Selamat membaca:)
.
.
.Beberapa waktu setelah ke rumah Jihan, Juan semakin akrab dengan keluarga Jihan. Bahkan tak jarang Juan menginap dan tidur bersama Randy. Hubungan mereka semakin menjadi perbincangan hangat di sekolah. Juan yang dingin dengan semua orang akan bersikap baik dan lembut jika berhadapan dengan Jihan.
Banyak yang mendukung, namun banyak pula yang menghujat terutama dikalangan para anak perempuan. Jihan mengetahui itu. Hanya dia bingung harus bagaimana, sebab hubungannya dengan Juan hanya sebatas teman biasa jadi apa yang harus dipermasalahkan.
"Jihan.. Nanti aku mau ke perpustakaan nasional kamu mau ikut?"
"Hm.. Boleh, kebetulan aku senggang juga kok"
"Oke, tapi naik bus boleh?"
"Ya boleh lah Juan, tapi mobilmu gimana? Kalo aku lagi ga bawa sepeda hari ini"
"Aku titip satpam"
"Haha.. Ya sudah, beruntung kamu udah kenal dekat dengan pak Sukmo"
"Itu juga berkat bantuanmu"
Mereka pun lanjut berbincang tanpa memedulikan keadaan sekitar. Banyak tatapan iri, sedih, dan gemas menuju ke arah mereka berdua.
.
Seusai pembicaraan mereka tadi, Juan segera menitipkan mobilnya ke pak Sukmo dan mereka segera menuju halte bus. Ini adalah kali pertama bagi Juan untuk menaiki transportasi umum. Sedari kecil hingga remaja ia tak pernah diperbolehkan untuk naik angkutan yang disediakan untuk umum.
"Juan.. Pegangan tali ini biar kamu ngga jatuh ya.. Penumpang lagi penuh jadi kita berdiri aja gapapa kan?"
"Gapapa"
Setelah beberapa waktu bus melaju, Juan merasa kalau Jihan tidak nyaman. Ia melihat ke sisi kiri Jihan, terdapat laki-laki paruh baya dengan tampang mesum melihat ke arah Jihan. Dengan sigap Juan menutupi Jihan seperti posisi memeluk dari belakang. Tentu Jihan terkejut dengan tindakan Juan, namun disisi lain ia merasa lebih aman.
Tak lama sampailah mereka di perpustakaan nasional. Juan tersenyum tipis melihat Jihan yang antusias. Sangat mudah menebak ekspresi Jihan, dan hal itu yang membuatnya terpikat. Mereka pun segera masuk ke dalam perpustakaan dan mencari buku yang diperlukan. Setelahnya mereka duduk di salah satu bangku yang disediakan.
"Wah kamu tertarik sama dunia musik dan tari ya! Keren.. Aku juga tertarik tapi aku lebih suka desain"
"Kamu ga merasa aneh ngelihat laki-laki yang suka Seni ?"
"Aneh kenapa? Setiap orang itu berhak untuk punya ketertarikannya masing-masing. Orang tua aku juga berpesan untuk selalu menghargai dan mendukung apa yang orang lain suka. Lagipula jaman sekarang banyak kok laki-laki yang suka dance dan nyanyi sekaligus.. Aku kadang suka kagum gitu"
"Makasih"
"Untuk?"
"Berpikiran positif tentang kesukaanku sama seni"
"Em? Memangnya ada apa?"
"Gaada kok gaada apa apa"
"Oke.."
Hening terjadi diantara mereka berdua. Juan yang memperhatikan Jihan dan Jihan yang fokus dengan bukunya
"Ehm.. Han.."
"Ya, Juan?"
"Aku mau jujur sesuatu"
"Jujur? Juan kayaknya ga pernah bohong sama Jihan"
"Bukan, tapi tentang apa yang aku rasakan Jihan"
"...?" Jihan menatap Juan bingung
"Aku ga tau apa benar ini yang dikatakan orang sebagai fase jatuh cinta karena aku belum pernah berada di fase itu.. Selama ini belum ada perempuan yang buat aku nyaman dan menjadi diriku sendiri..
KAMU SEDANG MEMBACA
Juan & Jihan
RomanceSeperti halnya perumpamaan es yang mencair ketika disinari matahari kadang kala proses tersebut terjadi pada perasaan manusia. . Saat ada hati yang membeku dingin akan mencair ketika disinari senyum mentari kemudian menjadi rasa hangat. . Perjalana...