19. fragile heart

8.4K 682 43
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

Jangan lupa, votement ya yaw, jgn jadi siders!

Tandai typo!

Happy reading!

🖤🖤🖤

'Senyum yang paling mahal adalah senyum dalam keadaan sukar, karena saat itu kita sedang tersenyum kepada pemberi ujian yaitu Allah SWT. '

- Ustadzah Asma' Harun

.
.
.

Syifa tersenyum getir ketika melihat rambutnya yang mulai banyak rontok. Ia baru saja selesai melaksanakan shalatnya setelah tertidur selama satu malam di samping kolam renang. Ia mulai meminum beberapa obatnya lalu menghela napas dengan pelan. Kepalanya pusing sekali.

"Kalau Syi botak, Tuan Arga masih mau gak ya?" ia terkekeh seraya menatap nanar pantulan dirinya di depan cermin.

"Ngomong apa sih?! Tuan Arga cinta aja nggak sama aku. Eh, tapi cinta gak harus terbalas, kan ya?" tanyanya pada pantulan dirinya sendiri.  "Padahal aku nggak kemo, kok bisa mulai rontok ya? Apa orang yang mengidap leukimia memang seperti ini?" ia mengerucutkan bibirnya sebal. Kembali mengumpulkan rambutnya yang rontok.

Ia menulis sesuatu di buku yang baru saja ia keluarkan dari laci nya.

'Selamat berkurang umur, Syi!'

Syifa terkekeh melihat tulisannya tersebut. Saat ia berulang tahun, biasanya Bilqis lah orang yang selalu mengucapkan selamat kepadanya. Tapi, kemarin Bilqis tidak mengucapkan apapun. Apa karena ia mengkhawatirkan dirinya makannya Bilqis tidak sempat memberikan ucapan selamat?

Syifa melirik jam yang ada di depannya. Masih jam setengah lima lebih sepuluh menit. Ia masih bisa istirahat kan? Kepalanya berdenyut sangat hebat. Syifa berjalan dengan tertatih lalu merebahkan dirinya di atas kasurnya. Memejamkan matanya, berusaha mengistirahatkan pikirannya dan juga tubuhnya.

                                 *****

Arga melirik jam yang ada di atas nakas, pukul tujuh. Ia menghela napas, lalu berjalan menuju balkon kamarnya. Ia melirik sekitar kolam renangnya, bukannya wanita itu tadi malam tidur di situ? Ah, ia lupa. Wanita itu bangun sangat pagi. Mungkin saja ia sudah bangun dan mulai melaksanakan rutinitas paginya.

Arga mengusap pipinya. Rasanya tamparan wanita kemarin tidak terlalu sakit. Tapi, kenapa ia selalu memikirkannya? Masih tercetak jelas raut kecewa dan sedih dari wanita tersebut. Ekspresi yang selalu di tampilkan saat mulai menginjakkan kakinya di rumah ini. Arga menghela napas kembali, harusnya ia tidak memikirkan hal ini. Ini hanya membuat dirinya merasa kasihan dan merasa bersalah. Lalu, nanti ia akan lupa dengan dendamnya. Jangan harap!

Masih tercetak jelas bagaimana saat itu mobil Raka berusaha mencelakai dirinya ketika keluar dari cafe. Saat itu ia akan makan siang bersama ayahnya.

Flashback

"Arga sudah di cafe Pa, Papa dan Rey kapan ke sini? Arga baru saja selesai makan." Arga yang saat itu berusia 16 tahun menghela napas setelah menelpon sang Ayah. Katanya otw, tapi dari tadi belum sampai. Otw kemana coba?

Arga menghela napas kembali, lalu berjalan keluar dari cafe tersebut. Ia merogoh sakunya mencari kunci motornya, Arga menggerutu tak jelas saat menyadari bahwa motornya masih di perbaiki di bengkel yang ada di depan cafe ini.

Senja Terakhir [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang