Bus yang akan membawa rombongan jamaah haji pulang ke tanah air sudah stand by di depan penginapan.
Pagi ini semua jamaah haji bersiap untuk bertolak ke Jeddah. Mereka akan menginap semalam di kota tersebut sebelum kembali ke tanah air Indonesia dengan menyandang gelar haji dan hajjah.
Jeddah adalah kota pelabuhan utama di Arab Saudi baik pelabuhan laut maupun pelabuhan udara. Terletak di tepi Laut Merah dan sebagaimana kota-kota lainnya di Arab Saudi, Jeddah memiliki iklim gurun.
Pelabuhan lautnya merupakan jalur utama perdagangan dari dan ke seluruh penjuru dunia. Sedangkan bandaranya, yakni bandara King Abdul Aziz adalah bandara tersibuk di dunia. Apalagi di saat musim haji.
Tidak seperti kota Mekkah, dimana penduduknya semuanya muslim. Non Muslim tidak diperkenankan masuk ke kota Mekkah. Maka kota Jeddah lebih bebas. Penduduknya tidak hanya muslim, tapi juga ada yang non muslim.
Menjelang Dhuhur, rombongan jamaah tiba di sebuah hotel di belakang Masjid Syeikh Ibrahim Al Juffali atau lebih dikenal dengan Masjid Qisas. Masjid yang terkenal karena di tempat inilah berlangsung pelaksanaan hukuman Qisas.
Tempat ibadah umat Islam ini terletak di kawasan Balad Kota Jeddah, tepatnya di seberang kantor Sekretariat Departemen Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi. Keduanya hanya dipisahkan oleh Jalan Madinah Al Munawwarah.
Masjid ini dibangun oleh Syeikh Ibrahim Al Juffali, saudagar kaya dari Arab Saudi, pada 1986. Dengan arsiteknya adalah Abdul Wahid al-Wakil, seorang perancang bangunan berkebangsaan Mesir. Banyak orang menganggapnya sebagai otoritas kontemporer terkemuka dalam arsitektur Islam. Untuk mendesain dalam gaya tradisional, dia juga merupakan perwakilan dari Arsitektur Klasik Baru. Sepanjang karirnya, Abdul Wahid telah mendesain 15 masjid di Arab Saudi.
Tak heran jika kemudian gaya bangunan Masjid Qisas cukup unik. Masjid ini memiliki 26 kubah kecil-kecil dan di sudut bagian timur masjid berdiri satu menara cukup tinggi sebagai simbol tradisional sebuah tempat ibadah.
Di sebelah selatan masjid terdapat semacam teras yang cukup luas. Ketika sore, area ini biasanya dimanfaatkan oleh anak-anak lokal untuk bermain bola. Mereka bermain hingga azan magrib berkumandang. Di area depan juga terdapat taman rumput yang kurang kurang terawat. Sementara di bagian barat masjid terdapat danau buatan yang alirannya terhubung dengan Laut Merah.
Tidak hanya bagian luar yang unik, ruangan dalam Masjid Qisas juga menarik. Di setiap bagian dalam kubah terdapat lampu gantung. Tulisan kaligrafi sangat artistik tertempel di tembok ruang imam dan memanjang ke kanan-kirinya. Sebuah mimbar kayu berukiran khas Timur Tengah berdiri di samping ruang imam. Karpet dua warna yang terhampar juga sangat empuk, sehingga memberikan kenyamanan beribadah bagi pengunjung.
Jika melihat gaya bangunan dan desain interiornya, maka Masjid Qisos jauh dari kesan menyeramkan. Namun, faktanya memang kompleks masjid ini digunakan sebagai tempat pelaksanaan hukuman pancung bagi terpidana yang divonis qisas.
Dalam Islam, qisas berarti pembalasan (memberi hukuman setimpal). Misalnya dalam kasus pembunuhan, hukum qisas memberikan hak kepada keluarga korban untuk meminta hukuman mati kepada terpidana.
Tempat eksekusi tidak di kompleks masjid, tapi di area parkir kendaraan yang berada di sisi selatan masjid. Lokasinya berukuran 5 x 5 meter persegi dengan lantai keramik. Ruangannya terbuka hanya ditutup atap yang disangga dengan 8 tiang terbuat dari besi. Di tengah atap terdapat besi yang agak menjulur ke bawah seperti tempat untuk mengikatkan tali. Pelaksanaan eksekusi pancung biasanya dilakukan usai salat Jumat.
Namun saat ini hal itu jarang terjadi. Sebulan sekali juga belum pasti. Dalam setahun paling hanya tiga kali dilaksanakan. Sebab, banyak syarat yang harus dipenuhi sebelum hukuman itu benar-benar dilaksanakan. Dan juga, bagi yang kebetulan melihat hukuman itu dilakukan, maka jangan coba-coba merekam atau memfoto. Karena banyak intelejen yang mengawasi hukuman tersebut agar tidak tersebar ke seluruh penjuru dunia. Bila ketahuan menyebarkan gambar/video pelaksanaan hukuman tersebut maka akan dipenjara.
Seusai menerima pembagian kamar, para jamaah diberi kebebasan untuk beraktivitas. Boleh hanya beristirahat saja di kamar atau berjalan-jalan ke sekitar hotel.
****
Malam itu, Tiwi dan Hana berjalan-jalan ke kompleks pertokoan yang ada di Balad. Tidak berniat membeli apapun selain kuliner. Meski konon, katanya ... jam tangan di Balad adalah yang termurah. Tapi, mereka tidak tertarik membelinya.
Mereka lebih tertarik menikmati berbagai jajanan yang ada di sana. Jagung bakar, bakso, teh tarik adalah makanan yang menggugah selera untuk dicoba setelah sekian lama tidak bertemu dengan makanan tersebut.
Mereka juga sekedar mampir ke stand baju, mainan, dan lainnya. Hanya sekedar mampir tanpa membeli apapun. Malam itu ingin mereka habiskan untuk bersenang-senang saja. Sebelum esok mereka meninggalkan tanah suci.
****
*) Note : beberapa keterangan diambil dari sumber wikipedia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hajj Love Story
RomanceBismillah. Cerita ini fiksi, mohon maaf bila saya menggunakan profesi dokter di sini. Mohon info juga bila ada yang kurang tepat dalam penggunaan kata dalam cerita ini. Setting waktu cerita terjadi di tahun 2008. Real kondisi, tapi cerita romance-n...