Chapter 17

539 54 9
                                    

Berulang kali aku mendorong Calum yang berhenti setiap kali melihat kemasan keripik kentang, tapi dia tetap melakukan itu— berhenti dan mengambil snack-snak itu lalu menaruhnya ke dalam troli, padahal troli yang kudorong sudah penuh. Dia sesekali juga menunjuk wajahku dan menyamakannya dengan boneka aneh seperti karakter boneka Chucky— aku tidak senang tapi ia tetap saja meledekku.

"Tampangku tidak seburuk itu!" Lalu dia tertawa dengan wajahnya yang khas— matanya menyipit dan hidungnya melebar. Itu lucu saat Calum berpura-pura kesakitan saat kucubit atau kutepuk pelan pundaknya, ia akan merintih dan mengatakan bahwa aku seorang gadis galak. "Calum Hood!" Begitu biasanya aku berteriak dan mengejarnya. Orang-orang di tempat perbelanjaan ini melihat kami aneh— aku tidak peduli, Calum menyuruhku untuk tetap bahagia seperti ini walau banyak yang beranggapan bahwa kami hanya sepasang muda-mudi yang kurang bahagia dengan masa kecil kami.

"Tampangmu lucu tau! Haha pipimu gemuk, Cal." Dia kembali tertawa, tapi kali ini dia juga mengejekku, mengatakan bahwa aku gendut dan berkaki pendek, "Damn you, come i'll pinch you Calum Hood." Aku mengejarnya sambil mendorong troliku, gerakanku melambat dan Calum masih memberi macam-macam ejekan padaku— aku tidak marah, ini menghibur karena aku tau sejauh ini hanya Calum yang berusaha untuk tetap di sampingku dan tidak menjauh. Dia menanggalkan banyak rekahan bunga yang indah di hatiku, mereka tak sekalipun layu seperti Calum yang saat ini tertawa bersamaku.

Aku tersengal dan agak lelah, saat di tempat boneka dan Calum bersembunyi entah kemana, aku melihat beberapa boneka pinguin di sana. Aku melamun sebentar seolah mengingat seseorang dan menghubungkan sesuatu melalui boneka pinguin itu. Luke menyukai pinguin. Tanganku bergerak meraihnya dan kudapatkan satu, kuelus sebentar dari benang-benang yang masih menempel di tubuh boneka ini lalu Calum tiba-tiba sudah berada di sampingku dan bersungut mengapa aku tak mengejarnya. Aku diam, masih memegang boneka pinguin ini.

"Kau mau?" Calum bertanya dan membuatku terhenyak, tanpa sadar kukatakan bahwa Luke menyukai pinguin dan itu membuat Calum mendadak diam. Aku meminta maaf karena telah memikirkan seseorang yang seharusnya kulupakan, aku kembali meletakan boneka itu ke tempatnya dan mendorong troliku— berpura-pura menjadikan peristiwa tadi sebagai angin lalu dan kembali tersenyum, tapi Calum menyadarinya. Dia menarik lenganku sedikit kasar sampai troliku terlepas dan wajahku terbentur dengan dadanya.

"Jangan mengingatnya lagi," aku menatap matanya yang berkaca-kaca. Sedetik kemudian aku masih saja seenaknya dengan berkata bahwa kita harus pergi, belanjaan untuk acara prom nightnya sudah selesai. Dia mencegatku, menariku lebih dalam— seperti merengkuh diriku untuk bungkam dan hanya membiarkanku berkata iya untuk segala apapun yang ia ucapkan. "Aku di sini, jangan mengingatnya." Memekik pun rasanya percuma karena aku tak kunjung menjawab atau memberi respon, ingatanku tentang Luke menguar begitu saja dan itu bukan kemauanku— Calum terluka karena itu, aku seharusnya tau diri bahwa yang sedang menemaniku adalah seorang Calum Hood, pria yang tak kalah populer dari Luke tapi setampan apapun ia, sekeren apapun imagenya, aku masih memikirkan Luke.

"Jangan menyeret masa lalumu dengan dia saat bersamaku, Greta." Kurasakan dagunya jatuh di pundakku, aku makin mendongak karena tak mampu menyamai ketinggian Calum.

"Pada awalnya, saat kukira aku hanya tertarik untuk merebutmu untuk membuat Luke kalah, nyatanya itu malah membuatku menginginkan lebih. Jangan kembali padanya karena ia hanya seorang pengecut." Semuanya terasa begitu dalam, kata-kata Calum mampu masuk ke dalam hatiku dengan suaranya yang parau. Jika saja Luke masih menjadi seseorang yang selalu di sampingku dan bukan Calum, aku tak akan pernah merasa sebersalah ini. Mereka pria keren yang tertarik padaku, sampai sekarang aku belum mengerti kenapa malah bisa semakin rumit. Tapi kalau tidak ada Calum, rasanya untuk berdiripun sulit. Dia sandaranku untuk tidak jatuh lagi, jadi kucoba untuk tidak menyia-nyiakannya.

"A-aku akan mencobanya, Cal."

"Berpacaran denganku." Lagi, pernyataan yang tak bisa kujawab dalam waktu singkat kembali dikeluarkannya. Aku membeku, mendorong dadanya agar memberiku ruang. Kukatakan padanya untuk tidak terlalu cepat, aku butuh waktu untuk memikirkan hal-hal yang mendadak begitu. Ia paham, matanya memerah dan kembali seperti sebagaimana ia biasanya— Calum bertingkah seakan tak terjadi apapun.

-:-

SEBELUM PROM NIGHT DIADAKAN BEACH DAY TANGGAL 12 JUNI.

Gadis-gadis bersorak riuh rendah, sedangkan aku melangkahkan kakiku malas menjauhi mading. Tepat saat ingin memasuki kelas, aku berpapasan dengan Luke. Pintu kayu yang kecil ini membuatnya mundur demi mempersilahkanku masuk. Jangan tanya soal bagaimana perasaanku saat berhadapan dengannya, jantungku masih berdegup kencang serta mungkin wajahku menunjukan ekspresi aneh karena terkejut dengan ia yang menghalangi jalanku masuk. Aku berjalan menunduk melewatinya— dalam hati aku berharap dia memanggilku atau menahan tanganku, tapi nyatanya saat aku sampai di kursiku dia tak sekalipun menghiraukan.

"Greta." Aku membeku, sebelum duduk kubalikan tubuhku dan bertanya ada apa memanggilku. Jantungku kembali berdegup saat ia berjalan mendekat. Luke sedang mengarah padaku. Ia hampir berdekatan denganku. Ya ampun aku malu sekali.

"Kau harus mengulang ulangan Sains." Benarkah? Dia tidak ingin mengatakan apapun selain hal yang memalukan begitu? Hampir saja aku terlalu GE'ER dengan menebak mungkin saja Luke mau meminta maaf sambil berlutut di hadapanku. Atau mungkin juga ia menariku ke belakang sekolah dan mengatakan bahwa ia minta maaf dan bersedia melakukan apapun asalkan aku memberinya maaf. Tapi lelaki ini malah mengatakan hal yang memalukan begitu. Untung tidak ada orang di kelas.

"Bisakah kita bicara sehabis pulang sekolah?"

Otakku berhenti bekerja sesaat, aliran darahku seolah tersendat dan harus berdiam diri begini dengan wajah kikuk. Lantas aku tertawa canggung, menyanggupi ajakannya untuk bicara sehabis pulang sekolah. Entah apa yang mau ia bicarakan padaku, karena bagi seorang yang suka memimpikan hal-hal aneh sepertiku, sungguh banyak tebakan-tebakan di kepalaku tentang apa yang akan terjadi nanti— misalnya saja mungkin Luke mau mengajakku ke tempat romantis lalu meminta maaf dan menciumku, atau kami bermain ayunan di bawah sinar senja dan Luke menyanyikan lagu permohonan maaf untukku. Atau mungkin juga—

"Nilaimu turun semua, terutama Matematika yang biasanya kau selalu ahli dalam bidang itu. Ms. Maton menyuruhku membicarakan itu padamu."

Luke, you made me embarrassed.

"Oh, baiklah. Sehabis pulang sekolah—"

"Hanya berdua."

Hanya berdua? He just said that only both of us?

.

.

.

.

.

.

Wah, beneran deh makin hari pikiran numpuk. Jadi pengennya nulis aja biar gak kebawa beban haha. Btw pengen deh Luke sama Greta balikan.

Eh vomments ya:)) bakal update kilat terus kok.

Fucking Mine (Luke Hemmings)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang