Hug (nomin)

1.4K 135 2
                                    

Happy reading–!

TW // MENTION of DEATH , SELF HATE , SUICIDE

CW // BLOOD


Jeno pov

Hari ini aku menyadari bahwa seseorang yang selama ini aku kenal kuat ternyata sangatlah lemah. Bahkan ia sangat lemah, tapi dengan hebatnya ia menyembunyikannya atau hanya aku saja yang tidak menyadarinya.

Setiap hari, ia selalu memberikanku pelukan, bukan hanya aku, pada teman yang lain juga.

"Aku lelah, bisa beri aku pelukan?" Tanyaku.

Dengan senyum lebarnya yang manis, ia mengangguk dan membawa diriku dalam pelukan yang paling nyaman yang pernah aku rasakan.

Tepukan pelan pada punggung serta lembutnya elusan tangannya pada rambutku membuat semua rasa gelisah dan lelahku hilang.

"Kau hebat, terimakasih sudah bertahan melalui hari ini. Aku yakin hari esok akan lebih baik untukmu" ujarnya lembut sekali, seakan-akan aku adalah hal berharga yang harus ia jaga dengan baik.

"Terimakasih sudah mengatakan itu" kujawab. Aku mengeratkan pelukan itu. Maka dengan senang hati ia membalasnya.

"Jika suatu hari aku lelah, maukah kau berikan pelukan untukku?" Tanya pelan sekali, hampir seperti bisikan.

"Pelukan? Tentu saja. Aku akan memberikannya secara percuma" ucapku hari itu.

Lalu tak lama beberapa teman kamipun protes katanya ingin dipeluk juga. Iri karena aku lebih dulu dipeluk.

"Astaga, gantian dong. Aku mau juga hehe"

Dia hanya tersenyum dan menatap kami satu persatu. Lalu mulai memeluk kami.

Disetiap kesempatan yang ada, dia selalu ada untukku dan yang lain.

"Selamat ya! Kau berhasil masuk ke universitas impianmu!"

Hari itu ia datang dengan setangkai bunga ketika aku memberikan sebuah kabar gembira. Lalu aku langsung memeluknya dengan erat.

"Terimakasih, ini berkat dukunganmu juga. Oh iya bagaimana hasilmu?"

"Ahh, aku kurang beruntung Jen, aku akan mencoba tahun depan"

Aku tertegun, ia mengatakan hal itu dengan senyumnya yang manis, tanpa ada rasa sedih dalam ucapannya. Takut jika kabar itu merusak hari bahagiaku.

"Ah, aku minta maaf na. Aku tidak tahu"

"Aissh, tidak masalah. Ayo kita pergi makan enak"

Dan itu adalah hari terakhir dimana kami benar-benar menghabiskan waktu berdua dalam waktu cukup lama.

"Kau dimana? Aku membutuhkanmu"

Hari itu, hari dimana aku merasa terpuruk. Aku memintanya datang untuk sekedar menemaniku minum. Ia dengan cepat datang dengan senyumnya yang masih sama manisnya saat pertama kali kami berjumpa.

"Astaga ada apa Jeno?"

Aku hanya diam menatap matanya yang khawatir, lalu pandanganku buram, lalu setelahnya aku berakhir dalam pelukan hangatnya.

Ia menenangkanku selama setengah jam. Malam itu aku menangis dan menceritakan segala keluh kesahku padanya.

Bagaimana sulitnya persaingan hingga beratnya hari yang kujalani. Tanpa kusadari bahwa tubuh kurus yang kupeluk itu bertambah kurus dan wajahnya menyiratkan sebuah kelelahan.

Aku tidak menyadarinya hari itu. Yang hanya dipikiranku adalah semua keluh kesahku hilang dan sebuah kata penenang datang darinya.

"Tidak apa Jeno. Itu wajar sekali, didunia ini kau hidup untuk bersaing. Kalau kau lelah, tinggal berhenti sejenak, lalu kau bisa kembali melangkah" ujarnya pelan.

ETHEREAL [Jaemin harem oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang