OT : 20 [1]

620 58 4
                                    

• Don't forget to vote for this book.
Happy reading...

···

•FLASHBACK•



Seorang anak kecil tengah duduk di kursi taman belakang Mansion, yang tak lain ialah, Travis. Ada hal apa ia duduk sendiri tanpa ada yang menemaninya?

Travis terdiam disaat ia menduduki kursi tersebut, entah apa yang ia pikirkan hingga membuatnya terdiam seorang diri. Namun, tak berselang lama, ia melihat seekor Kelinci yang mendekatinya dengan tatapan seperti meminta makan, mungkin? Berakhir, Travis membawa Kelinci putih tersebut pada pangkuannya.

Seolah mengerti, kelinci tersebut menatap Travis Kecil yang tengah kembali menatapnya dengan mengangkat satu alisnya.

"Mengapa kau bisa ada disini?" Tanya pelan Travis pada seekor Kelinci putih yang ia bawa

Tak mendapatkan jawaban ataupun gerakan dari sang Kelinci, Travis kecil merasa janggal walaupun ia tak mengerti suatu hal. Ia mengalihkan tatapan matanya pada sekeliling taman, dan berakhir berhenti di sebuah titik atau secarik kertas yang tertancap pada pohon rindang yang tak jauh dari taman belakang Mansion.

Mendekat. Travis mendekat pada titik tersebut, lalu mengambil secarik kertas yang menggantung pada pohon rindang disana, dan membukanya.

'Apakah Travis tak memiliki seorang teman bermain?' kira kira, seperti itu isi dari kertas tersebut yang Travis baca

Travis menolehkan kembali tatapannya, lalu ia melihat sosok yang tak lain ialah salah satu dari kawahan Garenzalo yang mendekat ke arahnya.

"Hai. Tak apa, paman tak akan berbuat jahat padamu, tenang saja." Ujarnya saat Travis mencoba menjauh darinya

"Maukah Paman agar menemani Tuan bermain? Paman lihat, kau seperti tengah kesepian." Ujarnya, mengalihkan Travis yang terus terdiam menatapnya

Travis tersenyum tipis. Faktanya, masih ada seseorang yang perduli dengannya saat ini.

"Paman mau menemaniku bermain? Apakah boleh, dan tak di marahi oleh Ayah?" Tanya Travis lirih

Seolah mengerti, salah satu kawahan Garenzalo tersebut mendekat pada Travis dan langsung membungkuk kecil guna menyamakan tinggi mereka.

"Tak akan. Jika paman salah, Tuan boleh memukulku dengan senang hati." Jawabnya

Setelahnya, mereka berdua bermain, seperti bermain tangkap menangkap, belajar teka teki dan lain hal sebagainya. Hingga..

"Paman mohon agar Tuan mendengarkanku terlebih dulu. Bagaimana jika Tuan menemui salah satu Psikiater untukmu? Tenang saja, dia adalah teman dekat paman, dia sangat baik."

"Paman lihat, kau selalu memendam semuanya sendiri tanpa ada yang mengetahuinya. Paman hanya takut terjadi hal yang tak di inginkan. Paman meminta agar Tuan menyetujui hal ini."

Tanpa berfikir panjang, Travis mengangguk menyetujui. Walaupun dirinya masih belia, ia harus segera tahu apa yang terjadi padanya selama ini.



Hari berikutnya, Travis pergi bersama dengan salah satu kawahan Garenzalo guna mendatangi Psikiater untuknya. Hingga akhirnya, mereka telah sampai pada tempat yang dituju.

Sekitar satu jam kurang lebih lamanya, akhirnya mereka selesai pasca ingin mengetahui hal apa yang sebenarnya terjadi pada Travis kecil.

"Bagaimana?" Tanya nya pada Psikiater

Emmoniká Dídyma | TravisHarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang