Selamat membaca:))
.
.
.Keesokan harinya Juan dan Jihan berangkat ke bandara diantar oleh Sena. Tadinya Jihan menolak untuk naik pesawat dan ingin melalui jalur laut saja, namun perdebatan dimenangkan oleh Juan.
"Haha.. Sabar ya han.. Cemberut terus kayaknya dari tadi" canda Sena
"Padahal perjalanan kapal lebih seru dan lebih lama" suara Jihan mengecil
"Kamu mau perjalanan yang lebih lama? Ya udah Sen, naik kapal aja" sahut Juan
"Udah.. Udah telat.. Dikit lagi sampe bandara.. Ga usah puter balik Sen.."
"Aduh kalo duo pasutri berantem bingung nih ngikut yang mana"
"Bandara aja, aku udah kangen orang rumah" pinta Jihan
"Siap ibu negara" goda Sena
Mereka pun memutuskan tetap menggunakan transportasi udara. Setelah melakukan pengecekan dan check-in mereka segera masuk ke dalam pesawat.
Selama 1 jam penerbangan dari bandara Raden inten II menuju ke Jakarta dihabiskan dengan berbagi cerita mengenai keseharian mereka, Juan yang menggoda Jihan, dan lain-lain.
Sesampainya mereka di Jakarta langsung disambut oleh supir pribadi keluarga Juan dan beberapa bodyguard yang ternyata di posisi tengah barisan tersebut ada keberadaan nyonya besar Wicaksana.
"Pulang ke Indonesia bukannya ke rumah dulu malah samperin perempuan aneh ini" sinis ibu Juan
"Mom, lagipula sekalian Jihan ke Jakarta dan Jihan bukan perempuan aneh!" Bentak Juan
"Juan.." tegur Jihan sembari mengelus lengan Juan
"Hei, kamu bisa pulang sendiri kan! Ga usah manja minta dianter-jemput sama anak saya"
"Mommy!—"
"Juan, udah.. Iya tante saya bisa pulang sendiri kok.. Terima kasih Juan" ucap Jihan kemudian pergi ke arah lain
"Mom! Apa-apaan sih.. Aku yang mau nganter-jemput Jihan sendiri bukan karena kemauannya..." sahut Juan ke ibunya dan hendak mengejar Jihan
"Minggir kalian!" titah Juan kepada bodyguard yang menghalangi jalannya
"Maaf tuan muda tapi ini perintah nyonya"
Juan tetap memaksa melewati mereka bahkan menggunakan kemampuan beladiri taekwondo yang dimilikinya. Setelah berhasil meloloskan diri Juan segera menyusul ke arah Jihan pergi, dan mengabaikan tatapan yang mengarah kepadanya sejak tadi. Yang dipikirannya saat ini adalah Jihan, ia menyesal tidak mengikuti kemauan Jihan pulang menggunakan kapal saja.
Juan terus mencari eksistensi Jihan, namun hasil yang didapatkan nihil. Apa Jihan sudah naik taksi? Kenapa cepat sekali. Juan segera mengambil handphone disakunya dan mendial nomor Jihan.
"Nomor telpon yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.."
Juan baru ingat kalau ponsel Jihan dimatikan sejak di pesawat tadi. Mungkin Jihan belum mengaktifkan ponselnya. Segera Juan memberhentikan taksi kemudian menuju ke alamat rumah Jihan.
***
Sesampainya di rumah Jihan, Juan segera mengetuk pintu dengan perasaan gelisah. Sang ayah yang membukakan pintu pertama kali.
"Loh Juan sudah sampai.. Jihan kemana? Katanya dia pulang sama kamu?"
"Maaf yah, Juan tadi kepisah sama Jihan.. Juan sudah cari di sekitar bandara tapi belum ketemu" panik Juan
Tiba-tiba sebuah mobil taksi berhenti di depan rumah Jihan, dan Jihan turun dari dalam mobil tersebut. Juan yang melihat itu pun tanpa pikir panjang langsung berlari ke arah Jihan dan memeluknya.
"Loh! Juan kok disini? Bukannya Juan pulang sama ibu Juan?"
Juan tidak membalas dan hanya memeluk Jihan erat. Kegiatan mereka terhenti setelah mendengar deheman dari ayah Jihan.
"Permisi nih ya.. Kalo mau adegan romantis nanti dulu, lebih baik kalian masuk ke dalam dan ganti baju"
"Maaf yah" sahut Juan
Mereka pun masuk ke dalam rumah. Juan bahkan masih menggenggam tangan Jihan erat. Setelah melaksanakan perintah ayah Jihan mereka duduk di ruang tv. Juan pun meminjam baju milik Randy karena tas bajunya yang ia tinggalkan dibandara.
"Tadi kenapa datengnya bisa ga samaan?"
"Juan tadi di jemput yah.. Jihan ga enak kalo ngerepotin keluarga Juan untuk nganter Jihan juga"
Juan pun menatap mata sang pujaan hati
"Oalah, terus kenapa kamu kesini kalo di jemput Juan?"
"Saya yang datengin Jihan kesana, saya juga yang mengajaknya pulang.. Jadi saya bertanggung jawab kalo ada apa apa sama Jihan selama perjalanan"
"Ya ampun, ayah ngucapin banyak banyak terima kasih sama Juan. Kalo gitu nanti bawa beberapa hasil panen aja untuk dibagikan ke keluarga ya.."
"Buah kita udah panen yah?"
"Puji Tuhan.. terus yang bagus bagus sudah ayah pinggirkan"
"Ayo makan dulu... Kalian belum makan kan di bandara?" sahut ibu dari arah dapur
"Belum bu" jawab Jihan dan Juan pun hanya menggeleng
"Ya sudah, makan dulu.."
Mereka pun akhirnya makan bersama. Malamnya keluarga Jihan mengantarkan Juan ke rumahnya. Kedatangan mereka disambut baik oleh ayah Juan.
"Selamat malam, silahkan masuk. Terima kasih ya sudah mengantarkan putra kami pulang"
"Iya ga masalah, kami juga terima kasih Juan sudah baik sekali menjaga Jihan"
"Didik anakmu yang benar, masa ga bisa mandiri" sahut ibu Juan tiba-tiba
"Mom!" tegur ayah Juan
"Maaf ya, istri saya lagi sensitif... Gimana kalo Jihan dan keluarga makan malam disini?" tawar ayah Juan
"Ga perlu repot-repot, kami cuma mengantar saja. Setelah ini kami ada acara makanya pergi bersama" sahut ibu Jihan cepat setelah menyadari ketidaksukaan dari ibu Juan.
"Yah sangat disayangkan, lain kali kita bisa makan bersama-sama ya"
"Iya, kami pamit.. Jihan ayo pamitan ke orang tuanya Juan"
"Saya pamit om, tan—"
"Ga usah salim sama saya, saya alergi sama kamu" tolak ibu Juan saat Jihan hendak salim
"Mom!" kali ini tegur Juan
Juan tentu merasa tidak enak hati mendengar kalimat pedas dari ibunya untuk Jihan apalagi orang tua Jihan ada di hadapan mereka
"Udah gapapa, tante cepet sembuh ya dari alerginya.. Saya dan keluarga permisi" jawab Jihan
Kemudian Juan dan ayahnya mengantarkan keluarga Jihan menuju mobil mereka. Keluarga Jihan keluar dari pekarangan rumah mewah milik Juan menuju ke angkringan terdekat. Mereka memang berencana untuk makan malam di luar rumah setelah mengantar Juan.
"Juan sama ayahnya baik banget, ibunya beda sendiri dek" celetuk Dara. FYI, setelah Dara lulus kuliah ia keterima kerja di Jakarta sehingga keluarga mereka pindah kembali dari Jogja ke Jakarta.
"Ibunya punya kriteria yang tinggi sih mbak" keluh Jihan
"Tapi jawabanmu tadi berani juga haha mbak suka!" puji Dara
"Ya gimana, Juan ngga mau putusin aku ya aku juga ga mau sih... Jadi aku ambil jalan tengah buat beraniin diri hadapin ibunya. Awal awal nyesek sih mbak.. Tapi lama kelamaan jadi biasa aja" curhat Jihan
"Bagus bagus..."
"By the way, ayah sama ibu kok rada lama ya mbak.. Katanya mau beli cemilan di depan sana"
"Udah biarin aja mereka mengulang kembali masa pacaran.."
"Iya juga sih mbak.. Kasian ya bang Randy ga bisa ikut, dia sibuk daftar dan ikut beasiswa sih"
"Iya, baguslah.. Bagian dia buat kita berdua nanti"
"Mantap!" sahut Jihan ceria
.
.
.To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Juan & Jihan
RomanceSeperti halnya perumpamaan es yang mencair ketika disinari matahari kadang kala proses tersebut terjadi pada perasaan manusia. . Saat ada hati yang membeku dingin akan mencair ketika disinari senyum mentari kemudian menjadi rasa hangat. . Perjalana...