OT : 17 [1]

625 62 3
                                    

• Don't forget to vote for this book.
Happy reading...

···

Setelah satu jam menunggu kedatangan Mashiho guna menemani Haruto bermain, kini mereka berdua akhirnya meninggalkan Jaden begitu saja kala Haruto dengan netranya melihat kedatangan Mashiho di ambang pintu Mansion.

Hatuto berlari mendekati Mashiho, tanpa menghiraukan bagaimana ucapan Jaden yang sedikit menasehati kala melihat dirinya berlari, bahkan sambil meringis kecil.

Mashiho? Salah satu tangannya di tarik oleh Haruto lalu segera di bawa pergi ke taman belakang Mansion, karena Haruto sudah tak sabar akan bermain bersamanya.

Jaden menghela nafas, sudah biasa dengan keadaan seperti ini.

Segera saja Jaden menyusul kedua bocah itu lalu mengawasinya dari jauh. Seperti dirinya yang tengah duduk di kursi taman belakang, dimana tempat Haruto dan kekasihnya, Mashiho, bermain bersama.

Netranya hanya bisa memandang Mashiho dengan sifat dewasanya dan bagaimana cara Mashiho memeperlakukan Haruto saat tengah bermain. Jaden terkekeh, ia seperti melihat istri dan anaknya bermain bersama.

Setelah memikirkan hal yang tidak tidak, tatapannya beralih pada laptop yang tadi ia bawa karena mendadak ada perkerjaan dari kantornya, hanya sedikit.

Hingga ia tak menyadari jika seseorang tengah berdiri dengan was was dibelakangnya.



"Dor!"



Jaden sedikit terjengit kala ada yang mengejutkannya dari belakang. Bahkan Jaden siap dengan kepalan kedua tangannya guna menghantam sosok tersebut. Namun, kedua kepalan tangannya kembali lepas begitu saja, kala melihat Haruto dengan mahkota bunga yang Mashiho buat dan menempel pada kepalanya.

"Hehe.."

Lihat, bahkan Jaden tengah menahan gemas dengan sosok yang satu ini. Setelah kejadian barusan ia dikagetkan dari belakang oleh Haruto, kini bocah itu hanya terkekeh lucu didepannya.

Melihat raut wajah Jaden yang masih seperti terlihat syok, Haruto menjadi murung karena telah mengejutkan Kakak sepupunya dari belakang. Hingga tak sadar kedua matanya berkaca kaca siap untuk menangis.

"Hiks.. maafin Ruru.." ujarnya menatap Jaden

Menghela nafas, Haruto menangis lagi? Langsung saja Jaden mendekati Haruto lalu mendekap tubuh ringkih itu.

"Tak apa. Lain kali jangan diulangi, mengerti? Nanti jika Kakak memiliki penyakit jantung lalu mening————" ujarannya terhenti

"Hiks.. tidak mau! Ruru tidak mau Kakak begitu, hiks.. maafin Ruru, Kakak, maafin Ruru, hiks.." racau Haruto dalam dekapan Jaden

Jaden tersenyum, berhasil menjahili Haruto dengan cara seperti ini. Bahkan dirinya mendapatkan pukulan pelan dari Mashiho yang berada disampingnya sedari tadi.

"Jangan seperti itu!" Ujarnya tegas, namun pelan

Jaden hanya menggangguk patuh pada sosok manis miliknya dengan tersenyum.

Ia hendak melepaskan dekapannya pada Haruto. Namun, adik sepupunya ini semakin erat mendekapnya.

"Hiks.. maafin Ruru, Kakak! Jangan lepas pelukannya, nanti Kakak pergi, hiks.. tidak mau!" Haruto menangis semakin kencang, membuat Jaden dan Mashiho kelimpungan karenanya

Padahal, Haruto sendiri yang memulai, namun ia juga yang menangis.

"Ruru, sini sama Cio main lagi.." ujar Mashiho berusaha membuat Haruto berhenti menangis

Berhasil. Kini Haruto berhenti menangis, walaupun masih ada suara isakan kecil darinya.

Haruto melepaskan dekapannya dari Jaden, lalu menatap Mashiho dengan kedua mata yang masih berkaca kaca.

Emmoniká Dídyma | TravisHarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang