• Don't forget to vote for this book.
Happy reading...···
Seorang pria berjalan di tengahnya tanah lapang dengan dipenuhi rumput liar dan banyaknya jenis bunga indah.
Travis, sebut saja namanya.
Entah apa yang tengah ia lakukan disana, netranya melihat pemandangan sekitar. Tidak, tempat ini tak ada siapapun selain dirinya seorang.
Mengapa ia bisa berada ditempat lapang ini? Ada apa?
Sesaat kemudian, siluet cahaya terlihat oleh kedua netranya hingga mengalihkan dirinya yang tengah berdiri dalam diam.
Terlihat jelas kedua sosok yang baru saja muncul dari cahaya tersebut dengan senyuman teduh pada Travis.
"Ayah, Bunda?"
"Hai, putraku. Bagaimana kabarmu dengan adikmu, apakah kalian baik baik saja?"
Haruto. Ya, nama itu segera terlintas dalam benak Travis. Mengingat bagaimana senyum indah dari sosok tersebut, membuat Travis ikut tersenyum di sela sela kedua bibirnya walaupun tak kentara oleh kedua sosok yang berada di hadapannya saat ini.
"Kau tak mendengar kami berbicara padamu saat ini? Ah, tak apa. Jangan memaksanya jika kau tak ingin berbicara dengan kami." Sang ayah, Hanbin, berucap pada Travis
Travis terdiam, tak tahu harus melakukan hal apa selain memandang kedua sosok di hadapannya.
"Kalian, mengapa berbohong padaku, mengapa?! Kalian membuatku bak orang tak waras, disini. Kalian berdua tak pernah memikirkan keadaanku saat Travis kecil mencoba mengerti semuanya." Travis mencoba berbicara pada kedua sosok disana, yang tak lain ialah sosok kedua orang tuanya
"Maaf, maaf karena kami tak pernah mengerti perasaanmu saat itu, nak." Ujar sosok wanita, sang ibu dari Travis dan Haruto
"Dan maaf, karena kami hanya ada padanya ketimbang dirimu. Kami salah, bahkan kami hanya bisa mengatakan maaf padamu. Namun, tak apa jika kau tak menginginkan kata itu keluar yang bisa saja membuat hatimu semakin terluka."
Travis menutup erat kedua telinganya dengan kedua tangan miliknya. Semakin erat menutupnya, semakin kencang suara itu mendera pada indra pendengarnya.
Tubuhnya limbung hingga membuat dirinya terduduk di hamparan rumput nan hijau disana. Suara itu semakin menggema.
Apakah kedua sosok di hadapannya ingin membuat Travis mati disini. Tidak, itu tak akan terjadi jika Travis bisa melawannya.
Namun, hal yang di harapkan itu tak terjadi. Seolah waktu yang bisa di putar kembali, Travis melihat bagaimana dirinya yang masih belia melihat pemandangan dimana Haruto tengah di dekap oleh kedua orang tuanya.
Bayangan tersebut sekelebat hilang entah kemana. Di ganti oleh raut wajahnya yang sendu karena mengingat kembali hal yang tak di inginkan itu.
"Ayah jahat. Mengapa ayah membunuhnya? Dia yang menolongku, dia yang membuatku tersenyum di setiap canda tawanya. Bahkan, ayah telah di kelabui oleh manusia tak berguna saat itu dan membunuh seseorang yang selama ini bisa saja memulihkan mentalku." Travis berkata dengan lirih
"Lalu di saat Haruto menjadi penyembuhku, sosok lain datang di kehidupan kita. Hingga membuat saya dan dengannya terpisah hanya karena masalah kalian bertiga dimasa lalu."
"Saya tak ingin menjadi sosok yang amat kejam seperti kalian. Saya hanya ingin sembuh, saya sangat ingin melindungi Haruto dari kejamnya dunia. Saat ini, sekuat tenaga yang di miliki agar bisa melindunginya daripada mementingkan kesehatan saya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Emmoniká Dídyma | TravisHaruto
Ficción GeneralSosok pemimpin yang memiliki keinginan besar untuk melindungi keluarga yang tersisa. Namun apa daya dengan gangguan psikologis yang di deritanya sejak usianya masihlah terbilang kecil, hingga hal tersebut akhirnya menciptakan kesalahan fatal yang mu...