OT : 22 [1]

655 65 7
                                    

• Don't forget to vote for this book.
Happy reading...

···

BRAK!!

"HARUTO!"

Sosok lain membuka pintu ruang ICU dengan amat keras, tak perduli jika pintu tersebut akan rusak karenanya.

Kemudian dia berjalan dengan langkah kaki panjangnya, lalu ia menarik tubuh Haruto guna menjauh dari Travis.

"Akhhh!" Haruto merintih

"JUNATHAN, APA YANG KAU LAKUKAN?! KAU AKAN MEMBUAT HARUTO TERLUKA, BAJINGAN!" Sosok lain datang dari luar, yang tak lain ialah Jaden

Junathan tertawa remeh, begitu bodoh pikirnya.

Netranya menoleh ke arah Haruto yang berada di dekapan dirinya, menahan dengan kuat agar sang empu tak dapat lolos dari tahanannya.

"Jangan mendekat dan mencoba jadi pahlawan kesiangan." Ujar Junathan

"Ada apa denganmu, lepaskan Haruto. Biarkan dia bersama Travis!" Jaden mengeram marah

"Biarkan, katamu? Cih, jika Travis mati pun, saya tak akan pernah perduli dengannya. Lalu kau Haruto, mengapa kau keluar dari mansion tanpa meminta ijin pada kami, jawab?!" Junathan menyentak Haruto

Seluruh tubuh Haruto gemetar ketakutan kala Junathan berani berbicara dengan keras di hadapnnya. Haruto menjadi dejavu dengan hal serupa.

"Junathan, kau jangan egois. Travis ialah kakak Haruto, biarkan dia bersamanya!" Jaden berucap dengan menarik paksa Haruto dari dekapan Junathan

Travis, melihat semuanya. Ia tak bisa melakukan apapun terkecuali dengan netranya yang bertemu dengan netra sang adik. Berbicara dalam batin guna mempercayai Haruto agar ikut bersama mereka.

Namun berbeda dengan Haruto, ia berkata bahwa tidak ingin ikut bersama kedua kakak sepupunya. Haruto hanya ingin kembali bersama dengan Travis, sudah cukup hidupnya yang terus tersiksa, ia lelah dan Travis juga sama.

Haruto menggelengkan kepalanya yang tengah menatap Travis dengan air mata yang kesekian kali mengalir pada pipinya.

"Ruru mau ikut dengan Kakak, hiks.." lirih Haruto

"Ruru tidak ingin bersama Kak Juna, dia jahat, dia selalu membentak Ruru. Ruru takut, hiks.."

Hatinya terasa teriris sebuah pisau amat tajam. Akibat ulahnya, bisa menjadi fatal seperti ini. Travis sangat merutuki kesalahannya, walaupun itu semua bukan Travis sendiri yang menginginkan hal tersebut terjadi.

Ia mencoba melepas beberapa selang kecil yang menempel pada tubuh miliknya, lalu bangkit dari brankar ICU. Mendekat perlahan pada Haruto yang berada disisi Jaden, berakhir menarik pelan sang adik dan langsung mendekap tubuh ringkih tersebut.

"Jangan menangis." Ujarnya

"Hiks.. Ruru sangat takut, Kakak.. Ruru ingin bersama Kakak, bukan mereka, hiks.." isaknya lirih, bahkan suaranya entah terdengar oleh Travis atau tidak

"Haruto, kau harus menuruti ucapan mereka, mengerti? Kau harus ikut dengannya, biarkan saya sendiri." Travis mengelus surai rambut nan lembut milik sang empu

Isakan Haruto tiada henti, dengan Travis yang berkata demikian, itu hanya membuat Haruto semakin sesak dibuatnya.

"Tidak, Kakak! Ruru tidak mau, hiks.. jangan seperti itu.."

Jaden menatap iba pemandangan didepannya, menoleh kembali pada Junathan yang hanya diam menatapnya.

"Bagaimana, Junathan? Bahkan Haruto telah memilih untuk ikut bersama Travis dibanding kita berdua."

Emmoniká Dídyma | TravisHarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang