السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
Marhabba👋
Jangan lupa ramein narasi dan dialognya ya karena komenan kalian tu benar-benar jadi penyemangat saya.
Happy reading!
Jangan lupa bintang di pojok kiri.
Kalau ada typo tandain yaw.
🖤🖤🖤
'sakit sekali rasanya menjadi saksi keromantisan kalian. Apakah aku tidak memiliki sedikit celah untuk menjadi seperti wanita itu?'
Syifa-- senja terakhir
.
.
.
.Syifa memegang erat perutnya berusaha meredam rasa laparnya. Perutnya perih sekali. Ia melirik jam yang ada di atas nakas, masih jam tiga malam. Tidak mungkin kan jika mertua dan suaminya bangun di jam seperti ini? Ia ingin makan.
Syifa menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia membuka mukenanya lalu memasang jilbab instannya. Ia baru saja menyelesaikan shalat tahajudnya. "Bissmillah aja." ucapnya pelan. Ia mulai berjalan dengan tertatih menuju dapur, membuka tempat ia menyimpan sisa makan malam tadi. Syifa tercengang ketika melihat isi lemari tempat ia menyimpan tadi sudah kosong. Kemana makanan sisanya?
Ia melirik tempat cuci piring, semua bekas tempatnya tadi ada di situ. Tapi, di mana makanan sisanya? Syifa berjalan menuju tempat sampah kecil yang ada di samping kompor. "Astaghfirullah," ucapnya pelan. Mengapa makanannya di buang? Masih banyak orang di luar sana yang tidak bisa makan. Tapi, keluarga ini malah membuang makanannya. Kenapa mereka tidak bersyukur atas nikmat Allah?
"Syi sangat lapar ya Allah, Syi hanya makan tadi pagi," isaknya. Ia melihat dengan nanar makanan yang ada di dalam tempat sampah tersebut. Lantas mengambil piring yang ada. "Gak papa, insyaAllah berkah. Syi tidak ingin mubazir," Syifa mengambil sisa-sisa makanan yang ada di dalam tempat sampah tersebut. Setelah di rasa cukup, Syifa mulai duduk lesehan di lantai dapurnya.
"Bissmillah," suapan demi suapan nasi Syifa masukan ke dalam mulutnya. Syifa tak kuasa menahan tangisnya. Sungguh, sekalipun keluarganya tidak peduli dengan dirinya, ia tidak pernah memakan makanan dari tempat sampah. Baru kali ini ia mengalaminya. Ia meneguk air sebanyak tiga kali setelah menghabiskan makanannya. Sebagaimana hadist nabi Saw.
"لَا تَشْرَبُوْا وَاحِدًا -أي شربًا وَاحِدًا- كَشُرْبِ الْبَعِيْرِ، وَلَكِنْ اشْرَبُوْا مَثْنَى وَثُلَاثَ، وَسَمُّوْا إِذَا أَنْتُمْ شَرِبْتُمْ، وَاحمَدُوا إِذَا أَنْتُمْ رَفَعْتُمْ"
"Janganlah kalian minum air satu kali tegukan seperti minumnya unta. Tapi minumlah dua atau tiga kali tegukan. Bacalah basmalah ketika kalian minum dan bacalah hamdalah apabila kalian telah selesai."
"Alhamdulillah," Syifa menghapus air matanya pelan, lalu tersenyum getir. Ia berjalan dengan tertatih menuju kamarnya. Alhamdulillah, ia masih bisa mengisi perutnya.
*****
"Ah, pagi, bit*h." Arga menyapa Syifa yang sedang mengepel ruang keluarga mereka. Syifa tersenyum menanggapi, ia sangat paham Arga telah merendahkan dirinya. Tapi tak apa, bahkan Rasulullah pun ketika mendapat hinaan dan cacian dari yahudi buta, masih tetap mau menolong yahudi buta tersebut. Beliau tidak pernah membalas caciannya. Padahal saat itu yang sering memberinya makan adalah Rasulullah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Terakhir [End]
Espiritual"Kakak kenapa suka senja? padahal pelangi juga cantik. Tapi kenapa ya mereka hanya datang sebentar?" "Senja itu cantik, tapi hanya sesaat. sama halnya seperti pelangi. Nah untuk pertanyaan, kenapa mereka datang cuman sebentar, karena Allah ingin men...