4° Kontrak Kerja yang Aneh

48 9 2
                                    

Awalnya Sarla menolak dengan alasan, Ngga minat dan tidak mau dijadikan pembantu dengan pekerjaan itu. Wira sudah mengiming-imingi kalau gaji lumayan besar. Bahkan lebih besar dibanding uang yang dikasih oleh kekasih homo Dewa.

Begitu juga dengan Inggit, gadis itu langsung meracuni pikiran Sarla dengan mengatakan kalau Saska tampannya nggak ada obeng lebih ganteng dari pada Yeonjun. Inggit menunjukan seluruh foto Saskara Zaidan kepada Sarla namun gadis itu tetap saja menolaknya.

Namun ketika Sarla mendapatkan telepon dari Abangnya dikampung, tak ubahnya gendam yang memampu membuat orang berubah pikiran saat itu juga, Sarla langsung mau menerima tawaran pekerjaan itu secepat kedipan mata.

"Yaudah gue mau Wir kerja dirumah Saska."

"Tiba-tiba banget?"

"Kata Abang gue Emak kena serangan jantung. Dia butuh biaya banyak."

Dari awal Sarla tidak akan keberatan jika itu untuk Emak sama Abang di kampung. Apapun akan Sarla lakukan yang penting halal dan tidak membahayakan nyawa. Semenjak bapak tidak ada, Sarla mau menjadikan dirinya tulang punggung untuk keluarganya.

Walaupun tidak seberapa, Sarla berjanji ingin membuat Emak dan Abangnya bahagia. Catat itu.

"Kenapa lo gak jual ginjal?" Iseng Inggit bertanya pada Sarla yang sedang memakai sepatu untuk berangkat kerja.

"Gue masih waras walaupun miskin."

"Lo pulang jam berapa entar biar gue jemput?" Tanya Wira.

"Paling malem Wir. Udah gue pulang sendiri aja. Ganggu kerjaan lo aja" Sarla lalu terkekeh kecil, "Perhatian banget sih lo."

"Kan sesama teman harus saling menyayangi."

"Apaan sih lo Wir. Dah gue berangkat. Dahhh semuaaa."

"Dadahhh Sarla! Semangat kerjanya!"

"Jangan sampe suka sama Saska ya!"

Ucapan itu membuat Inggit menyipitkan matanya memandang Wira, "Naksir lo sama Sarla."

"NENEK LO SALTO!" Semprot Wira tepat didepan muka Inggit, "Gak ada waktu gue buat pacaran. Fokus memperkaya diri aja."

Love song_

Hingga taksi yang ia tumpangi itu berhenti didepan gerbang rumah. Ah salah memang ada rumah seperti ini? Sarlapun terbingung, "Pak ini saya beneran diturunin di depan rumah kan pak?"

Supir taksi itu lantas menoleh kebelakang, "Lah iya Neng. Rumahnya Saskara Zaidan kan?"

"Iya. Tapi ini beneran rumah Pak? Bukan istana?"

Supir taksi itu tergelak keras, "Hahaha, iya Neng ini rumahnya Mas Saska. Wajar Neng rumahnya gedongan gini. Anak orang kaya dia."

Setelah itu Sarla tersenyum kecil lalu merogoh tasnya untuk mengambil uang dan membayar taksi, "Ini pak."

Setelah turun dari taksi, Sarla masih sebegitu terkesimanya melihat rumah Saska Saska ini. Gerbangnya saja sudah membuktikan kalau dia ini memang pantas jadi pembantu disini. Rumahnya yang ada di kampung saja tak lebih besar dari kamar mandi rumah ini.

"Mbak Sarla?" Tiba-tiba saja laki-laki dengan seragam satpam itu menghampirinya.

"Oh iya Pak?"

"Yang mau kerja disini kan ya?"

"I-Iya."

"Ayo Neng bapak anter masuk."

Setelah sarla melewati gerbang besar untuk memasuki pekarangan rumah Sarla semakin terheran-heran. Ada banyak sekali pekerja disana. Ada tukang kebun, tukang buang sampah, bahkan untuk mengelap body mobil saja ada beberapa orang. Sarla mulai berpikir pasti rumah ini ada chef pribadinya.

ZERO BY ONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang