بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum.
Happy reading!
Jangan lupa tandain typo!
.
.
.
.Syifa menatap takjub interior kamar dengan nuansa abu-abu di depannya. Benar-benar sangat bagus. Syifa berjalan dengan tertatih ke arah king size Arga, ia mulai merapikan tempat tidur Arga yang berantakan. Lalu berjalan menuju nakas, ia mulai membersihkan setiap barang yang ada dari debu dengan kemonceng di tangannya.
Ceklek!
"Sedang apa kamu di kamar saya?!" tanya Arga, geram.
Syifa langsung melihat ke arah Arga. Lalu ia segera menundukan pandangannya, Syifa memilin ujung jilbabnya, ia takut dengan tatapan Arga.
"Udah berani masuk ke kamar saya, hm?" tanyanya dengan seringaian.
"Maaf, Mas--- Tuan. Saya disuruh membersihkan kamar Tuan,"
"Saya tidak suka orang asing masuk ke kamar saya!" tegasnya.
"Apalagi gadis cacat seperti kamu!"
Syifa kembali menunduk, lagi-lagi kekurangannya selalu di bawa-bawa oleh suaminya ini.
"Maaf,"
"Cih, tidak ada kata lain? Dasar gadis bodoh! Lanjutkan pekerjaan mu sialan!" bentaknya, lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Syifa menundukan kepalanya setelah suaminya menghilang di balik pintu kamar mandi. Rasa pusing mendera kepalanya, sudah lama ia merasakan pusing yang tiba-tiba bertamu ke kepalanya. Tangannya tak sengaja menyenggol botol parfum milik Arga.
"Astaghfirullah..." lirihnya.
Ia berjongkok lalu mengambil pecahan botol tersebut.
"Dasar gadis sialan!"
Syifa langsung menegang. Belum genap dua puluh empat jam ia menjadi seorang istri dari Arga, tapi ia sudah berkali-kali membuat Arga emosi. Ia sudah berdosa.
"M--m--af Tuan, saya tidak sengaja." ucapnya menunduk.
"Apa maaf dari kamu bisa mengembalikan parfum saya?! Kamu fikir berapa harga parfum itu?! Dasar gadis sialan! Gadis tidak berguna! Gadis cacat!" umpatnya.
Syifa mengulum bibirnya seraya tertunduk lemas, ia takut.
"Maaf Tuan,"
"Sekali tidak berguna, akan tetap tidak berguna!"
Arga menatap tajam Syifa. Ia mendekati Syifa. Syifa meneguk dengan susah salivanya. Apa yang akan di lakukan suaminya ini?
"Maa---"
Plak!
"Af..." sambung Syifa lirih. Ia merasakan nyeri di bagian pipi kanannya. Tamparan ketiga yang sakitnya sama seperti tamparan yang pernah ia terima dari Ibu dan Ayahnya.
"Keluar dari kamar saya!" tegasnya.
Syifa menunduk, ia takut Allah tidak ridho kepadanya karena membuat suaminya marah besar.
"Maaf Tuan, maafkan saya. Tuan harus ridho, Tuan harus memaafkan saya. Saya takut---"
"Mau di tampar lagi, hm?"
Syifa menggeleng cepat. Memangnya siapa yang ingin tamparan?
"Sekali lagi saya minta ma---"
"KELUAR!!!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Terakhir [End]
Spiritüel"Kakak kenapa suka senja? padahal pelangi juga cantik. Tapi kenapa ya mereka hanya datang sebentar?" "Senja itu cantik, tapi hanya sesaat. sama halnya seperti pelangi. Nah untuk pertanyaan, kenapa mereka datang cuman sebentar, karena Allah ingin men...