15. Adu Miskin Dek?

21 2 4
                                    

Pamer kekayaan?
Gak dulu, satu geng isinya orang miskin semua.
..
..
..

Sebenarnya rumah yang ditinggali Inggit dan Sarla ini adalah sebuah kontrakan yang disewa Inggit selama kuliah di Jakarta. Kontrakan ini hanya ditinggali oleh dua manusia itu, sementara Joe itu adalah orang gabut yang tukang mampir tidak jelas ke kontrakan adiknya diwaktu senggang saat kuliah. Perlu diketahui bahwa Inggit dan Joe itu beda kampus.

Malam ini empat orang itu berkumpul. Bukan untuk membahas rencana mencuri sebuah lukisan raden saleh atau sebagainya, lebih ke membicarakan hal tidak penting saja.

"Dingin-dingin gini enaknya diselimutin kekayaan nih." celetuk Wira.

"Lo lebih pantes diselimuti dosa." Sahut Sarla sambil memakan sosis tempuranya.

Sejenak Wira tertawa kalu menoleh ke Sarla yang ada disebelahnya, "Gimana kerjaan lo?"

Sarla mengangguk-anggukan kepalanya sambil memakan tempura, "Awalnya sih kaya nggak betah. Bosnya ngeselin, tapi lama-lama bisalah."

"Bisa apa?"

"BISA GILA!"

Lalu Wira lagi-lagi tergelak keras hingga Joe dan inggit datang ikut bergambung. Inggit lantas duduk bersila sambil membawa amplop tebal berwarna coklat. Lalu diikuti Joe yang juga ikut duduk bersila disana. Akhirnya mereka berempat duduk melingkar.

Sarla langsung duduk tegap sambil menggosok-gosokkan telapak tangannya, "Udah siap semua? Mana lilinnya. Kita ngepet malam ini juga!!"

Joe langsung mendorong punggung Wira, "Ayok Wir. Buru jadi babi. Rutenya keliling komplek aja!"

Dan dengan seluruh kebodohan Wira, Wira langsung bersuara, "Ngoook!"

Disitu Inggit memijat pelipisnya pening, "Nggak pernah punya temen, sekalinya punya temen kelakuannya nggak ada yang bener." Ia lalu mengeluarkan amplop coklat tebal yang ia bawa itu dan melemparnya dihadapan teman-temannya, "Setoran Bang..."

Melihat itu Joe langsung tersenyum lebar sambil merogoh kantong jaketnya, "Siyap!" ia lalu mengeluarkan uang sebanyak lima juta rupiah disana, "5 juta dari ayah tiri. Dapet berapa juta lo malakin emak tiri lo?"

Disitu Inggit langsung tersenyum lebar, "5 juta bang juga Mantepkan gue."

Ini adalah alasan kenapa mereka tidak tinggal satu kontrakan saja. Mereka memang saudara kandung, tapi kedua orangtua mereka sudah bercerai dan menikah sendiri-sendiri. Inggit ikut dengan ayahnya, dan Joe ikut dengan ibunya.

Bisa dibilang mereka ini adalah kembar-kembar nakal. Kerjaannya hanya malakin uang dari suami dan istri baru orangtua mereka. Mana mereka selalu kompak kalau berencana morotin suami dan istri orang tua baru mereka. Jika boleh dibongkar, dua saudara ini punya rencana kalau uang hasil morotin itu akan mereka buat liburan ke Paris.

"Wir kata lo kita temen Wir," Tiba-tiba Joe bersuara sambil menghitung uang dirinya dan Inggit, "Emak gue cerai tapi emak lo kok nggak cerai? Lo nggak setia kawan sih."

Disitu Wira masih terdiam. Terheran-heran dari mana Joe bisa menjadikan perceraian orang tua sebagai patokan kesetiaan pertemanan. Hingga ia menoleh dengan wajah datar pada Joe, "Emak gue meninggal kenapa mak lo nggak meninggal? Ngadi-ngadi lo lama-lama."

"Lo berdua masih mending!" Lanjut Wira, "Walaupun cerai duitnya lancar. Lah gue? Udah hidup sebatang kara begini, kagak ada yang peduli lagi. Lama-lama gue mati di kostan juga nggak ada yang tau."

"Yang penting makan oke kan? Sebagai ojol pasti sering dikasih bonus kan. Lo belum pernah ngerasain makan nasi sama kecap kan saking miskinnya?" Sarla ikut bersuara.

ZERO BY ONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang