• Don't forget to vote for this book.
Happy reading...···
Junathan memutuskan guna kembali menuju rumah sakit agar ia bisa menemani Haruto disana, walaupun Haruto sudah di temani oleh istrinya, Hyunsuk, lalu adik tirinya, Jaden.
Sungguh Junathan tak bisa berfikir jernih saat ini, terlalu banyak pikiran yang berkecamuk pada benaknya.
Bahkan saat ini, dirinya tak menyadari air mata yang terus membasahi kedua pipinya.
Sesampainya di rumah sakit, Junathan turun dan langsung berjalan menuju ruang rawat Haruto seperti biasa, tak seperti waktu lalu.
Junathan terus berjalan hingga tak sadar jika dirinya telah sampai didepan pintu ruang rawat sang adik.
Namun, ia enggan untuk sekedar membuka pintu tersebut.
Ia hanya tak sanggup melihat wajah adik sepupunya yang sangat berarti bagi dirinya.
Hingga seseorang dari dalam mebukakan pintu..
"Kau kembali? Masuklah terlebih dulu, lalu segeralah membersihkan tubuhmu." Ah, ternyata sosok tersebut ialah Jaden
Junathan masuk lalu berjalan mendekat pada sosok yang masih terbaring, mungkin tengah istirahat atau memulihkan mentalnya? Junathan tidak tahu.
Juga dirinya melihat Hyunsuk yang selalu menemani Haruto dengan duduk pada kursi yang berada disamping brankar yang berisi adik sepupunya.
Hyunsuk yang menyadari seseorang datang mendekat padanya, lantas menolehkan netranya, lalu mendekat pada seseorang itu dan langsung membawanya pada dekapan.
"Tenangkan dirimu, jangan terlalu berfikir lebih, itu hanya akan memberimu rasa sakit yang begitu dalam.."
"Jika nanti Haruto bangun dari tidurnya, jangan memberikan pertanyaan apapun terlebih dulu padanya, ingat. Berikan dia semangat, beri pesan padanya, bahwa disisinya masih ada kamu dan kita semua.." Hyunsuk mendekap tubuh suaminya, Junathan, dengan senyum yang selalu tertampang pada bibirnya
Hyunsuk juga menyadari jika Junathan tengah menangis dengan lirih, hanya terdengar isakan kecil.
Hyunsuk membiarkan sang suami menangis dan membiarkan Junathan mengeluarkan seluruh emosional nya yang terpendam saat ini juga.
Setelah isakan Junathan terhenti, mereka melepas dekapan satu sama lain. Hyunsuk bisa melihat betapa kacaunya raut wajah sang suami.
Ia membawa Junathan duduk pada sofa, lalu membiarkan suaminya itu tenang agar pikiran buruk yang mengganggu kepalanya segera hilang.
Hyunsuk kembali berjalan mendekati Haruto yang masih tertidur disana.
Ia membenarkan selimut yang digunakan guna menutup tubuh Haruto agar terlindungi dari hawa dingin nya AC, lalu mengelus lembut surai milik Haruto dengan pelan agar sang empu tak terganggu.
Hari menjelang pagi dengan siluet cahaya matahari yang menembus jendela kamar rawat tersebut, terlihat Haruto yang sudah bangun terlebih dulu dari beberapa insan yang tengah tertidur di sofa.
Haruto melihat semuanya, bagaimana dengan Jaden, Junathan, lalu Hyunsuk yang tertidur sangat lelap. Mungkin Haruto merasa, bahwa mereka terlalu lelah karena telah menjaganya seharian.
Dirinya tersenyum, bahkan berterima kasih pada Tuhan yang selalu memberi kebaikan padanya dengan mengirimkan mereka untuk menemani dikala dirinya tengah terpuruk seperti saat ini.
Sedetik kemudian, tiba tiba saja perutnya terasa sedikit mual. Haruto mengerti, mungkin hal ini disebabkan oleh insan lain yang berada didalam tubuhnya, tangannya mencoba mengelus perut yang masih terlihat rata tersebut, karena baru beberapa minggu usianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emmoniká Dídyma | TravisHaruto
Fiction généraleSosok pemimpin yang memiliki keinginan besar untuk melindungi keluarga yang tersisa. Namun apa daya dengan gangguan psikologis yang di deritanya sejak usianya masihlah terbilang kecil, hingga hal tersebut akhirnya menciptakan kesalahan fatal yang mu...