10. Senja bersama Bilqis

8.2K 659 13
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamualaikum.

Happy reading!

Jangan lupa tandain typo!

.
.
.

"Makasih ya Nak, sudah mau mengajar di sini." ucap Minah setelah Syifa selesai mengajar anak panti.

Syifa membalasnya dengan senyuman manis. Gadis itu terlihat bahagia karena bisa berbagi ilmu dengan anak-anak panti.

"Makasih Kakak, besok kami menunggu lagi ya!" balas salah satu anak.

Syifa yang mendengarnya terkekeh pelan, ia benar-benar merasa di hargai di panti ini.

"Kamu tidak dijemput supir?"
tanya Minah.

"Ummi ada-ada saja. Syi kan hanya seorang art, mana mungkin di antar jemput. Tadi Syi naik angkot ke sininya." ucap Syifa seraya terkekeh.

"Ummi fikir kamu diantar supir,"

"Syi pamit ya Ummi, assalamualaikum."

Syifa mencium hangat punggung tangan Minah. Wanita itu tersenyum senang mendapat perilaku seperti ini.

"Wa'alaikumussalam."

Setelah dari panti Syifa langsung pergi menuju danau. Ia ingin menikmati senja bersama Bilqis. Ia yakin Bilqis pasti sudah menerima surat yang ia kirimkan.

Syifa duduk di pinggir danau seraya menghirup dalam udara yang ada. Ia memejamkan matanya, menikmati rasa yang mengalir di dadanya. Rasanya, sangat tenang ketika duduk di sini. Syifa sadar. Ia salah, ia pergi ke sini tanpa meminta izin dari suaminya. Ia sadar akan hal itu. Namun, jika ia minta izin apa suaminya akan memberikan izin tersebut?

Ia juga wanita biasa yang juga butuh tempat bersandar. Dan sekarang, ia sedang membutuhkan Bilqis. Tempat kedua dirinya bersandar setelah Allah.

"Assalamualaikum..."

Syifa langsung membuka matanya saat mendengar salam dari seseorang. Ia tersenyum ketika melihat orang tersebut.

"Wa'alaikumussalam,"

Syifa tersenyum lembut ke arah Bilqis yang mendudukan dirinya di sampingnya. Hening beberapa saat, mereka saling bertatapan dengan lembut, menyalurkan kerinduan yang mendera perasaan keduanya.

"Aku rindu," ucap Bilqis dengan lirih.

Detik berikutnya Syifa langsung memeluk erat sahabat yang selama ini mau menerima dirinya.

"Syi juga." keduanya terisak. Sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu senja bersama-sama.

Syifa melepaskan pelukannya lalu menatap lembut Bilqis yang juga menatap dirinya tak kalah lembut.

"Kamu bahagia?" tanya Bilqis setelah sekian lama memandangi wajah sang sahabat.

Syifa menarik ujung bibirnya lalu mengangguk dengan semangat.

"Syi bahagia! Mas Arga sangat baik. Syi bisa merasakan apa yang di namakan dengan cinta," pembohong besar! Entah siapa yang mengajari Syifa untuk berbohong.

"Aku bahagia kalau kamu bahagia. Mari kita bahagia bersama! Sekarang waktunya Syifa ku bahagia, aku tidak ingin lagi melihat wajah cantik ini murung." ucap Bilqis seraya mengelus pipi gembul Syifa.

Syifa tersenyum lembut. Ia merasa berdosa karena membohongi sahabatnya. Namun, ia bisa apa? Bukannya menceritakan keburukan suaminya sama saja dengan membuka aib dirinya? Istri itu pakaian bagi suaminya. Ia tidak ingin aib suaminya di ketahui orang lain. Lagi pula, ia sudah merasakan cinta dari sahabatnya ini bukan? Lalu cinta dari Tuhannya yang sangat melimpah. Lantas, cinta seperti apa lagi yang ia harapkan?

Senja Terakhir [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang