Epilog

276 15 0
                                    

Selamat membaca:))
.
.
.

Beberapa bulan setelah pernikahan, Juan terpaksa harus meninggalkan istrinya untuk keluar negeri. Awalnya Juan mengajak Jihan untuk ikut namun selama 2 hari sebelumnya Jihan terlihat tidak enak badan. Ia juga hampir membatalkan penerbangannya namun Jihan memaksa Juan untuk tetap pergi.

"Baby are u ok?" tanya Juan khawatir

"Hm, aku baik baik aja kok"

"Kamu keliatan pucet, masih mual?"

"Masih, cuma masuk angin kok.. Kamu tenang aja kan ada ibu yang jagain"

"Tapi ini udah 4 hari sayang. Setelah aku pulang, kita langsung cek ke dokter" mutlak Juan

"Iya iya.."

Tiba-tiba Juan mendapat panggilan dari asistennya untuk bertemu dengan klien.

"Ya udah kamu fokus kerja ya disana, aku gapapa hm"

"Jangan sampe telat makan, nanti aku hubungin lagi"

"Iya" kemudian Jihan menutup panggilan videonya

Terdengar ketukan dari pintu kamar Jihan. Setelah memberikan izin terlihat Dara dan ibu masuk ke dalam kamar.

"Han, ini cuma feeling mbak aja.. Coba kamu tes" usul Dara sambil memberikan testpack

"Iya han, selain gejala masuk angin bisa jadi kamu isi"

"Tapi mbak, bu.. Aku baru beberapa bulan lalu menikah" sangkal Jihan

"Ga ada yang ga mungkin han.. Mbak juga waktu hamil Noah baru beberapa bulan menikah sama mas"

"Ya udah, Jihan coba"

Jihan pun mencoba saran dari kakak pertamanya. Sudah setengah jam berlalu, namun Jihan belum keluar dari kamar mandi membuat Dara dan ibu khawatir.

"Han.." panggil ibu Jihan

Pintu kamar mandi terbuka menampilkan wajah Jihan yang sembab.

"Ya Tuhan, gimana hasilnya nak?"

"Bu, mbak.. Positif" jawab Jihan sembari menangis haru

"Puji Tuhan/Syukurlah" sahut keduanya

"Asiikk ibu punya cucu lagi!"

"Pantas aja selama sakit aku heran, berat badanku naik tapi setiap makan aku selalu keluarin setelahnya"

"Namanya trisemester pertama dek, lebih baik kamu kasih tau Juan dan keluarganya"

"Aku hubungin keluarganya lebih dulu kalau Juan nunggu dia pulang aja"

"Ya sudah gimana baiknya! Ya ampun senengnya ibu!!!" girang ibu Jihan

Jihan mengabari orang tua Juan, dan tak lupa memperingati mereka untuk tidak memberitahu Juan terlebih dulu. Kedua orang tua Juan menyetujui dan langsung  memutuskan untuk berangkat ke Jakarta saat itu juga.

.

Juan pulang ke rumah keluarga Jihan dan terkejut mendapati kedua orang tuanya disana.

"Dad, Mom.. Kalian ga kasih tau aku kalo kesini?"

"Kan mommy mau jenguk putri mommy, emang salah"

"Ya ngga sih, cuma aneh aja biasanya selalu kasih kabar dulu"

"Masuk dulu son, temuin Jihan dikamar sana"

"Iya"

Juan masuk ke dalam kamar Jihan. Jihan yang sedang tertidur terasa terusik.

"JUAN!" teriak Jihan senang dan langsung menerjang Juan dengan pelukan hangat

"I miss you"

"Meeee toooo"

"Masih mual?"

"Udah ngga kan udah ketemu Juan"

"Haha.. Bisa aja kamu, maaf ya aku ganggu kamu tidur"

"Em.. No.. by the way Juan aku mau kasih kamu kado"

"For? Perasaan ulang tahunku dan ulang tahumu udah kelewat jauh bahkan hari Anniversary kita juga"

"Iya.. I know, ini beda" seru Jihan sembari mengambil kotak persegi yang sudah dibungkus rapi

"Coba buka" pinta Jihan

Juan membuka kotak tersebut dan melihat beberapa testpack dengan garis 2 di dalamnya.

"That's yours?" tanya Juan memastikan dan Jihan mengangguk

"So we will have a baby?"

"Two babies"

"Serius?"

"Hu'um kemarin aku sama mommy dan ibu langsung cek sayang. Kalo kamu mau lihat bayinya besok sore aku udah buat janji temu"

"Ayok!" seru Juan sembari mengajak Jihan

"Besok sore Juan.." tolak Jihan

"Ga bisa sekarang?"

"No.."

"Dokter lain?"

"Hahaha.. Sabar ya"

"Huft, okey" jawab Juan sambil mengelus perut Jihan yang sedikit membuncit.

"Thanks han" lanjut Juan sambil meneteskan air mata bahagianya

Jihan dengan sigap memeluk sang suami.

"Aku juga, makasih udah percaya sama aku"

"Always, even forever baby"

Juan menyatukan kening mereka lama kemudian menciumnya. Ia bersyukur kisah cintanya berakhir dengan cinta pertamanya, mataharinya.

Meski sempat banyak masalah yang hadir keduanya mampu bertahan hingga berakhir di pelaminan. Kita tak bisa menebak lembaran selanjutnya karena Tuhan sudah menyiapkan skenario yang berbeda-beda. Yang jelas kita patut mensyukuri keadaan yang sudah berjalan. Menerima hal baik dan hal buruk dalam kehidupan.

💓💓

Juan & JihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang