• Don't forget to vote for this book.
Happy reading...···
Hari ini ialah hari dimana Darren akan kembali melanjutkan studynya di Jepang. Tentunya diantar oleh sang papa, Haruto.
Mereka berdua segera berangkat menuju bandara.
Di perjalan menuju bandara utama, Haruto tak henti hentinya memberi nasehat baik pada sang putra, bahkan Darren hanya terkekeh melihat Haruto yang begitu serius.
Tak lama berbincang di dalam mobil, akhirnya mereka berdua telah sampai di bandara.
Sejujurnya Haruto masih merindukan putranya, namun ia tak bisa memaksa keinginan sang putra. Dan Haruto juga selalu memberi yang terbaik pada Darren.
"Sehat sehat disana, ya. Papa Haru selalu menyayangimu, Aren." Haruto berucap dan tak sadar jika air matanya mengalir pada kedua pipinya
"Don't cry, papa. Aren will do what papa wants, there." Darren mendekap tubuh sang papa dengan erat
"Saat libur panjang nanti, Aren berjanji akan kembali ke sini. Dan kita akan bermain bersama." Darren tersenyum pada sang papa
Haruto membalas dengan kecupan lembut di kening Darren, lalu tersenyum teduh. Mengusap air mata yang sempat mengalir, dan kembali mendekap tubuh putranya.
"Cepatlah masuk ke pesawat, papa akan melihat Aren dari sini. Selamat tinggal, Aren. Papa only prays to God, I hope you are always healthy there." Haruto berucap lirih, ia tak kuat menahan tangis
Setelah beberapa menit kemudian, pesawat yang di tumpangi Darren lepas landas. Dan dari bawah, Haruto melambaikan salah satu tangan miliknya dengan senyuman yang masih tercetak jelas pada raut wajahnya.
Haruto memutuskan guna langsung kembali menuju mansion dengan perasaan yang tak biasa. Bahkan ketika ia telah sampai di Mansion, Haruto hanya mengabaikan ucapan dari para maid yang memerintahkan dirinya guna makan siang.
Bukan maksud lancang, tetapi ia merasa jika kepalanya terasa pening. Akhirnya, Haruto pergi menuju kamar miliknya untuk istirahat sejenak.
Beberapa menit setelahnya, karena sang Tuan tak kunjung keluar, akhirnya salah satu maid mencoba masuk dengan membawa nampan berisi menu makan siang.
Naas, saat maid tersebut masuk kedalam, ia membelalakkan netranya kala melihat sang Tuan yang tergeletak di lantai. Tepat saat itu juga, maid berteriak meminta tolong hingga beberapa kawahan Garenzalo mendekati asal suara.
"Cepat panggil Dokter untuk segera kemari. Dan hubungi Tuan Junathan dengan Tuan Jaden!" Seluruh maid begitu panik, takut jika terjadi hal yang tak di inginkan
Salah satu kawahan Garenzalo membopong tubuh Haruto menuju kasur sang pemilik, lalu dibaringkan secara perlahan.
Tak butuh waktu lama, Dokter datang dan langsung saja menangani Haruto yang semakin pucat.
Dan tepat saat Dokter tengah menangani Haruto, Junathan termasuk Jaden datang dengan angkuh dan langsung berjalan menuju kamar.
"Kenapa?" Tidak, untung saja yang berucap demikian itu ialah Jaden. Jika Junathan, mungkin salah satu dari mereka telah berpulang kepada sang pencipta
"Waktu lalu saya melihat Tuan Haruto mengabaikan kami setelah mengantar Tuan Darren ke bandara. Setelahnya, saya dengan maid yang lain memutuskan guna membawa nampan berisi makan siang untuknya. Lalu setelah saya membuka pintu kamar, saya terkejut ketika melihat Tuan Haruto sudah tergeletak di lantai, Tuan Jaden." Maid tersebut berucap dengan pelan agar Jaden paham maksudnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Emmoniká Dídyma | TravisHaruto
General FictionSosok pemimpin yang memiliki keinginan besar untuk melindungi keluarga yang tersisa. Namun apa daya dengan gangguan psikologis yang di deritanya sejak usianya masihlah terbilang kecil, hingga hal tersebut akhirnya menciptakan kesalahan fatal yang mu...