Pikiran kotorku memudar saat Luke menghentak dengan suaranya yang pelan, bertanya apakah aku mengerti, aku mengangguk lambat-lambat. Sejujurnya sejak Luke datang dan mengajariku pelajaran yang tertinggal, aku tak sekalipun fokus pada buku-buku itu. Menikmati wajah Luke dengan hanya melihatnya membuatku bergairah, aku ingin mengusapnya lembut.
"Mau keluar?" Kali ini aku menarik perhatiannya, dia antusias dan bertanya padaku kemana kita akan pergi. Kubilang pada Luke bahwa semuanya tergantung dirinya, ia berhak menentukan kemanapun kita pergi— aku tak masalah.
"Bagaimana kalau beli es krim saja?"
Why don't we reserve a hotel room, Luke?
"Good idea," tanpa menunggunya membereskan semua buku-bukunya, aku langsung berjalan keluar. Berniat menjadi gadis ceria di depan Luke, tapi inilah aku— tak bisa berpura-pura senang atau kekanak-kanakan, aku yang berada di samping Luke benar-benar aku yang apa adanya.
"Biasanya ada di sekitar taman." Aku berjinjit, mencari kedai es krim langgananku sejak dua tahun lalu. Luke membantuku mencari dengan melirik setiap sudut jalan menuju taman, lalu ia berhenti mendadak dan menyeretku girang ke sana. Semburat hangat muncul saat Luke membawaku tepat di depan kedai yang kini pindah ke sudut kanan, terakhir kali aku membeli es krim Tuan Yohanes itu lima bulan lalu, meski begitu rasa lezat dari es krim Tuan Yohanes masih lengket di lidahku.
"Greta?" Wanita ini yang di dalam kedai menyapaku, dia bukan Yohanes tapi aku mengenalnya. Perempuan berambut merah nun imut ini adalah Amanda, anak Yohanes. Aku menyapanya balik, ia sedikit tersenyum menggoda padaku saat melihat Luke. Dalam menyiratkan sebuah pertanyaan, Amanda memberi sebuah kedipan mata padaku dan bertanya apakah Luke pacarku. Aku menoleh Luke, aku canggung kalau harus mengaku, kutunggu Luke bersuara sampai lima menit berikutnya Luke mengiyakan.
"Sudah kutebak, oh ya bagaimana dengan penyakitmu? Sudah sembuh? Leah kemari kemarin malam dan—"
"Penyakit?" Luke menyela, menolehku sambil menaikan sebelah alisnya. Aku terbatuk tanpa sebab, kupandang Amanda lalu memberikan keterangan palsu pada Luke bahwa penyakitku itu saat aku kecelakan dan harus cuci darah dua bulan terakhir ini— aku pernah menceritakan ini pada Luke di UKS. Dia mengangguk curiga, tapi tak kunjung menanyakan sesuatu yang menyudutkanku. Dari sini debaran jantungku mungkin bisa menjadi cepat karena ketakutan, aku menganganggap cerita palsuku— saat aku yang mengakui aku hamil, lalu semua clues yang menerpa perjalanan kebohonganku merupakan sebuah kejanggalan. Aku takut Luke curiga, lalu membawaku memeriksa kandunganku ke tempat lain- bukan dengan Leah, lalu bagaimana kelanjutannya pun tak membuatku bisa mengimajinasikannya, pikiranku terus berputar hampir setiap hari sampai tumbuh jerawat halus di tepi bibir atasku.
"Kok aku malah membahas itu ya— kalian mau es krim apa?" Aku terbiasa menyukai cokelat, tapi Luke bilang ia suka rasa mint. Saat kukatakan pada Amanda untuk memberikan satu es krim cokelat dan vanila mint, Luke mencegatnya. Ia bilang ingin memesan rasa yang sama denganku.
"Kalian sangat romantis, aku jadi iri. Uhm, bagaimana dengan cone nya? Manis atau hambar?"
"Hambar," aku menoleh Luke- memaksudkan ia ingin cone yang mana, dan lagi ia bilang samakan saja denganku. Aku kembali mengatakan pada Amanda untuk memberi kami pesanan yang sama, dan dalam waktu lima menit pesanan kami jadi. Aku berterimakasih sebelum pergi dan memberi uang padanya, Luke di sampingku menggandeng tanganku.
I'm still feeling it's just some sweet dreams. Am i still in deep sleeping? Don't wake me up, god. It's just so beautiful standing beside him, way too beautiful.
Karena setiap detik yang kuhabiskan dengan Luke benar-benar berharga, tunjangan yang harus kubayar tentu harus mahal. Membiarkan diriku berbohong dan melangkah sejauh ini bersama Luke, merebut Luke dari dunianya— merebut Luke dari kebahagiannya, sungguh tak sanggup saat awal kuputuskan untuk tak peduli. Tapi biar seberapa jauh kilometer aku melangkah, ornamen-ornamen ambigu di otakku tentang Luke selalu berkeliaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fucking Mine (Luke Hemmings)
FanfictionGadis nekat bernama Greta yang berani membuat kebohongan besar untuk mendapatkan seorang Luke Hemmings. "You cummed inside, Luke." Greta hamil? Copyright © 2015 by NamLayli