Bunyi keramik yang beradu dengan kakiku merendah frekuensinya saat kulihat Luke di luar dan menemuiku. Kudongakan kepalakaku demi melihat ia yang berdiri dan mengatakan "Ayo berangkat."
Tapi aku diam sesaat, alih-alih cepat berdiri tapi aku malah mengamati Luke. Dia hanya mengenakan kaos putih oblong berlengan panjang yang digulung, jeans biru dongkernya dibuat serapih mungkin, lalu rambutnya yang membuatnya semakin tampan diberi sedikit minyak rambut. Semuanya pas di mataku, Luke, meskipun berpenampilan sederhana tetap saja menjadi idamanku.
He is smoking sexy.
"Greta?"
Aku tersersadar, tersenyum padanya lalu bangkit mengikutinya berjalan keluar. Luke menutup pintu rumahnya, kemudian memberi tangannya untuk kugenggam. Aku menoleh padanya kikuk sebelum-sebelumnya bagi orang yang hanya pernah berkencan satu kali seperti diriku, aku benar-benar merasa tersanjung dengan Luke yang mengenggam tanganku. Bahkan saat masuk di bus sekalipun. Dia tak banyak bicara, namun berlainan dengan itu Luke yang berada di sisiku kini sangat gagah. Aku tak peduli kalau misalkan saja dia kecelakaan dan kehilangan satu bola matanya, bagiku dia tetap Luke. Luke ku yang seksi.
"Bagaimana keadaan Ayahmu?"
Dia berhenti mendadak, kepalaku terbentur sedikit oleh lengannya. Luke berbalik lalu tertawa elegan, meminta maaf sambil mengelus dahiku pelan. Aku tersenyum bersemu, kunjungan ke rumah sakit hari ini terasa seperti kencan. Aku mungkin tak tau bagaimana Luke memperlakukan gadis-gadis yang dikencaninya dulu atau malah Luke memperlakukan semua mantan pacarnya seperti ini, seperti apa yang ia lakukan padaku. Beberapa alasan membuatku tak peduli, aku mengangguk manis padanya mengampuni permintaan maafnya. Kami lanjut berjalan sampai ke ruangan Leah, pada awalnya dia menunggu di luar tapi kemudian aku membuka pintu dan menyuruhnya masuk. Tampang Luke sedikit tegang. Dia duduk bersamaan di sampingku menghadap Leah.
"Aku tak mengerti dengan hubungan anak remaja jaman sekarang." Kacamata Leah sedikit dikendurkan, dia menatapku dan Luke bergantian. Begitu juga aku dan Luke.
"Baiklah, aku hanya bisa mengucapkan--" Leah berdehem memandangku.
Say it, Leah! Say that I'm pregnant.
"-Greta, kau hamil."
God job, Leah!
Kutoleh Luke dari ekor mataku, tak ada pandangan senang memancar darinya. Aku dengan licik berpura-pura sedih, ku usap punggung Luke dan meminta maaf padanya. Luke menggeleng, ia bangun dari tempat duduknya berjalan keluar. Sebelum kususul dia yang kecewa, aku berbisik pada Leah untuk berjanji tak akan mengatakan apa-apa pada siapapun. Dia bersungut, tapi mengiyakan meski terdengar tidak ikhlas.
Dari kaki mungilku yang terhenti di balik pintu, kukira aku tak akan menemukan jejak Luke yang berjalan menjauh. Pandanganku akan Luke adalah lelaki gagah terbukti di sini, aku hampir menangis saat mendapatinya berdiri menuggu, menyambutku dengan senyum yang kurasa dipaksakan. Ribuan syarafku mengerti dan menggerakan tubuhku ke arah Luke, melangkah dengan ragu juga sedih karena Luke terlihat terpaksa, memberiku sebuah senyuman dalam pandangan layu. Sudut matanya memerah saat aku berdekatan dengannya, aku bahkan sempat meminta maaf lagi padanya tapi kembali Luke menyalahkan dirinya. Membuat separuh dari hatiku ingin melepas dirinya, menginginkan Luke tersenyum seperti ia sedang bersama teman-temannya. Aku yang begini terlalu jahat untuknya.
"Sorry."
"Why did you say that? Greta, you are not sorry." Tubuhku yang pendek membuatnya sedikit membungkuk, dia merengkuh pundakku dan menatap mataku. Ia berkata lagi kalau ia akan berjuang dengan hubungan ini, dan bisa saja nanti akan jatuh hati padaku. Perlahan kotak kebahagianku mulai terisi kembali, aku mengangguk padanya dan tersenyum.
"Thank you, Luke."
-:-
Gwen, Kristen dan aku menguntit di balik tembok. Kami bertiga saling berbisik menyanyakan apa yang dilakukan Luke dengan gadis bernama Charlotte itu di belakang sekolah. Sesekali Kristen yang kepalanya berada di atas kepalaku bersin dan membuat dagunya mematuk ubun kepalaku. Kudongakan kepalaku menatapnya sinis, tapi dia malah memberikan senyuman lebar padaku.
"Hey, lihat! Mereka bertengkar." Gwen memberi kami kejutan, langsung kuarahkan mataku ke sana tempat Luke dan Charlotte. Dan kudapati mereka saling berteriak, meski tak tau benar apa yang mereka teriaki tapi dari sini aku bisa melihat Charlotte menangis. Luke membuang muka, berusaha menenangkan Charlotte tapi jalang itu melepas segala sentuhan Luke.
Baby, just leave her.
"Sepertinya mereka bertengkar." Kristen makin memajukan kepalanya.
"Dia kemari sembunyi!" Kalau saja Gwen berkaki pendek seperti diriku dan Kristen, mungkin saja saat ini kita bertiga akan ketauan mengintip. Tapi untunglah Gwen berhasil menarik aku dan Kristen bersembunyi di gudang dekat taman belakang sekolah. Aku menyembulkan kepalaku di balik pintu, dalam celah pintu yang sedikit terbuka kulihat Charlotte berlari melewati ruang gudang, aku juga sempat mendengarnya terisak tapi Luke tidak mengikutinya. Mungkin masih di tempat yang tadi.
"I can't breath, omg." Kami bertiga keluar, baru sedetik bisa menghirup udara di luar gudang bau itu tapi Luke membuat kami bertiga terkejut kembali. Gwen spontan melangkah mundur menarik Kristen ke dalam gudang lagi, dengan wajahnya yang konyol ia meneriakan namaku, "Greta, kita harus cepat membersihkan gudang. Ms. Wilson akan menghukummu jika kau tidak ikut membantu!"
Kulirik sebentar Luke, lalu berjalan mundur masuk ke dalam gudang. Belum sempat tubuhku masuk ke kegalapan ruangan itu, ia memanggilku. Sontak aku membeku, aku membalikan tubuhku bagaikan robot menghadapnya. Lalu tersenyum garing, aku sempat mencari alasan untuk menghindari Luke. Aku berkata padanya bahwa aku harus membantu Gwen dan Kristen, tapi dengan tegas ia bilang, "Kita bicara di sini saja." Aku mengangguk, menunggunya bicara.
"Tadi gadis itu adalah Charlotte,"
She is slut, baby.
Dia melanjutkan, "Aku menyukainya- jangan beranggapan buruk dulu, tapi hal yang aku bisa katakan padamu adalah," Luke terbatuk, "Kuputuskan untuk tak memberikan kesempatan untukku dan juga Charlotte berpacaran."
So, it's because of me?
Hampir berdekatan dengan mulutku yang akan mengucapkan kata maaf, Luke mencegatnya. Menahan apapun yang ingin kukatakan dengan pelukan erat, aku berdiri diam di antara lengan dan tubuhnya yang menempel denganku. Lilitan tubuhnya terlanjur membuatku nyaman sampai tak kupedulikan Gwen dan Kristen yang menganga di balik pintu.
Ini nyaman, Luke. Jangan dilepas.
"Maafkan aku, Gret."
Aku menggeleng, membalas pelukannya dengan melingkari perutnya yang rata. Berulang-ulang kubalas pernyataan maafnya dengan kata tidak apa-apa.
I'm sorry Luke.
.
.
.
.
.
.
Sweet moments Luke and Greta, yay! Buat yang udah baca tolong divomments ya, tooolooong banget. Biar aku semangat lanjutnya.
Thank you!
Saoirse Ronan as Charlotte Freeman (A girl on mulmed)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fucking Mine (Luke Hemmings)
FanfictionGadis nekat bernama Greta yang berani membuat kebohongan besar untuk mendapatkan seorang Luke Hemmings. "You cummed inside, Luke." Greta hamil? Copyright © 2015 by NamLayli