25° Sweet

15 3 0
                                    

Hampir setiap malam Sarla tidak bisa tidur dan hanya termenung dengan perasaan campur aduk. Hari ini adalah hari keenam, dan besok adalah hari ketujuh. Sementara itu ia belum menemukan cara sama sekali untuk menyelamatkan Cakra. Memang benar sudah dilaporkan polisi, tapi Sarla pribadi akan tetap khawatir.

Sarla tidak ingin kehilangan Cakra dan tak akan mebiarkannya Cakra pergi jauh darinya, apalagi sampai kembali kerumah itu, tidak akan. Namun Sarla tidak pernah lupa apa yang akan ia dapat jika ia berani melanggar itu semua. Apa yang akan mereka lakukan pada Emak dan Yuda nantinya?

Hari ini, gadis itu hanya duduk termenung diruang televis yang sepi. Ia memeluk lultutnya sambari menggigit kuka dengan pandangan kosong. Padahal jika ada yang bisa mendengarkan issi otaknya, mereka bisa dengar betapa takutnya Sarla dengan resiko yang ia perbuat itu.

Hingga datanglah laki-laki itu. elihat Sarla sedang cemas ia langsung berlutut didepannya. Ia mengusap lutut Sarla pelan sambil mendongak menatap Sarla, "Sarla..." lalu Cakra mengusap rambut gadis itu dengan pandangan lamat, "Maaf. Jujur aku nggak pernah mau nyusahin siapapun, tapi aku juga nggak mau hidup aku kaya gitu terus. Aku butuh seseorang buat disamping aku, dan keluar dari tempat itu Sar."

Melihat itu Sarla langsung saja menggeleng. Ia menurunkan lututnya lalu menangkup wajah Cakra sambil tersenyum tipis, "Enggak Cakra enggak. Ini bukan gara-gara kamu. Kamu sama sekali nggak pernah bikin aku susah. Kamu bakal tetep aman karena kasus ini sudah dilaporin pilosi."

Lalu gadis itu mengulum bibirnya sejenak, "Hari ini sudah hari ke enam. Besok pagi Pak Danuar sama Bu Sinta udah dateng dan aku belum punya cara buat kasih mereka alasan. Aku jadi khawatir sama Adfis, Asep, Pak Zaki sama Pak Andri. Aku takut mereka kenapa-napa."

Cakra lalu beralih duduk disebelah Sarla. Ia sedikit mengangkat tubuh Sarla untuk duduk dipangkuannya. Tangannya menyisihkan anak rambut Sarla kebelakang telinga dengan senyuman tipis, "Kita cari caranya sama-sama. Apapun yang terjadi kita harus tetep sama-sama. Ya?"

Sarla mengangguk sambil tersenyum manis. Untuk pertama kalinya Sarla mengikis jarak diantara mereka. Dengan suka rela ia memagut bibirnya dengan Cakra diatas pangkuan laki-laki itu. Bagi Sarla dunia memang kejam terhadapnya, tapi ketika ia menemukan Cakra, ia hanya belum paham apa itu merasa kuat yang sesungguhnya.

Dan Cakra tak akan pernah menolak apapun yang orang lakukan, jika itu Sarla. Ia akan memberikan atau membalas sebaik mungkin (Atau lebih?) yang ia bisa untuk Sarla. Tak peduli bagaimana hancurnya hidupnya sebelum ini, betapa ia mendambakan namanya kematian, kali ini Cakra hanya ingin hidup selamanya dengan Srikandi Gauria Elsarla.

"Manis." Kekeh Cakra sambil mengusap bibir gadis itu dengan ibu jarinya.

Lalu gadis itu hanya ikut terkekeh. Ia tidak pernah menyangka bahwa Cakra yang pertama kali mengambil ciuaman pertamanya. Mendadak saja ia jadi bersyukur, sesayang-sayangnyaia dengan Dewa dulu, ia tidak pernah ciuman dengan laki-laki itu. Selain takut bekas pacar cowoknya, Sarla juga tidak bisa memberikasn first kissnya untuk Cakra.

Sementara didepan pintu

"Ngapain lo didepan Nggit?"

Inggit terperanjat ketika Joe tiba-tiba menepuk pundaknya dari belakang, "Shhhh lu bisa diem nggak sih! DEMI ALLAH GUE NGGAK BERANI MASUK!"

"Kenapa?"

Inggit langsung menarik rambt Joe untuk melihat Cakra dan Sarla yang ternyata masih berlanjut disana, "Noh liat Cakra sama Sarla. Jam segini udah cipokan aja disofa!"

Love Song_

Malam itu Adfis dan Asep sudah datang dari mudiknya. Mereka merasa begitu senang sekaligus sedih. Senangnya mereka masih dikasih kesempatan untuk melihat keluarga mereka. sedihnya, kapan pekerjaan melelahkan ini selesai? Sampai Adfis pernah bilang kalau mereka hanya bisa libur kerja ketika kiamat dan tutup usia saja.

ZERO BY ONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang