22. Lepas tuas.

20 4 0
                                    


Malam itu Anggi berjalan pada pinggiran jalan raya. Anaknya itu merengek terus menerus hanya karena ingin susu untuk dibawa sekolah besok. Katanya, hanya Bara yang tidak membawa susu. Bara hanya diam memperhatikan teman-temannya meminum susu seorang diri.

Hati ibu mana yang tak bergetar mendengar hal itu. Sekalipun harus mengemis, Anggi rela melakukan itu untuk Bara, sungguh. Karena bagaimanapun, Bara adalah darah dagingnya.

Sampai tiba-tiba ada motor yang berhenti disampingnya, "Anggi? Mau kemana?"

Ketika Anggi menoleh ia hanya menghela napas jengah melihat laki-laki ini lagi. Kemanapun ia pergi kenapa selalu ada Iqbal disana? Ia pun hanya menjawab dengan malas, "Mini market."

"Ngapain?"

"Tawuran. Ya belanjalah!" jawabnya dengan ketus.

Dan laki-laki itu selalu membuang napas kecil ketika Anggi bersikap ketus padanya, "Maksudnya mau beli apa Nggii..."

"Susu buat Bara."

"Ya udah aku anter."

"Nggak usah." Gadis itu menolak. Namun ketika ketika Iqbal bersuara dingin menyebut namanya,

"Nggi..."

Ia berdecak dengan kesal sambil menghentakkan kakinya lalu menaiki jok belakang motor milik Iqbal, "Ck iya!"

Demi Tuhan, Iqbal itu laki-laki yang sangat baik yang pernah ia kenal selama hidupnya. Laki-laki itu selalu memberikan perhatian untuknya dan juga Bara walaupun kerap kali Anggi tolak. Boro-boro nolaknya halus, kadang Anggi sering membentak Iqbal untuk tidak menyampuri urusannya.

Entah itu karena sikapnya begitu dewasa dan tenang yang selalu membuat Anggi risih. Iqbal selalu menasehatinya berbagai hal bahkan yang tidak penting sekalipun untuknya dan juga Bara. Semua itu Iqbal lakukan karena Iqbal sayang pada Anggi.

Dan Anggi tahu itu.

Jika dibandingkan dari sekian banyak laki-laki yang pernah ia temui, Iqbal adalah yang terbaik. Tapi sayangnya, sekuat apapun Anggi berusaha, Anggi belum bisa sepenuhnya mencintai Iqbal. Karena sebagian besar hatinya masih berharap pada salah satu orang yang begitu ia cinta hingga buta yaitu, Sadana Cakra Abiputra.

"Udah itu aja?" Melihat Anggi mengangguk setelah mengambil beberapa kotak susu, ia langsung mengeluarkan uang dari dompetnya untuk ia bayar, "Lo nggak mau apa gitu? Biasanya suka sama coklat? Mau? Apa tuh, ada snack kesukaan lo. Mau?"

Anggi menggeleng, "Lagi nggak pengen."

Seolah tak menghiraukann jawabnnya, Iqbal tetap saja mengambilkan beberapa batang coklat dan snack kesukaannya itu dan meletakannya dimeja kasir. "Kok diambilin sih. Kan aku bilang aku nggak pengen."

Lalu laki-laki itu berdecak, "Tinggal dimakan pas pengen aja kenapa sih. Ribet banget."

Akhirnya Anggi dan Iqbal keluar dari mini market itu. Iqbal mengajaknya untuk duduk sebentar didepan sana untuk menikmati beberapa snack yang baru saja dibeli.

Sejujurnya ada banyak hal manis yang Anggi suka dari perlakuan Iqbal. Kalau bahasa kerennya, Iqbal itu cowok act of servis. Perlakuan kecil yang dilakukan Iqbal itu selalu membuat Anggi senang bahkan melambung tinggi.

Seperti sekarang saja, iqbal membukakan seluruh snack kesukaaannya, padahal Anggi sudah bilang tidak usah karena sungkan, tapi Iqbal selalu bilang, "Nggak usah sungkan. Nih."

Mau tak maupun Anggi meminum salah satu susu yang Iqbal berikan padanya. Namun tak berselang lama matanya terlaih pada seseorang yang baru datang mengunjungi mini market yang ia kunjungi juga itu. Salah satunya Anggi jelas kenal, itu Sarla si cewek tarzan yang selalu cari ribut dengannya. Tapi laki-laki yang sedang digandeng Sarla, membuat Anggi terpaku saat itu juga.

ZERO BY ONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang