OT : 01 [1] [EPILOG]

628 42 0
                                    

• Don't forget to vote for this book.
Happy reading...

···

Garenzalo Travis Watanabe, sosok petinggi itu telah pulang ke lingkup keluarga nya, dengan di sambut hangat oleh seluruh manusia yang berada di mansion walaupun dari sedikit mereka tak percaya akan kehadirannya kembali. Di mana terdapat sang dambaan hati yang ia tunggu sampai saat ini, termasuk dengan seorang putra yang selama ini ia nantikan akan melihat rupa wajahnya secara jelas.

Di kediamannya saat ini, Travis berjanji guna tak akan melakukan suatu kesalahan ataupun hal buruk yang nantinya akan berakibat fatal bagi seluruh keluarganya dan akan kembali membenci dirinya.

Saat itu, tepat di mana kejadian yang hampir menyatakan bahwa dirinya telah tiada... Itu salah. Entah apa yang Tuhan inginkan hingga mampu memberi Travis sebuah kesempatan untuk hidup kembali guna menyadari atas semua kesalahan yang ia perbuat.

Namun, Travis sangat bersyukur akan hal tersebut.



Di malam ini, sejenak Travis menoleh ke samping kanan yang terdapat sang dambaan hatinya telah terlelap. Haruto, nama yang selalu Travis tunggu akan kehadirannya kembali, nama yang selalu membuat Travis sadar akan kesalahan nya, nama yang selalu Travis sebut saat ia merasa sendiri kala itu. Hingga ia mengecup pelan kening milik Haruto tanpa berniat mengangguk sosok nya.

Setelahnya, Travis beranjak dari kasur lalu pergi menuju toilet guna membasuh wajahnya agar terlihat kembali segar. Lagi pula, hari masih larut untuk dirinya mandi saat ini. Sesaat ia melihat dirinya yang tertampang pada cermin toilet, wajah rupawan miliknya masih terlihat tegas dan tak terlihat menua sedikitpun, seolah tak pernah bersedih dengan waktu yang cukup lama. Namun sayang jika terdapat luka jahit pada kening miliknya yang terlihat begitu jelas akan bekas luka tersebut.

Beberapa menit Travis keluar dari toilet, hingga ia melihat jika Haruto terbangun dari tidur lelap nya. Segera ia mendekat pada sosok tersebut tanpa di sadari oleh sang empu.

"Ada apa?"

Sontak Haruto menoleh pada sosok pria menjulang tinggi di hadapannya.

"Ah, tidak. Haru hanya terbangun saat tak merasakan keberadaan kakak di sampingku."

Travis duduk di sisi ranjang sembari memandang wajah sayu Haruto yang sepertinya masih terlihat mengantuk.

"Tidurlah kembali, ini masih larut malam."

Namun sepertinya perkiraan Travis salah, nyatanya rasa kantuk Haruto hilang begitu saja setelah ia terbangun beberapa saat lalu. Tiba tiba kedua netra Haruto tertuju pada bekas luka di kening Travis.

"Apakah luka ini terasa sakit? Haru tak pernah membayangkan jika kakak akan meninggalkanku saat kita baru saja mengucap janji suci. Saat itu Haru terlihat hancur sampai tak sanggup melihat tubuh kakak yang di bawa oleh mobil ambulan menuju rumah sakit. Dan... Haru tidak tahu jika sosok yang di makamkan di hari selanjutnya itu bukan kakak, melainkan entah siapa. Haru... Haru... Benar benar tak tahu akan hal ini. Akan tetapi Haru merasa bersyukur kala melihat kakak masih hidup dan kembali hingga kita bisa bersama lagi."

Kesekian kali air mata itu meluruh dengan sendirinya, dengan segera ia menghapus buliran itu dengan telapak tangannya.

"Kau ingin pergi ke taman belakang? Nanti saya akan menjelaskan semuanya. Namun jika kau masih mengantuk, lebih baik besok saja."

Ucapan Travis di angguki antusias oleh Haruto dan akhirnya mereka berdua keluar dari kamar lalu berjalan menuju area taman belakang mansion. Sesaat mereka tengah berjalan menelusuri ruangan demi ruangan hingga sampailah di taman, beberapa ruangan tersebut tak terasa sunyi sedikitpun karena terdapat banyak nya Kawahan yang masih terjaga di larut malam ini.

Emmoniká Dídyma | TravisHarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang