السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
Marhabba 👋
Tandain typo dan jangan siders!
Yang jadi siders gak ada niatan mau jadi pembaca yang bijak gitu?
Happy reading!
🖤🖤🖤
"Di saat aku ingin menggenggamnya, kenapa semesta seolah menyuruhku untuk melepasnya?"
Arga Pradipta-- Senja terakhir
.
.
.
"Gimana?" tanya Arga kepada Alfi yang baru saja keluar dari ruangan Syifa. Semua orang sudah berkumpul di depan ruangan Syifa. Abimanyu langsung menelpon istrinya setelah menyaksikan bagaimana anaknya melampiaskan amarahnya. Karena hanya istrinya lah yang bisa meredam amarah Arga.Bertepatan dengan kedatangan Anisa dan Reyhan saat itu juga Papa dan Umma Bilqis datang.
"Kondisi Syifa mengalami penurunan total. Kita membutuhkan pendonor sumsum tulang belakang secepatnya. Hasil laboratorium lo juga belum keluar. Kita masih harus menunggu sampai dua jam kedepan. Dan Syifa benar-benar membutuhkan pendonor secepat mungkin." Arga langsung mundur beberapa langkah. Dirinya seolah tidak memiliki pijakan setelah mendengar Alfi mengatakan hal tersebut. Arga meremas rambutnya dengan kuat.
Ingin sekali dirinya berteriak dan memaki dirinya bodoh! Kenapa dirinya tidak bisa menjaga Syifa?!
"Sahabatku harus sembuh... Dia bisa sembuh..." gumam Bilqis yang menangis di pelukan Ummanya.
"Apa ada cara lain selain donor tulang sum sum, Fi?" tanya Anisa seraya mengusap air matanya.
"Mohon maaf Tante, tapi sekarang ini kita hanya berharap adanya pendonor untuk Syifa,"
"A--ku ingin menemuinya," pinta Arga dengan lirih.
Alfi menatap Arga sekilas, lalu mengangguk dengan mantap. Setelah mendapatkan lampu hijau, Arga langsung masuk ke ruangan tersebut.
Arga tak dapat menahan tangisnya ketika melihat istrinya benar-benar tidak berdaya di atas brankarnya. Tangannya dengan bergetar menggenggam tangan Syifa. Mencium tangan dingin istrinya berulang kali.
"Bertahan ya sayang, sampai hasil laboratorium keluar. Dan semoga hasilnya cocok. Kamu akan bisa kembali menampilkan senyum indah ini. Tahan sebentar lagi, oke?" Arga kembali menuntun tangan Syifa untuk dirinya cium.
Arga terisak. Ya Tuhan, bolehkah dirinya meminta agar istrinya kembali sehat? Dirinya tidak ingin kehilangan istrinya. Begitu banyak kesalahan yang dirinya lakukan. Biarkan dia yang pergi terlebih dahulu, tidak untuk Syifanya. Dia sangat tidak ingin kehilangan Syifa. Syifa sudah cukup menderita di dunia ini. Dirinya hanya ingin membuat Syifa bahagia.
"Sayang, kamu dengarkan aku ngomong apa? Aku gak ridho kalo kamu pergi sebelum aku. Aku masih butuh banyak waktu untuk memberikan apa yang kamu mau. Aku masih perlu menghabiskan lebih banyak waktu bersama kamu. Sayang, please... Jangan bikin aku takut. Buka mata kamu sayang." pinta Arga seraya mencium dengan sayang kening Syifa.
"Kamu tadi nyuruh Bilqis buat manggil aku, kan? Aku udah disini sayang. Sekarang, ayo buka mata kamu. Kamu pengen ngomong apa, hm?"
Arga merasakan pergerakan dari tangan yang ia genggam. Senyum kecil terbit di wajahnya bersamaan dengan air matanya yang terjatuh. Syifa membuka matanya dengan sayu. Dirinya menatap Arga yang balas menatapnya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Terakhir [End]
Spiritual"Kakak kenapa suka senja? padahal pelangi juga cantik. Tapi kenapa ya mereka hanya datang sebentar?" "Senja itu cantik, tapi hanya sesaat. sama halnya seperti pelangi. Nah untuk pertanyaan, kenapa mereka datang cuman sebentar, karena Allah ingin men...