Aku hampir tidak tidur semalaman saat Luke bernapas dalam tidurnya. Ia sempat terbangun dan menyuruhku pulang, tapi aku menolak sambil menangis, lalu hal yang membuatku tak henti untuk tersenyum untuk mengingatnya adalah saat Luke bilang ia tersanjung— katanya belum pernah ada yang menangis untuknya sepertiku, Luke juga bilang terimakasih dan hatiku luluh untuk mendengar semua perkataannya. Aku pulang dari rumah sakit sekitar jam dua, diantar Leah yang masih sibuk di meja kerjanya.
Seseorang menyentuh pundakku, dan menarik pundakku menghadapnya. Gwen dan Kristen ternyata. Sebelum kusampaikan apapun pada mereka, tapi sudah kurasakan aura kemarahan dari mereka berdua— terutama Gwen, ia memandangku remeh serta mengatakan bahwa aku berubah. Aku mengerutkan alisku, menepis tangan Gwen dari pundakku, "Apa maksudmu?"
Kristen maju, menyatakan pembelaannya pada Gwen bahwa aku berubah semenjak ada Luke yang senantiasa bersamaku. Kujawab semunya dengan nada sarkatis, aku tak merasa aku berubah, kukatakan pada mereka bahwa jangan memperdebatkan hal-hal sepele tapi mereka menolak mengerti.
"Aku penasaran apa yang membuat Luke mau denganmu." Aku sedikit tersinggung, mereka menyadari itu dan langsung meralat omongannya dengan menjelaskan bahwa sebelum-sebelumnya mereka tak melihat aku dan Luke bersama. Aku terbawa emosi, tanpa kontrol yang mampu menghentikanku langsung kukatakan bahwa Luke sudah merebut keperawananku.
"Whaaat?!"
Aku menutup mulutku, mencoba menghindari mereka dengan mengatakan aku harus segera ke kelas, tapi mereka menahanku. "Apa maksudmu, Greta?"
"Tidak! Lupakan!" Sekali lagi, mereka memaksaku menjelaskan semuanya. Aku kehabisan kata-kata, aku kebingungan sampai kurasakan napasku habis— terasa seperti berada di suatu tempat tanpa udara dan mereka tetap menunggu.
"Alright! You guys win, but don't ever tell anyone about it." Mereka mengangguk, langsung mengerubungiku sampai aku tak terlihat.
Aku menelan air liurku, menahan napas sampai kukatakan Luke dan aku telah berhubungan seks.
"WHAT?!"
Aku menghentak mereka, memekik untuk tetap diam dan menutup mulut mereka. Hanya bagian-bagian seperti itu saja yang bisa kukatakan pada mereka, selebihnya untuk mengatakan aku berpura-pura hamil— meskipun mereka tak tau aku berpura-pura hamil, aku belum siap dibenci oleh teman-temanku sendiri untuk menahan Luke dengan cara curang. Aku hanya butuh waktu untuk semuanya, nanti pasti akan kukatakan sejujurnya pada Luke. Entah kapan.
"Tapi bagaimana bisa?" Aku melarang mereka bertanya, kualihkan pertanyaan lain dengan apakah mereka mau ikut menjenguk Luke, dan mereka berdua mengangguk.
Sorry for lying about everything.
-:-
Aku, Gwen dan Kristen berbelok, mencari setiap sudut pintu di mana Luke dirawat. Aku berteriak saat kutemukan kamar Luke, lantas kuseret mereka untuk cepat kesana tapi pemandangan janggal membuatku mundur tiga langkah. Gwen berbisik padaku, "Itu Charlotte, kan? Dia menjenguk Luke?" Kujawab itu dengan gelengan kepala— aku tak tau.
Dia— Charlotte terhenti, melihat kami bertiga dan memandangku aneh. Aku gugup saat kulihat ia mendekat, menunjukku dengan tatapan curiga, "Sepertinya aku pernah melihatmu."
Mulutku terbuka, tapi tak ada satu katapun keluar karena aku kehabisan akal untuk mengelak. Pikiranku membuyar menjadi kepanikan, menerka apakah dia mengingatku sebagai gadis yang memukul kepalanya dengan sepatu, atau apalah itu— tapi bagaimana kalau ia memberi tau Luke? Dalam situasi ini, mungkin aku merasa Luke masih ada perasaan dengan gadis ini dan juga sebaliknya. Aku kebingungan, tak berani menatap wajahnya namun tetap melamun membayangkan hal buruk jika ia mengingatku dan menimbulkan rasa curiga padaku.
"Medew?" Calum muncul dari kamar Luke, saat itu juga aku merasa lega— bukan karena ada Calum yang memecah situasi ini, tapi aku tau bahwa Luke tidak hanya berdua dengan Charlotte.
"Dengar ya, gadis yang berada di depanku ini pacarnya Luke sekarang." Bukannya merasa dibela, aku malah ingin menyalahkan Kristen. Habis riwayatku kalau Charlotte tau aku yang merebut Luke darinya. Sebegitu lamanya aku diam, Calum menghampiriku dan mengatakan Luke ingin bertemu denganku. Entah ini perasaanku atau apa, tapi kurasa Calum berusaha melindungiku untuk tak terlibat pertengkaran apapun, biar bagaimanapun juga Calum tau Luke menyukai Charlotte. Aku terkesan sekali lagi oleh sikapnya, hatiku hangat saat Calum membawaku ke ruangan Luke.
"Kemarilah," Luke terbaring di sana, melambaikan tangannya padaku untuk segera mendekat. Calum menutup ruangan, sebelum pergi ia berkata ingin membereskan teman-temanku yang mungkin saja saat ini sedang cakar-cakaran. Aku melangkah duduk di samping Luke, menatapnya dengan senyum saat kudengar ia mengatakan bahwa ia senang melihatku. Aku terkikik geli, seperti digelitik oleh kebahagiaan yang menantiku untuk ini, aku berharap dalam setiap kata-kata romantis Luke bahwa ia akan segera menyukaiku. Aku tak bisa menahannya lebih lama, aku meninggalkan ketakutanku untuk segera mencium dahinya lalu kukatakan dengan lembut kalau aku berharap Luke cepat sembuh.
"Aku mau kau melakukan sesuatu jika aku sembuh."
"Apa?"
"Berkencan denganku."
Aku terkejut sesaat, seperti semua aliran darahku membawaku ke ubun-ubun kepala dan membuatku menegang. Tapi aku terhempas kemudian, meninggalkan keterkejutanku dan tersenyum lembut padanya seraya mengatakan aku akan berkencan dengannya. Karena penasaran aku bertanya pada Luke apa yang terjadi, kenapa ia terlihat sangat bahagia.
"Aku merasa aneh tadinya, tapi setelah aku bercerita pada Calum tentang apa yang kurasakan, ia berkata kalau aku mulai menyukaimu."
Benarkah ini? Luke bilang ia mulai menyukaiku. Aku hampir menangis haru di depannya, tapi kutahan dan kukatakan bahwa aku juga menyukainya. Benar-benar menyukainya, dan Luke tertawa pelan lalu membelai pipiku halus. "Kurasa aku benar-benar siap menjadi Ayah untuk bayi kita."
Aku tertegun, mengangguk mengiyakan namun juga terlihat canggung. Aku tak bisa berkata untuk hal ini, tapi Luke terduduk dan mengatakan hal yang lebih mengejutkanku, "Aku juga telah bercerita tentang ini pada Calum, bahwa kau hamil dan itu semua karena diriku."
"La-lalu? Ia bi-bilang a-apa?" Luke menggeleng sambil tersenyum, ia mengatakan sesuatu yang membuatku lega tapi curiga di saat yang bersamaan. Kata Luke, Calum awalnya kaget tapi kemudian ia berkata bahwa aku adalah gadis baik dan Calum juga mengucapkan selamat. Aku mungkin berpikir bahwa Calum sudah lupa kalau ia pernah melihat darah di rokku, atau mungkin juga Calum menjaga rahasia ini untukku.
Tidak mungkin.
"Kurasa aku telah menemukan seseorang untukku bersandar sekarang. Terimakasih, Gret."
Meskipun di kepalaku telah banyak yang kupikirkan, tapi saat satu kata saja yang Luke ucapkan, itu benar-benar mampu menyedot perhatianku. Aku mengangguk senang, kukatakan pada Luke bahwa aku akan menyayanginya mulai sekarang— aku tak akan bersembunyi di balik dinding lagi seperti sebelumnya hanya untuk melihat Luke. Aku bisa memandangnya sepanjang waktu, aku bisa menciumnya kapanpun itu, aku bisa memeluknya di saat aku ingin. Rasa bahagiaku yang sekarang begitu meluap, tapi juga merasa bersalah untuk kebohongan apapun yang kulakukan. Terlebih Calum sudah tau, entah apa yang akan ia lakukan nanti tentang ini.
Tapi saat ini aku hanya ingin bersama Luke.
I'm the happiest girl, I'm the luckiest girl, and I'm here, beside you, Luke.
..
.
.
.
.
.
YAY LUKE UDAH SUKA SAMA GRETA, TAPI GIMANA COBA KALAU MISALKAN LUKE TAU YANG SEBENERNYA? PADAHAL DIA UDAH SUKA SAMA GRETA?? DAN, OMG CALUM UDAH TAUUUU!! TAPI DIA GAK EMBER DONG :*
LOPE LOPE AMA BANG CALUM DEH POKOKNYA.
Tinggalin vomments nya yah yang udah baca. Dan buat yang udah vomments makasiiiih banyak:)) salam hangat dari aku:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Fucking Mine (Luke Hemmings)
FanfictionGadis nekat bernama Greta yang berani membuat kebohongan besar untuk mendapatkan seorang Luke Hemmings. "You cummed inside, Luke." Greta hamil? Copyright © 2015 by NamLayli