Ketika Sarla menilik jendela kaca dikamarnya, bulan nampak bersinar begitu terang. Lalu didepan teras rumah juga begitu, ramai dan penuh tawa. Buktinya ada Wira dan Joe -kakak Inggit yang sedang bermain gitar disana.
Wira bernyanyi sambil memetik gitarnya, "Manusia-manusia kuat..."
Lalu mendapat sahutan lirik dari Joe, "Itu limbad."
"Kan ngawoor!"
Lalu terdengar cekikikan tawa Inggit melihat perdebatan antara Wira dan Joe. Dilain sisi otaknya tiba-tiba terpikirkan oleh Cakra. Demi apapun Sarla ini masih tidak percaya dipertemukan makhluk seperti itu. Cakra seperti orang aneh menurutnya. Sedikit gila mungkin? Karena setiap diajak bicara kadang nyambung kadang tidak. Cenderung selalu mengalihkan pembicaraan dan kontak mata.
Lalu tetantang tempat tinggal Cakra. Ternyata masih ada yang betah tinggal di ruangan seperti itu. Sekalin kotor, ruangan itu gelap walalupun siang. Isinya juga kosong. Hanya ada satu kasur tipis dan kamar mandi. Jika siang saja rumahnya gelap, bagaimana jika malam tiba seperti sekarang? Apakah Cakra tidak takut dan kesepian?
Sarla jadi bertanya-tanya, pernahkah laki-laki itu melihat cahaya?
Ia lalu menghela napas panjang sambil menuju meja. Berniat untuk membuka laptop kesayangannya yang lemotnya bikin tobat. Ia ingin mencari siapa Cakra dan apa hubungannya dengan keluarga Saska sendiri.
Setelah membuka beberapa artikel ia sedikit menemukan beberapa informasi tentang Saskara Zaidan. Disitu tertulis bahwa Saska merupakan actor terkenal yang baru naik daun baru-baru ini karena bakat aktingnya menjadi orang jahat. Saska juga merupakan anak tunggal dari anggota dewan dan pemilik usaha kosmetik terkenal.
Sarla lalu menyandarkan punggungnya pada kursi, "Oh dua pulih satu tahun." Tiga tahun lebih tua darinya. Jarinya lalu memutar mouse yang ada ditangannya, "Kalo Saska anak tunggal, Cakra ini anak siapa. Ngapain dia bisa ada di rumah itu?"
Sampai ia menemukan sebuah artikel berjudul, "Keputusan Dauar Brananta setelah menikah dengan Sinta Ayuningrum."
Disitu Sarla langsung membukanya. Melihat kapan artikel itu dibuat rupanya itu adalah artikel lama yang sudah setikar delapan tahun lalu. Wajar, Sarla nyecrollnya sampai akar hingga ia bisa menemukan artikel ini.
Disitu tertulis bahwa Pak Danuar ini dulunya juga merupakan artis terkenal yang akhirnya menikah dengan Bu Sinta. Namun yang membuat Sarla kaget lagi, rupanya Pak Danuar ini tidak memiki anak karena Bu Sinta ini mengalami kemandulan.
Bisa disimpulkan bahwa Saska ini merupakan anak angkat mereka.
"Terus Cakra ini siapa?!!!" kesalnya sendiri.
Tiba-tiba saja Inggit muncul dari balik pintu dan memasuki kamar Salra, "Lu nyari apa sih Sar! Gue perhatiin dari pintu seirus amat. Stalking sapa lo?"
Sarla lalu memutar kursinya kebelakang, "Saska ternyata bukan anaknya Pak Danuar ya?"
Inggit yang sedang memakan jeruk itu lantas duduk dipinggir ranjang, "Lah kemane aje lo baru tau? Itu berita udah lama banget. Sekitar delapan tahun lalu. Dia anak angkatnya Pak Danuar. Katanya dulu Pak Danuar itu ngangkat dua anak laki-laki gitu, seumuran. Salah satunya Saska."
Sarla lau menaikan satu alisnya, "Satunya lagi?"
Inggit lmenggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sambil berusaha mengingat, "Ck siape ye gue lupa. Cakra apa sape gitu namanya. Udah meninggal pokoknya."
DEG.
Satu kalimat iu mampu membuat Sarla membeku,"Me-meninggal? Gara-gara apa?"
"Bunuh diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO BY ONE
Teen FictionSelama merantau Sarla tidak pernah betah dengan satu pekerjaan. Ada saja alasan yang membuat Sarla keluar dari pekerjaannya itu. Hingga suatu hari Sarla mendapat tawaran kerja di rumah seorang publik figure terkenal. Disitulah Sarla mulai mengetahui...