Chapter 16

554 54 8
                                    

Kau tau? Calum bilang Maya akan menjadi prom date Luke. Sepanjang jalan menuju kelas aku tak bisa lepas dari kenyataan itu. Saat aku bertanya padanya apakah Luke sudah balikan dengan Maya, Calum menggeleng— berkata bahwa ia tak tau. Aku khawatir, Maya gadis cantik bahkan mirip dengan salah satu aktris— entah siapa tapi dibandingkan denganku jelas berbeda.

"Aw!" Kurasakan kerah seragamku ditarik dari belakang, dia tak memberiku kesempatan untuk melihat wajahnya karena dengan kasar wanita ini melemparku ke pojok dinding. Ia dibantu satu orang temannya. Dan di tempat sepi seperti ini— saat aku merapikan rambutku dan membentaknya kasar, kusadari bahwa ia adalah Charlotte.

"Kau tega. Kau membuat Luke meninggalkanku!" Katanya dengan membentak tapi juga kukira ia sedikit sedih— tapi tak mau itu terlihat. "Dia menyukaiku dan semuanya berubah karenamu, gadis bodoh. Ya, hanya karena gadis bodoh yang tidak berkelas."

Mati-matian kupahami kalimat demi kalimat yang diucapkan Charlotte. Gadis bodoh, tidak cantik sama sekali, tidak seksi, tidak memiliki kaki yang panjang, tidak tinggi, apakah kriteria itu masuk dalam tipe Luke? Kalau bukan membuatnya terjerat, aku mana bisa menarik perhatiannya. Aku hanya gadis bodoh yang sebaiknya menghilang, dan tidak usah memperdulikan Luke lagi, dia tidak pantas untuk gadis bodoh sepertiku. Charlotte benar. Dan aku di hadapannya menahan tangis, aku tidak terisak, aku tidak akan terisak lagi.

"Ya, kau benar. Aku hanya gadis bodoh, sekarang apa mau mu?"

"Leave him."

"I did leave." Ku sergap perkataannya dalam hitungan detik. Sorot mataku menatapnya tajam, aku sudah tidak takut lagi. Aku muak jika hanya aku yang akan terus disalahkan, dibenci dan dihakimi. Aku muak bahwa tak ada yang pernah memahami diriku— paling-paling hanya Calum. Akan kucoba membuka hatiku untuk pria yang dulu kubenci itu.

"Sudah selesai urusannya? Lepaskan aku dan biarkan aku pergi." Mereka berdua saling melihat satu sama lain, bukanny memberiku jalan tapi mereka malah makin mengerubungiku. Aku mundur dan mempet ke arah dinding. Charlotte menangkup daguku kencang, aku memukul-mukul tangannya tapi tak bisa. Ia kuat. "Lepas!!"

"Jangan mendekati Lu—"

"STOP!"

Kegiatan mereka menganiayaku terhenti saat orang dari seberang sana berteriak, aku tak bisa melihatnya karena terhalangi tubuh mereka yang tinggi. Charlotte melepaskan cengkramannya pada daguku, lalu aku terjatuh dan mereka lekas berlari. Orang di seberang sana menghampiriku, dia membantuku berdiri dan memapahku. Aku bukannya tak kuat berjalan sendiri— hanya saja hatiku masih terasa menyedihkan.

"Kau tak apa?"

"Calum?" Aku tersenyum, saat di pertengahan jalan kulihat Luke terengah dan berhenti di hadapan kami— ia habis berlari tapi kukatakan pada Calum untuk terus berjalan dan tak usah memperdulikan kehadiran Luke, Calum menolak jadi kami berhenti. Luke berjalan pelan, semakin mendekat dan mendekat. Ia agak membungkuk saat setelah tepat berada di depanku.

"Kau tak apa?"

Aku membuang mukaku, siapa yang mau perduli? Dari dulu hingga sekarang, aku tumbuh menjadi remaja penyakitan dan penuh beban tapi aku mampu hidup dengan duniaku sendiri meskipun sempat terbiasa dengan kehadiran Luke, aku mampu melupakannya— meski dengan waktu yang lama sekalipun tetap akan kucoba. Aku lelah menjadi gadis bodoh!

"Kau— marah padaku?"

"Kau yang bilang untuk jangan menyapamu, kan?" Dia terkesiap mendengar jawabanku, aku makin lantang menatap wajahnya yang seperti orang bingung— ia tentu tak menyangka akan jawabanku.

"See, Luke? Kau membuatnya menjadi seorang tersangka dan menghakiminya." Calum membelaku, dia melepaskan papahannya atas perintahku karena aku merasa sudah tidak apa-apa lagi. Sejujurnya, aku ingin mengatakan betapa jahatnya ia meninggalkanku begitu saja, menyatakan hal-hal yang menyakitkan dan segala perbuatannya membuat aku mundur untuk mendapatkannya lagi, tapi kuakui aku masih menginginkannya lagi— setelah kupikir-pikir bahwa pada setiap akhirnya hanya aku yang akan menangis sendiri, aku berusaha menolak egoku untuk bersikap lembut pada Luke.

I'm the one who crying alone, the one who getting hurted.

Aku dan Calum melewatinya, setelah kehadiran Luke yang lenyap dari pandangan kami, aku menghentikan langkah Calum dengan berdiri di depannya. Kutanyakan sesuatu yang selama ini mengganggu pikiranku bahwa kenapa ia mau berada di sampingku saat semua orang menjauh dan tak peduli, lalu Calum menjelaskannya dengan rinci bahwa ia merasa punya kesamaan denganku, bahwa Calum juga pernah membenci dirinya sendiri karena terlalu bodoh dan selalu dimanfaatkan wanita. Aku memiringkan wajahku bingung, "Masa iya?"

Dia melewatiku lalu menarik tanganku dari depan dan menceritakan bahwa sebelumnya ia sangat ramah dan bodoh, selalu tersakiti karena wanita yang hanya memanfaatkan kebaikannya. "Jadi kita sama?"

"Exactly." Dia begitu baik, begitu peduli. Ia berkata tak mau memberikan kasih sayangnya pada orang jahat seperti wanita-wanita yang dulu pernah dikencaninya, makanya ia bersikap dingin saat aku tak mengenalnya seperti ini. Dia bilang bahwa orang sepertiku tak akan menyakiti siapapun, tapi nyatanya aku menyakiti Luke, "Kau hanya sedikit kurang waras dan  kurang perhatian."

Aku terkikik pelan, meninju lengannya pelan. Perlahan— mungkin saja jika nanti akan kulupakan cintaku yang membuatku terobsesi pada Luke. Sekeras apapun itu aku akan mencoba— akan kubuat diriku melupakannya walau pada dasarnya ini akan butuh waktu lama. Tapi saat ini ada Calum, dia yang katanya bernasib sama sepertiku berjanji tak akan berubah. Sekarang zona kami makin menyempit meski serpihan-serpihan lain memaksa masuk. Aku akan berjuang melupakan Luke, selama apapun itu.

"Tolong bantu aku, Cal."

-:-

Luke Hemmings

"Enak?" Maya mencoba menyuapiku sepotong Sushi buatannya, dia masih seperti dulu— cantik dan agresif tapi entah mengapa aku tak tertarik. Dia seorang gadis yang tak pernah puas dengan satu orang pria. Bahkan akupun pernah diselingkuhinya karena terlalu baik, beberapa minggu kemudian ia mengemis memintaku untuk berpacaran lagi— aku menolak, dan mencampakannya seperti tikus yang terjebak di got. Satu-satunya alasanku bersama Maya adalah untuk membuat waktuku sibuk, untuk membuatku melupakan Greta— gadis malang yang kini tak sanggup kubenci lagi. Setelah satu minggu tak berhubungan dengannya, aku tersadar bahwa tak akan ada orang yang mencintaiku seperti dirinya. Tapi aku tak mengerti, dia sering bersama Calum akhir-akhir ini, aku berusaha tak peduli tapi di sisi lain aku terus merasa kalah dan kehilangan.

Aku mencoba mengerti. Kutanyakan pada Dylan dan dia menceritakan bahwa Greta menyukaiku sejak satu tahun lalu, ia seorang stalker yang selalu menguntit akun jejaring sosialku dan mengintipku di balik bukunya. Aku makin menyesal saat kudengar Greta sakit-sakitan, yang ku tau selama ini ia adalah gadis konyol yang lucu— dengan segala ketidaktauan dan ke egoisannya. Tapi aku menghakiminya tanpa tau itu semua, meski menurutku ia tetap salah.

"Aku mau pulang."

"Kenapa? Masakanku tidak enak, Luke?" Maya mencoba menahanku, tapi tetap kulangkahkan kakiku keluar dari rumahnya.

Berjalan sendiri seperti seminggu terakhir ini, menatap aspal dan tak tau arah. Aku kehilangan separuh hatiku.

.

.

.

.

.

Eh maaf yah double update hari ini. Pengen cepet diabisin aja Fucking Mine nya. Lagi banyak pikiran juga jadi takutnya gak aku lanjut kalo nunggu mood balik.

Yuk vomments:))

Fucking Mine (Luke Hemmings)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang