Aku berjalan melewati gadis-gadis yang berjemur, demi Tuhan aku benci beach day. Kalau bukan Luke yang mengajaku aku tak akan mau ke sini, juga Gwen dan Kristen yang mati-matian membujuku tapi pada akhirnya mereka malah mengabaikanku karena asik berkencan dengan pacar-pacar mereka. Dari ujung timur di mana matahari terlihat sangat tinggi, aku melihat Luke melangkah— bukan ke arahku, Luke termasuk panitia untuk beach day kali ini. Dia terus berjalan, terhenti di depan sekelompok perempuan sambil menyipitkan matanya karena sinar matahari. Aku yang berdiri dengan dungu hanya bisa mengawasinya, takut kalau-kalau Luke malah menggoda salah satu dari mereka yang terlihat genit. Kulihat mereka berdiri sambil tertawa— bukan Luke yang tertawa tapi gadis-gadis berbikini itu yang entah mengapa enggan membiarkan Luke pergi. Aku menggeram, berjalan cepat ke arah mereka— aku ingin menunjukan pada mereka bahwa Luke sudah punya pacar dan pacarnya itu aku. Terlihat sombong memang, tapi aku tak peduli mengingat memang akulah yang dipilih Luke di antara gadis-gadis di sekolah.
Aku berjalan tanpa memandang orang-orang di sekelilingku, selanjutnya entah mengapa aku kehilangan keseimbangan diri. Bukan, seseorang menyengkal kakiku. Aku panik dan berteriak tapi pada akhirnya terjatuh dengan wajahku yang mendarat tepat di permukaan pasir. Hidungku terasa tidak bisa menghirup udara karena pasir-pasir itu masuk. Aku mendongak, lalu melihat satu orang pria berdiri di depanku sementara kikikan terdengar dari orang-orang di sekelilingku. Mereka mentertawakanku?
"Kau makan pasir, Medew?" Pria itu, aku tidak kenal tapi kulihat jelas ia berdiri di depanku yang meringkuk terjatuh. Dia melipat tangannya di depan dadanya yang telanjang lalu tersenyum remeh. Aku terbangun tapi belum berdiri karena harus membersihkan telapak tanganku lalu saat tangannya terulur aku dengan santai melihatnya bingung, "butuh bantuan?"
Dalam hal ini aku seperti merasa menjadi lelucon lagi. Mereka mentertawaiku terlebih Luke yang hanya mengawasiku dari jauh, ia terlihat khawatir tapi tak kunjung menghampiriku. Aku mengambil tangannya, dia menariku berdiri tapi saat sudah mengajakku setengah bangun ia menghempaskanku— seperti mendorongku jatuh kembali, aku berteriak karena terkena cipratan pasir basah ke wajahku saat bokongku mendarat sakit di pasir-pasir itu. Dia hanya mau mempermainkanku?
"Make up yang bagus, Medew." Kudengar ia tertawa, diikuti dengan yang lain. Entah mengapa kali ini lebih para dari yang waktu itu— kejadian saat di ruang loker dan sekarang aku menjadi badut tontonan yang sangat memalukan. Ekor mataku bahkan tak berani melirik siapapun, hanya tanganku yang mampu bergerak membersihkan pasir-pasir di wajahku dengan mata perih— aku ingin menangis lagi— dasar gadis cengeng.
Pelan-pelan aku mencoba bangkit, tapi mereka tak mau meninggalkanku dan terus memandangku seolah akan ada pertunjukan lain yang akan segera terjadi. Aku mulai terisak, tapi saat kusadari seseorang telah berada di sampingku dan membantuku berdiri, perasaanku bertambah kuat— Luke memandangku, mendirikian tubuhku dan mengusap wajahku berusaha membersihkan pasir-pasir itu dari wajahku. Aku tersenyum padanya dan berkata bahwa aku tak apa, hanya sedikit sakit di bagian pinggul karena terjatuh tadi. Ia mengangguk, lalu mengubah arah pandangnya ke pria yang tadi menyebabkan ini semua. Pria itu bergeming, ia ketakutan dan berkata pada Luke yang menghampirinya bahwa ia tadi tak sengaja. Sebelum Luke berancang-ancang memberinya sebuah cekikan, Calum melesat dari arah belakang dan langsung memberi satu pukulan tepat di hidungnya sampai ia tersungkur. Aku menutup mulutku dengan tanganku— keterkejutanku tak berhenti sampai Calum berteriak pada lelaki itu untuk jangan menggangguku lagi.
Pintasan antara Calum dengan kemarahannya membuatku sedikit tertegun. Berbeda dengan Luke yang pandai mengatur emosi dan rasa sedihnya, Calum tidak begitu— ia terbiasa mengungkapkan rasa posesifnya, rasa sayangnya, rasa amarahnya namun meski begitu ia bisa menyembunyikan rasa sedihnya. Setelah melakukan adegan-adegan itu Calum lekas pergi, aku ingin mengucapkan sesuatu— entah itu ucapan terimakasih atau hanya sekedar kalimat penghibur lainnya tapi Luke menahanku, menarik lenganku menjauh. Ke arah barat yang lebih sedikit terpapar sinar matahari meskipun tetap panas.
"Aku merasa bersalah pada Calum, Luke." Kami berhadapan, Luke menuntunku hingga kaki kami tergenang air laut yang dangkal. Luke menggenggam kedua tanganku, menatapku dan sedetik kemudian membawaku untuk lebih dekat. Ia menempelkan kening kami— rasanya aneh, ini seperti saat aku menempelkan keningku ke dinding tapi kening Luke agak sedikit kenyal daripada dinding. Aku mendongak, menatap matanya yang teduh dan bergerak-gerak. Kami diam, hanya merasakan gelombang air yang sesekali bergerak halus menggoda kakiku. Luke berkata bahwa ia sudah bicara pada Calum tadi malam, Calum mungkin akan mencoba move on tapi tidak saat aku tersakiti dan ia akan membiarkanku bahagia bersama Luke. Aku menunduk lagi dibuatnya, rasa bersalahku membuncak kembali tapi Luke bergerak— ia melepaskan tanganku dan menariknya memeluk pinggangnya, keningnya yang tadi menempel dibiarkannya beringsut turun menyamping ke pipiku, ia berbisik kalau ia sangat-sangat mencintaiku, ia sungguh-sungguh dan tidak akan melepasku untuk hal apapun.
"Love you, I love you, I love you, Greta. I really do love you. I won't hurt you, stay beside me whatever happens." Aku makin menempelkan wajahku, Luke berbisik kembali kalau ia bersedia menjadi sandaran hatiku. Kurasakan ia menggesek-gesekan kulitnya pada pipiku, membuatku sedikit kegelian tapi tak mampu menghentikan Luke— ini menyenangkan, semuanya terasa seperti buku novel cinta yang kubaca. Kini, kudapatkan cinta sejatiku, kudapatkan dia yang takut kehilanganku, kudapatkan mimpiku untuk berdiri memeluknya, aku Greta Medew berhasil mendapatkan Luke Hemmings.
"Be my promdate tomorrow." Kata tanpa basa-basi Luke membuatku mengangguk. Aku memejamkan mataku— merasakan angin di musim panas yang membuatku bergetar berdampingan dengan rasa takjub. Garis arah kami berdiri terus di awasi matahari yang terasa kian menjauh, Luke membawa wajahnya makin turun hingga berhasil menjangkau tengkuk ku, ia menarik kedua tangannya melingkar di pinggangku. Kami berpelukan dalam jajaran gravitasi yang saling beradu— membuat kami jatuh ke hati masing-masing.
"Be mine forever, Greta Medew."
I got my love life.
.
.
.
.
.
.
.
.
END.
GRETA-LUKE YAY. TAPI JANGAN DIHAPUS DULU DARI LIBRARY YA, BAKAL ADA EPILOG SUASANA PROM NIGHTNYA!
KAMU SEDANG MEMBACA
Fucking Mine (Luke Hemmings)
Hayran KurguGadis nekat bernama Greta yang berani membuat kebohongan besar untuk mendapatkan seorang Luke Hemmings. "You cummed inside, Luke." Greta hamil? Copyright © 2015 by NamLayli