بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum.
Marhabba👋
Jangan lupa tandain typo ya, dan tinggalin jejak. Hargai karya orang lain ya adick-adick 🐻
Happy reading!
.
.
."Pa, Arga menolak ide konyol ini!"
Arga Pradipta, putra pertama dari Abimanyu Pradipta dan Anisa Pradipta. Di usianya yang ke-24, ia resmi menjabat sebagai CEO di perusahaan sang ayah. Artinya sudah satu tahun ia menjabat sebagai CEO, karena sekarang, Arga sudah berusia 25 tahun. Arga seorang pria yang memiliki rasa egois yang tinggi. Bahkan, ia rela melakukan segala cara untuk mencapai apa yang menurutnya menjadi hak dirinya. Ia tidak pernah peduli cara itu salah ataupun benar.
Berbeda dengan Reyhan Pradipta, sang Adik yang kini sudah berusia 22 tahun itu malah asik dengan dunianya sendiri. Ia enggan untuk terjun ke dunia bisnis. Bahkan ia menjadikan kuliahnya hanya sebatas permainan semata. Bolak balik club hanya untuk menghilangkan penatnya, bahkan ia juga sangat suka mempermainkan hati seorang wanita.
"Arga, ini hanya untuk menuntaskan dendam itu. Papa masih belum puas hanya dengan menghancurkan perusahaannya. Papa ingin menghancurkan keluarganya dengan membalasnya kepada putri mereka," balas Abimanyu.
"Pa, kenapa harus dengan gadis cacat? Arga tidak menginginkannya!"
"Jadi, jika gadis itu sempurna, kamu menginginkannya?"
Arga berdecak sebal, "Bukan begitu maksud Arga!"
Abimanyu menatap putranya dengan tajam.
"Coba kamu pertimbangkan hal ini, sebuah keluarga biasanya sangat menyayangi putri mereka yang memiliki kekurangan, bukan? Lalu bagaimana reaksi mereka ketika mengetahui putrinya itu disiksa?" tanyanya seraya tersenyum smirk.
Arga nampak berfikir, benar juga! Lagi pula hanya sementara, setelah dendamnya terbalaskan maka ia dan Ayahnya akan merasa tenang.
"Kamu mau hukuman yang setimpal kan? Kamu tidak ingat bagaimana mereka ingin mencelakai dirimu waktu itu? Kamu lupa bagaimana mereka menipu perusahaan kita? Apa dengan menjatuhkan perusahaan mereka itu sudah cukup?" Abimanyu mulai memprovokasi Arga.
"Arga akan menikahinya." putus Arga akhirnya.
*****
"Lo beneran mau nikah, Bang?"
"Hm."
"Anjir! Ini sih benar-benar harus di rayain."
"Duain."
"Kalian bisa diam?!" bentak Arga yang merasa terganggu oleh kebisingan para sahabat dan juga adiknya.
Ketiganya terdiam seraya memperhatikan wajah Arga. Si Arga kenapa sih? Mereka kan hanya turut berbahagia. Lagipula, apa salahnya jika mereka bahagia sang sahabat ingin menikah?
Keadaan menjadi hening, mereka tiba-tiba bingung harus berkata apa setelah mendapatkan bentakan dari Arga.
"Kalian semua ingat Raka tua Bangka itu?" Arga mulai memulai pembicaraan. Pria itu meminum minumannya yang tersisa setengah.
Mereka mengangguk. Mereka sudah lama menjalin persahabatan, dan mereka sangat mengenal baik satu sama lain.
"Gue nikah sama putrinya,"
Mereka semua sangat terkejut dengan penuturan Arga. Itu artinya mereka tidak memiliki rasa, bukan?
"Jadi, yang di bilang Papa itu bener, Bang?" tanya Reyhan, Adik Arga yang selalu ikut jika mereka kumpul. Padahal Arga hanya mengajak sahabatnya, Alfi Irsyandi dan Roy Angga. Tapi, sang Adik selalu mengikuti.
"Hm,"
"Lo beneran mau nuntasin dendam?" Alfi bertanya.
Arga hanya mengangguk seraya tersenyum smirk.
"Gue dukung si, secara si Raka tua bangka itu benar-benar udah keterlaluan. Selama sembilan tahun kalian nyari mereka, dan yah! Akhirnya jumpa juga." ungkap Roy.
Mereka hanya mengangguk saja.
"Udah ketemu dari dua tahun yang lalu, cuman ya, waktu itu di manfaatin buat ngehancurin perusahaan mereka dan buat mereka kelilit hutang."
"Kok bisa mereka gak tau kalau itu kalian?"
"Waktu itu gue dan Papa pernah bilang udah maafin dia karena si Raka itu adik dari sahabat Papa. Dan yah, mereka langsung percaya gitu aja, karena mereka haus akan kekayaan."
"Kaya lo nggak aja..." lirih Alfi, hampir tak terdengar.
"Terus si sahabat Papa lo?"
"Sahabat Papa itu udah meninggal pas gue umur sembilan tahunan. Kata Papa beliau berdua meninggal karena kecelakaan."
"Berdua?"
"Iya, beliau sama istrinya."
Mereka mengangguk mendengar pernyataan tersebut.
"Kepo gue sama muka putri si tua bangka itu. Lo pernah liat mukanya?" Roy bertanya pada Arga.
"Gak. Gak minat."
"Anjay, gak minat gak tuh."
"Cewek cacat gitu, mana minat si Abang." ucap Reyhan seraya meminum jusnya.
"Cacat? Gimana-gimana?"
"Gak punya kaki. Masa punya kaki cuman satu."
.
.
.Barrakallah.
Jazaakallahu khairan katsiran.
Maaf kalau ada kata-kata yang kurang enak.
Kalau mau menyampaikan krtik dan saran silakan ya.
See you.
Assalamualaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Terakhir [End]
Espiritual"Kakak kenapa suka senja? padahal pelangi juga cantik. Tapi kenapa ya mereka hanya datang sebentar?" "Senja itu cantik, tapi hanya sesaat. sama halnya seperti pelangi. Nah untuk pertanyaan, kenapa mereka datang cuman sebentar, karena Allah ingin men...