Menanti

143 15 0
                                    

Selamat membaca:))
.
.
.

... Maaf sekalii, dari hati yang terdalam sejujurnya kami berdua belum siap untuk hal ini. Kami tahu mereka sudah menjalin hubungan sejak lama, tentu kami juga menantikan niat baik nak Juan. Akan tetapi, bisakah berikan kami waktu lagi untuk melepas anak kami yang terakhir?" ucap ayah Jihan sambil menahan tangisnya dan memegang tangan Jihan

Tentu Juan dan keluarga sedikit kecewa namun mereka memahami hal itu. Bagaimanapun posisi Jihan sama seperti Juan saat ini.

"Bagaimana Juan?" tanya ayah Juan

Juan melihat Jihan yang mulai menangis. Ia ingin segera meresmikan Jihan, tetapi mungkin saat ini waktunya belum tepat.

"Ayah, saya serius dengan Jihan... (jeda)... Dilain sisi saya juga paham maksud ayah tadi. Saya tahu kemarin bukan waktu yang tepat untuk hal ini. Oleh karena itu, izinkan saya memperbaikinya di lain waktu"

"Maafin ayah yaa, Juan"

"Ini bukan salah siapa-siapa pak Eko, kami tentu paham. Apalagi Jihan juga kerja jauh dari sini. Rumor kemarin juga masih belum reda, jadi kita tunggu saja waktu yang lebih tepat" sahut ayah Juan menenangkan

"Ehm" deham ibu Juan

"Sebenarnya saya juga ingin mengatakan hal ini dari lama namun terkendala waktu. Saya sadar kalau saya belum secara langsung mengucapkan terima kasih dan maaf kepada semua keluarga Jihan.

Maaf karena sudah salah menilai, dan berlaku kasar sebelumnya. Perkataan saya dahulu pasti banyak menyakiti hati kalian, namun kalian masih menerima baik kami disini. Jujur saya malu dan tak tau harus bagaimana ketika berhadapan langsung seperti ini. Saya berterima kasih atas kebaikan Jihan dan keluarga selama ini. Saya tahu saya tidak mudah dimaafkan, tapi perlu kalian tahu kalau saya benar-benar menyesal" ucap ibu Juan sambil menundukkan pandangannya

"Hah... Jihan sudah menjelaskan semuanya, awalnya saya masih ragu. Tapi melihat kedekatan anda dengan putri saya selama beberapa waktu terakhir dan mendengar pernyataan secara langsung hari ini saya yakin kalau anda sudah berubah" balas ibu Jihan

"Iya.."

"Ya sudah karena hari ini nak Juan sekeluarga sudah datang jauh-jauh dan waktu sudah masuk makan siang, kita makan siang dulu ya di dalam. Oh ya, ada teman-teman Jihan juga sedang menginap disini kemarin mungkin nak Juan kenal"

"Ya yah"

"Yuk masuk" tawar ibu Jihan

Semua keluarga Juan masuk ke dalam rumah bertepatan dengan datangnya Dara dan keluarganya. Akhirnya mereka masuk bersamaan. Di ruang tengah Juan dan Jendral bersin secara terus menerus.

"Hatchi!" bersin Juan dan Jendral bersamaan

"Juan kamu gapapa?" tanya nenek Juan khawatir

"Oh no! Hyobi! Leo! Balik ke kandang" panik Jihan melihat kedua kucing itu berada di sopa ruang tengah tertutup bantal dan tepat di depan sopa yang diduduki oleh Jendral-Juan.

Bukannya kembali ke kandang, kedua kucing tersebut malah menatap kesal ke arah kedua lelaki di depan mereka.

"Leo! Hyobi! Push! Sini sayang!" sahut Dara memanggil kucingnya di rumah, begitupun Jihan.

Kedua kucing itu pun melangkah ke arah pemiliknya dan bersikap manja. Maklum keduanya jarang berada di rumah sehingga kedua kucing tersebut merindukannya. Bahkan Leo bermain dengan Noah dan baby Naya anak dari Dara-Jendral.

Memang pada dasarnya kedua lelaki berparas rupawan ini memiliki sifat posesif mereka pun menatap tidak suka ke arah kucing-kucing tersebut. Namun malah kedua kucing tersebut semakin menjadi jadi.

Juan & JihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang