OT : 19 [1]

803 64 3
                                    

• Don't forget to vote for this book.
Happy reading...

···

Seseorang yang kini tengah berdiri dengan memandang kosong taman bunga dari dalam kamar, dialihkan saat ada sosok yang berani memasuki kamarnya tanpa izin dari sang pemilik.

Baru saja ia menolehkan netranya guna melihat sosok di belakangnya, kedua cengkraman tangannya mengeras. Namun kemudian, cengkraman nya terlepas begitu saja kala tak sengaja melihat sosok lain yang memandang nya dengan rasa bersalah.

"Travis, maukah kau mendengarkan terlebih dulu ucapanku? Demi Haruto." Ujarnya pada Travis yang hanya diam memandang mereka

Seketika detak jantung Travis bergemuruh, bak manusia yang tengah dikejar hewan buas saat berburu di hutan belantara.

"Katakan. Jangan membuang buang waktuku hanya untuk mendengarkan kalian berbicara dihadapanku saat ini." Jawab Travis

"Kami mohon padamu agar kau dapat mendengarkan baik baik ucapan kami sebelum melakukan hal yang membuat kesalahan fatal akibat ulahmu."

BRAK!!

"Bukankah saya sudah menuruti seluruh keinginan kalian terhadapku guna menjauhi sosok yang paling saya cintai selama ini?! Lalu dengan hak apa kalian mendatangi tempat ini jika hanya membuat hatiku semakin teriris hanya karena mendengarkan kalian berbicara tentangnya!"

Travis menendang pintu kamarnya dengan kasar setelah mendengarkan ucapan dari salah satu diantara mereka.

"Saya sakit, Jaden. Saya sakit! Apakah kalian memiliki setitik keperdulian itu terhadapku? Di setiap harinya, saya selalu bertengkar dengan jiwa lain yang berada di tubuhku. Kalian memang benar jika ucapan mengenai saya yang terobsesi padanya, tetapi itu semua bukan karenaku. Hingga dimana saya selalu menyetubuhinya tanpa sadar, itu bukan keinginanku untuk melakukan hal bejat padanya." Travis menunduk

"Emosional yang saya pendam sejak kecil, seluruhnya telah mendominasi ragaku untuk melakukannya. Kalian tak tahu jika selama ini yang tersiksa bukan Haruto, tetapi saya!" Travis sedikit berteriak pada beberapa sosok didepannya

"Kalian tak tahu bagaimana Travis kecil pergi sendiri dengan di temani oleh salah satu kawahan Garenzalo yang selalu menemaniku menjalankan terapi pada psikiater saat itu. Hingga dimana, seseorang yang selalu menemaniku saat itu, kini mati di tangan Ayahku sendiri. Lantaran dari salah satu mereka yang menuduhnya jika menghasutku dengan hal tak lazim."

"Kalian tahu? Sosok yang selalu menemaniku menjalani pengobatan, kini telah tiada saat diriku masih dengan keadaan pemulihan? Travis kecil sangat terpuruk, walaupun ia mememdam rasa itu sendiri. Dan selanjutnya, saya memutuskan untuk berhenti menjalankan semua hal tersebut. Karena percuma, itu tak akan pernah membuatku kembali seperti semula."

"Lalu, Travis kecil menjadi dewasa sampai akhirnya ia memendam seluruh amarah pada raganya yang membuat saya menjadi kejam dan tak memiliki hati. Dan itu semua terhenti saat di mana saya memiliki rasa perhatian lebih padanya. Berhasil, emosional itu sedikit menghilang dengan pengganti sifat ceria, lugu, nan lembut dari sosoknya. Akan tetapi, kalian dengan tega menyuruhku guna menjauh darinya demi keselamatannya? Bahkan, kalian tak pernah sekalipun memikirkan keselamatanku, karena kalian sendiri hanya mementingkan sosok yang paling kalian kasihi sepenuhnya." Travis tak sadar jika air matanya meluruh dihadapan sosok yang sejak tadi mengdengarkan ucapannya, hingga membuat hati dari salah satu mereka semakin teriris mendengarnya

Jaden dan sosok yang sejak tadi bersamanya, yang tak lain ialah Junathan, kini semakin merasa bersalah akan ucapan Travis yang begitu menyayat hatinya.

Ternyata selama ini, Travis memendam seluruh ego itu sendirian. Bahkan Junathan yang selalu menemani kedua bocah kembar itu, dirinya tak tahu jika Travis akan seperti demikian.

Emmoniká Dídyma | TravisHarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang