27. Pertemuan

12K 689 53
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

Marhabba👋

Jangan lupa tandain typo!

Votementnya juga! Jgn jadi siders ey.

Happy reading!

🖤🖤🖤

'Sekarang saya percaya bahwasanya penyesalan memang datang di akhir.'

Arga--Senja terakhir

.
.
.

"Gak mau di lepas mukenanya?" tanya Bilqis setelah membantu Syifa untuk berbaring di brankarnya.

Dirinya baru saja menyelesaikan shalat dhuha bersama.

"Iqis jangan ketawa tapi." pintanya seraya memanyunkan bibirnya. Bilqis terkekeh. Syifanya lucu sekali. Jika Syifanya selucu ini, bagaimana bisa ia membiarkan Syifa pergi? Ia tidak ingin kehilangan Syifanya! Syifanya harus sembuh, dan setelah sembuh tidak akan ia biarkan Syifa tersakiti walau seujung kuku.

"Emang kapan aku ngetawain? Gak usah aneh-aneh deh. Setelah ini aku suapin, ya? Kamu harus makan," Syifa mengangguk sebagai jawaban.

Tangan Bilqis terulur membantu Syifa melepas mukenanya. Bilqis tersenyum getir ketika melihat kepala sang sahabat yang berbeda sekarang.

"Iqis jangan ketawa!" Bilqis terkekeh hambar, padahal dirinya tidak menertawakan sama sekali. Ia mengelus pipi Syifa lembut.

"Mana mungkin aku ngetawain kamu, seperti apapun kamu, kamu tetap cantik Syi. Kamu selalu cantik,"

"Apasih? Iqis jadi kaya cowok yang ngegombalin cewek." kekehnya. Bilqis ikut terkekeh mendengarnya.

"Ketawa terus ya Syi." Bilqis menggenggam tangan Syifa yang di balas dengan genggaman pula. Syifa tersenyum lalu mengangguk.

"Makasih karena selalu ada," Bilqis tak kuasa menahan tangisnya. Apa yang di katakan sahabatnya ini? Kenapa selalu berterima kasih? Bilqis langsung memeluk Syifa dengan erat. Dirinya tidak ingin kehilangan Syifa! Sangat tidak ingin. Kenapa Syifa harus mengalami hal seperti ini?

Bilqis menguraikan pelukannya. Tangan Syifa terangkat menghapus air mata yang mengalir di pipi Bilqis.

"Syi tidak ingin seseorang menangis karena Syi."

"Dan aku menangis karena takut kehilangan kamu," Syifa menarik bibir pucatnya untuk tersenyum. Ia terharu, ternyata masih ada seseorang yang menangis hanya karena takut ia pergi. Bolehkah ia bahagia? Ia bahagia mengetahui masih ada seseorang yang mengharapkan kehidupannya.

"Kamu lupa? Bahwasanya diri ini pun bukan milik Syi, kapan saja Syi bisa kembali ke pemilik Syi yang sebenarnya."

"Jangan berbicara seperti itu!" Syifa terkekeh mendengarnya.

"Eh, Syi jadi keinget kata Fizi." Syifa mencoba mengalihkan pembicaraan.

Mereka saling tatap.

"BOTAK!" mereka tertawa bersama dengan kerandomannya.

Bilqis mengusap ujung matanya yang mengeluarkan air mata. Sungguh! Hanya ini yang ia inginkan, melihat Syifa tertawa adalah mimpinya. Dan ia akan bisa mewujudkan hal itu kan?

Senja Terakhir [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang