33. pilgrimage

9.6K 608 26
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم.

Tandain typo dan jgn siders!

Happy reading!

.
.
.
.

"Papa benar-benar tidak bisa menghadiri meeting ini?"

"Bukannya Papa sudah memberi tugas ini ke kamu?" Arga menghela napas mendengarnya. Dirinya saja masih belum bisa fokus, dan dengan mudahnya Ayahnya ini malah menyuruh dirinya menghadiri meeting hari ini. Dirinya masih memikirkan masalah rumah tangganya, dan sang Ayah malah memberi masalah baru. Bagaimana bisa Ayahnya berbuat seperti ini kepada dirinya?

"Pa, Arga--" belum sempat Arga menyelesaikan protesnya, Abimanyu menyela terlebih dahulu.

"Papa ingin menemani Syifa hari ini Arga. Apa ada yang lebih penting dari itu sekarang?" Arga terdiam. Menemani? Apa maksud Ayahnya ini? Menemani seperti apa? Apa Syifa meminta hal itu pada Ayahnya, sehingga dengan percaya dirinya sang Ayah mengatakan hal ini? Jikapun benar, mengapa Syifa meminta Ayahnya yang menemaninya? Kenapa bukan dirinya saja? Bukannya suaminya adalah dirinya? Ah, Arga sadar bahwa dirinya tidak pantas di sebut sebagai seorang suami.

"Apa maksud Papa?" tanya Arga bingung.

Abimanyu tersenyum tipis.

"Papa ingin menemaninya mengunjungi makam kedua orang tuanya. Dia sendiri yang meminta. Bahkan dia memanggil Papa dengan sebutan papa." senyum Abimanyu berubah menjadi getir. Arga ikut menarik bibirnya mendengar ucapan Abimanyu barusan. Itu artinya Syifa mau memaafkan mereka, bukan?

"Kamu tau dia bilang apa kemarin? Dia sudah memaafkan kita. Lihatlah kebaikan hatinya Arga, dan kita dengan mudahnya malah menyakitinya," senyuman Arga langsung lenyap, dirinya memandang sang Ayah dengan sendu.

"Ini salah Papa, harusnya Papa membuang rasa dendam itu agar--"

"Semuanya sudah terjadi Pa, ini bukan hanya salah Papa. Arga juga ikut andil, bahkan sangat besar kesalahannya dibanding Papa," ucapnya sendu.

Abimanyu menepuk pelan pundak sang anak.

"Apa Arga boleh ikut?" tanyanya dengan lirih.

"Dan membiarkan perusahaan kita terbengkalai? Hari ini ada meeting penting, setelah meeting, kamu akan menemuinya Arga." Arga menatap sang Ayah dengan memelas. Oh ayolah! Di sini dia sebagai suami dari Syifa, harusnya dia yang selalu ada untuk Syifa. Dirinya ingin memperbaiki semuanya, dirinya tidak ingin berpisah dengan istrinya.

"Jangan memasang wajah seperti itu! Setelah meeting kamu bisa menemuinya, Arga."

*****

"I-ni makamnya," Abimanyu berujar dengan gagap, dirinya tidak bisa melihat tatapan penuh luka dari sang menantu.

Syifa menatap Bilqis yang setia memegang kursi rodanya.

"Boleh minta tolong turunin Syi?" tanyanya pada Bilqis, dengan cepat Bilqis mengangguk seraya tersenyum.

Bilqis mulai membopong Syifa, Abimanyu tak tinggal diam. Dirinya juga membopong tubuh Syifa,

"Terima kasih," Bilqis dan Abimanyu membalasnya dengan senyuman.

Syifa duduk di antara dua makam yang bertulis nama sang Ayah dan Ibunya. Dirinya tersenyum lalu mengelus dengan sayang batu nisan tersebut. Sekeras mungkin Syifa menahan agar tidak menangis. Namun, dirinya tetap tidak bisa menahannya.

Senja Terakhir [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang