa mengangguk lalu tersenyum, mertuanya ternyata sudah datang. Ia tersenyum geli saat menyebutkan kata mertua dalam hatinya. Apa dirinya masih memiliki hak?
"Ar, kamu bilang ada art baru. Mana?" tanya Anisa ketika mereka berkumpul di ruang makan.
"Ah, mungkin di belakang Ma," jawabnya acuh.
"Abang Aar, Tasya mau itu ih,"
Tasya, gadis berusia delapan tahun itu nampak merengek karena sang Abang mengambil pudding miliknya.
"Arga, jangan memulai pertengkaran. Kembalikan pudding itu." perintah Abimanyu.
"Pudding ini enak, Bi Iin yang bikin?" tanya Anisa.
"Kayanya," jawab Reyhan.
"Aunty!! kata Mommy, Tasya tinggal di sini sampai liburan Tasya berakhir. Artinya satu Minggu Tasya di sini."
"Dih, dikira tempat penampungan anak." Reyhan menjulurkan lidahnya ke arah Tasya. Membuat gadis itu cemberut.
"Rey..."
"Mama mau lihat art baru kita. Mana?" tanyanya.
"Melati!"
Melati yang merasa namanya di panggil, segera menuju ruang makan keluarga Pradipta.
"Panggilkan pelayan cacat itu!"
"Arga!" peringat Anisa.
"Maksud saya Syifa." Arga meralat ucapannya.
Melati mengangguk lalu memanggil Syifa. Syifa berjalan dengan tertatih menuju tempat makan mereka. Ia tersenyum sebagai sapaan.
Anisa berdiri lalu meneliti penampilan Syifa. Tertutup sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Terakhir [End]
Spiritual"Kakak kenapa suka senja? padahal pelangi juga cantik. Tapi kenapa ya mereka hanya datang sebentar?" "Senja itu cantik, tapi hanya sesaat. sama halnya seperti pelangi. Nah untuk pertanyaan, kenapa mereka datang cuman sebentar, karena Allah ingin men...