Jejak-jejak kaki para manusia itu semakin dalam ketika menginjak jalanan Paris sebab salju turun begitu lebat dua hari ini. Tentu juga membuat orang-orang disana mengenakan baju cukup tebal untuk menghangatkan badan mereka ketika diluar ruangan. Mereka terlalu menyayangkan gemerlap lampu malam di kota Paris jika hanya dilihat dari balik jendela rumah saja. Termasuk Inggit dan Joe duduk disebuah kursi pinggir jalan.
Ini adalah tahun ketiga ketika ia dan Joe memutuskan untuk tinggal di Paris bersama. Tanpa pamit tanpa ijin mereka melarikan diri begitu saja dari keluarga masing-masing lewat uang yang mereka kumpulkan selama ini. Mereka membuka sebuah toko roti sebagai pekerjaan mereka untuk menyambung hidup mereka disini.
"Nggak nyangka udah tiga taun aja kita disini Bang." Ucap gadis itu.
Joe hanya tertawa kecil sambil memandang gemerlap lampu didepannya, entah kenapa setiap Inggit berbicara bahasa Indonesia bahkan ketika sedang di Paris itu sangatlah lucu. Terlebih dengan sebutan Bang itu. Memang tidak ada yang lebih keren gitu? Bang-bang itu panggilan yang cocok untuk Wira, temannya si tukang ojol.
Joe pun hanya menganggukkan kepalanya, "Iya ya...udah lama juga kira minggat begini. Gimana ya kabarnya Mamah sama Papah?"
"Yang pasti mereka gak lagi mikirin kita Bang. Nyatanya sampe tiga taun begini nggak satupun dari mereka yang nanyain atau nyariin kita." Jawab Inggit apa adanya hingga ia terdiam beberapa detik untuk melihat jalanan yang ramai didepannya, "Jalanan Paris rame ya Bang." Namun setelahnya ia menghembuskan napas kecil, "Tapi kita tetep ngerasa sendiri dan kesepian."
Untuk sejenak Joe menoleh memandang Inggit disebelahnya, "Dulu kalau malem begini gue sama Sarla mesti jajan tempura Mbak Jihan disebelahnya masjid. Sambil liat-liat anak ngaji diayunan depannya. Gibahin segala macem orang yang lewat. Sampe nyiduk Dewa yang ternyata homo. Hahahaha!" Inggit lalu tertawa getir, "Kangen gue sama Sarla Bang."
Disitu Joe terdiam. Joe tahu bagaimana dekatnya Sarla dengan adiknya ini. Mereka begitu dekat hingga Sarla yang aslinya bukan keluarganya saja ia anggap adik. Mustahil kalau Joe tidak merindukan gadis tarzan itu. Ia pun hanya menghela napas berat, "Jangankan lo Nggit. Gue aja nggak nyangka kalau Sarla itu udah pergi selama-lamanya. Rasanya baru kemarin dia ngobrol bareng gue di teras kostan lo."
"Iya Bang. Kisahnya Cakra sama Sarla itu bikin gue belajar kalau di dunia ini itu nggak bakal ada kekurangan kalau mereka mau menyempurnakan satu sama lain."
Dan laki-laki itu hanya tersenyum jumawa sambil mengusak rambut adiknya. Mereka memandang betapa indahnya kerlipan lampu menara Eifel yang mereka lihat dari tempat mereka dengan seksama dan perasaan hangat, "Iya. Kisah mereka itu manis, tapi tragis."
Love Song_
Jalanan ramai di sekitaran Jakarta timur sudah ia telusuri sampai sudut paling terpencil sekalipun. Tiga tahun adalah waktu yang cukup untuk membuat Saska hafal jalanan sini untuk mengantarkan para menumpang ojek onlinenya.
Saskara Zaidan yang pernah dikenal orang sebagai actor muda tanpa itu sudah jatuh tempo dan beralih sebagai tukang ojek online sama seperti kakaknya Wira. Berangkat pagi pulang sore sudah biasa ia lakukan selama tiga tahun terakhir ini karena profesinya sekarang telah berubah.
Tapi Saska sama sekali tidak pernah merasa keberatan. Baginya hidup apa adanya akan membuatnya lebih baik daripada hidup bergelimang harta namun membuatnya tertekan. Ia malah merasa hidupnya semakin nikmat dan membuantnya banyak merasa bersyukur dan sadar bahwa bahagia itu sederhana.
Ia bahkan tidak kehilangan Fenya karena sudah tidak tajir lagi, gadis itu masih berstatus sebagai pacarnya walaupun dirinya adalah tukang ojek online. Dan pastinya ia hidup bersama penyelamatnya yaitu Wira. Walaupun kadang cuma makan sama tempe penyet buatan Wira, Saska merasa ia adalah orang yang paling banyak diberi nikmat oleh Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO BY ONE
Teen FictionSelama merantau Sarla tidak pernah betah dengan satu pekerjaan. Ada saja alasan yang membuat Sarla keluar dari pekerjaannya itu. Hingga suatu hari Sarla mendapat tawaran kerja di rumah seorang publik figure terkenal. Disitulah Sarla mulai mengetahui...