34. Anger

9.4K 583 42
                                    


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


بسم الله الرحمن الرحيم

Marhabba 👋

jgn lupa votement!

Maaf baru bisa up, sy lagi sok sibuk...

Lopyu😻 buat yg gak siders.

Happy reading!

.
.
.

"Se-telah ini Tuan pulang saja." pinta Syifa dengan suaranya yang lembut pada Arga yang mendorong kursi rodanya menuju ruangannya.

Arga mengerutkan alisnya sedih, apa Syifa tadi mengusirnya? Belum sempat dirinya membuka suara, Syifa kembali bersuara.

"Bukan maksud saya mengusir, saya hanya tidak ingin Tuan kelelahan," Arga tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Syifa takut dirinya kelelahan, itu artinya Syifa mengkhawatirkan dirinya bukan? Istrinya manis sekali.

"Aku tidak akan kelelahan, aku akan menemanimu." Syifa menghela napas mendengarnya.

Bukannya apa, Syifa sebenarnya masih gugup jika berada didekat Arga. Itu sebabnya dirinya ingin Arga pulang saja.

"Tuan sudah mengurus berkas-berkas nya?" tanya Syifa tiba-tiba. Arga langsung menghentikan jalannya. Dirinya sangat mengerti arah pembicaraan Syifa. Apakah Syifa benar-benar tidak ingin mempertahankan pernikahan mereka?

"Berkas apa? Aku tidak ingin bercerai! Sebaiknya kamu istirahat, kamu kelelahan. Aku akan pulang mengganti bajuku sebentar." Syifa menyembunyikan senyumnya.

Dia sudah mengetahui jika dirinya membahas tentang perpisahan, maka Arga akan menyuruhnya untuk istirahat. Maka karena itu, dirinya membahas hal itu secara tiba-tiba.

Lagi pula Syifa benar-benar masih tidak tau rumah tangganya ini harus dia tanggapi seperti apa. Dirinya masih bimbang dengan permintaan Abimanyu waktu itu.

Arga kembali mendorong kursi roda Syifa. Dirinya membuka pintu ruangan Syifa lalu memasukinya. Setelah sampai di depan brankarnya, Syifa mengerjapkan matanya. Tanganya terulur untuk menyentuh ujung brankarnya sebagai penopang tubuhnya. Namun, belum sempat tangannya mendarat di brankar tersebut, Arga terlebih dahulu menggendongnya ala bridal style.

Mata Syifa langsung membola, dirinya refleks mengalungkan tangannya di leher Arga. Arga tersenyum tipis ketika mendapati tangan Syifa di lehernya. Dirinya mendudukan Syifa dengan lembut di atas brankar tersebut.

Syifa tertunduk, dirinya benar-benar malu hanya karena mendapat perilaku seperti itu. Apalagi ia tadi melingkarkan tangannya di leher Arga.

"Aku akan menemani sampai Bilqis datang kembali." ucap Arga seraya menaruh ponselnya di atas nakas yang ada di samping brankar Syifa.

Syifa mengerjapkan matanya. Sama saja dirinya masih berada dalam satu ruangan bersama Arga.

"Tak apa, Tuan pulang lah,"

"Tidak!"

"Tuan, kenapa Tuan sangat keras kepala? Apa Tuan tidak mengerti bahwasanya saya gugup jika berada di dekat--" Syifa menghentikan perkataanya ketika sadar dengan apa yang ia ucapkan. Arga mengulum bibirnya menahan senyumnya. Jadi, Syifa merasa gugup jika didekat dirinya, begitu? Lucu sekali.

"Kenapa tidak dilanjutkan, hm?"

Kening Syifa mengerut "apa?" tanyanya seraya mengulum bibirnya membuat Arga menahan rasa gemasnya.

Senja Terakhir [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang