Keputusan Ibu

128 23 0
                                    

Selamat membaca:)
.
.
.

Sudah beberapa minggu sejak Juan mengantarkan orang tuanya ke tempat bisnisnya. Ia mempelajari itu semua secara sendiri, bahkan ketika ia masih duduk dibangku SMP. Saudara dan teman-temannya lah yang memberitahu dia mengenai hal-hal tersebut.

Sejak dulu Juan selalu diam-diam atau mencuri waktu dalam bersosialisasi, memang dia tak mudah berbicara dengan orang lain tapi bukan berarti ia tidak mempunyai teman sama sekali. Meskipun sedikit tapi teman-teman Juan adalah orang yang berkualitas tinggi.

"Kenapa kamu kayak murung gitu Juan?"

"Maksudnya?"

"Kamu tau kamu tuh sekarang lebih berekspresi daripada awal kita ketemu, jadi aku tahu kalo kamu sedang gelisah"

"Hm.. Begitukah?"

"Iya.."

"Sebenernya aku ikutin saran kamu yang bawa orang tua aku untuk lihat hasil usaha yang aku bangun.. Aku juga udah ngutarakan semua keinginan aku di depan mereka.. Daddy 100% mendukung keinginan aku tapi untuk mommy.. Dia masih belum kasih aku keputusan.."

Jihan menggenggam tangan Juan menyalurkan ketenangan

"Sabar Juan, ga mudah merubah apa yang sudah dia putuskan.. Berdoa saja semoga hasilnya baik hm..."

"Ya, Semoga. Ah ya.. Aku belum ajak kamu untuk lihat hasil usaha yang aku bangun ya.."

"Haha.. Itu bisa nanti yang paling penting orang tua kamu dulu oke" dibalas anggukan oleh Juan

"By the way, han.. Kamu mau lanjut kemana?"

"Entahlah... Keadaan di rumah lagi ga baik baik aja Juan, kakek ku sakit semakin parah dan butuh banyak biaya.. Aku gatau bisa lanjut atau ngga"

"Han.."

"Tapi gapapa, Tuhan ga akan kasih kesulitan diluar batas wajar umatnya kan? Kalo ada rezeki akan ku ambil kalo ngga aku pikir bisa nanti selagi masih ada waktu"

"Maaf kamu bisa bantu untuk semangatin aku tapi aku belum bisa"

"Hei.. Gapapa.. dengan aku cerita kondisi aku ke kamu itu udah melegakan kok.. Jangan dipikirin ya"

"I'm madly in love with you Jihan"

"Haha.. Dasar gombal"

"It's reality"

"Udah yuk kita turun rooftop, istirahat sebentar lagi selesai"

"Hm"

***

Seusai pulang sekolah dan mengantarkan Jihan, Juan langsung kembali ke rumahnya karena titah sang ibu.

"Ada apa mom?"

"Putusin pacar kamu dan mommy akan setuju sama planning kamu untuk kuliah di jurusan yang kamu mau"

"Mom!"

"Pilih salah satu atau ngga sama sekali"

"Mommy tahu apa tentang dia! Aku ga bakal putusin pacar aku dan aku tetep kuliah di jurusan yang aku mau meski mommy menentang!"

"Sudah berani kamu sama mommy! Emang udah dikasih apa aja kamu sama dia!? Cari pasangan yang sepadan dengan keluarga kita Juan!"

"Mommy ga tau apa apa! Yang ngubah aku jadi lebih baik adalah Jihan, pacar aku bukan mommy atau siapapun.. Saat aku dalam kondisi sulit emang mommy pernah tau.. Ngga kan? Emang mommy pernah mau dengerin aku.. Ngga kan?.. Dia jauh lebih peduli sama aku daripada mommy!"

"Juan Christian!"

"Ngga mom! Aku ga setuju sama keputusan mommy! Aku ga peduli lagi sama apapun keputusan mommy mulai detik ini" Juan menutup telinganya dan berlari ke kamar

"Dasar anak berandal! Cewek kayak gitu cuma manfaatin kamu aja"

Terdengar bantingan pintu yang amat keras setelahnya

"Lihat saja nanti! Awas aja perempuan itu! Aku yang bakal buat dia ninggalin Juan bagaimana pun caranya"

***

Di hari Sabtu pagi di kediaman rumah Jihan sudah di datangi oleh tamu yang tak diundang. Ya, itu adalah ibu Juan. Noze memandang penampilan Jihan dari atas sampai ke bawah secara berulang.

"Kamu pacar anak saya?"

"Ya?"

"Juan... Juan Christian Wicaksana"

"Ah ya betul tante" jawab Jihan sopan

"Saya bukan tante kamu" sinis ibu Jihan

Lalu datanglah ibu Jihan dari belakang dapur

"Silahkan diminum tehnya"

"Ga perlu, saya ga lama. Saya cuma minta kamu untuk putusin anak saya sekarang"

Kedua ibu dan anak itu pun terkejut bukan main

"Maaf bu, ada apa ya? Apakah Jihan berbuat salah?"

"Kalau kalian sadar diri, kita ini ga sepadan.. Juan perlu punya pasangan yang lebih daripada dia"

"Maaf tante, tapi apakah tante pernah melihat Juan tertawa dan tersenyum lebar selama ini? Saya memang baru menjadi pacarnya tapi saya rasa Juan merasa lebih bahagia sekarang"

"Sombong sekali kamu! Saya ibunya, saya yang lebih tau kadar anak saya sendiri! Ingat kalian itu orang asing bagi Juan.. Kamu pasti mau ambil uang Juan aja kan? Dilihat-lihat kondisi kalian yang kayak begini"

"Maaf bu sebelumnya, kami memang bukan dari kalangan berada tapi kami tidak pernah memanfaatkan orang lain, saya juga mengajari begitu kepada anak-anak saya. Lagipula nak Juan sendiri yang datang duluan kesini.." tegas ibu Jihan

"Saya ga percaya, omongan dan hati orang itu beda! Kalian ini munafik! Kamu pasti sudah berhubungan fisik dengan Juan kan makanya dia tergila-gila sama kamu atau kamu pake pelet ya sama anak saya"

"Bu—" tegur ibu Jihan namun segera ditahan oleh Jihan

"Tante, maaf sebelumnya.. Saya mengenal Juan adalah laki-laki yang baik, saya kira keluarganya juga begitu.. Namun anggapan saya ternyata salah. Saya tegaskan kalo saya ga seperti yang anda pikirkan! Terserah anda percaya atau tidak. Kalau anda sudah selesai berbicara silahkan anda keluar. Saya rasa tidak sulit bagi anda untuk mencari pintu keluar!"

"Oh pantas aja Juan jadi berani sama saya, ternyata kamu ya yang ngehasut dia! Saya ga akan restui kalian berdua paham!"

"Terserah anda, yang memilih selanjutnya adalah Juan. Saya tidak meminta dipertahankan atau bagaimana, semua keputusannya saya serahkan ke Juan"

"Ayo kita pergi dari sini! Dasar keluarga kampung!"

"Hiih lo ya yang kampungan! Norak!" teriak ibu Jihan kesal

"Bu, udah jangan marah-marah ya malu dilihat tetangga"

"Habis nyebelin banget sih.. Anaknya baik emaknya model begitu" kesal sang ibu

"Tapi ibu bangga sama kamu! Kata-kata kamu bijak banget" lanjut sang ibu

"Hah.. Kalau kita lawan pakai emosi ga akan selesai bu"

"Aduh anak bungsu ibu udah dewasa.. Terharu ibu.. Tapi hubungan kamu sama Juan gimana?"

"Ya ga gimana gimana, kan sudah ku bilang semua keputusan aku serahkan ke Juan.."

"Tapi kalo kamu pertahanin ibu ga bakal sanggup besanan sama dia tuh"

"Hahaha.. Ibu percaya kan semua orang bisa berubah"

"Iya sih, tapi untuk dia kayaknya susah.. Ngeselin"

"Udah udah bu, mending tanya kabar kakek ke ayah.. Dia sudah mendingan atau belum ya.."

"Iya deh"

'Sebaiknya aku jangan beritahu Juan dulu, dia pasti sedang diposisi yang sulit' ujar Jihan dalam hati
.
.
.

To be continue

Ps : vote kalian membantu aku banget dalam melanjutkan cerita 😊 jadi tolong vote cerita ini setelah membacanya ya😉

Juan & JihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang