12. Melisa

1.8K 96 1
                                    

Yang sudah pergi ternyata masih belum bisa tenang.

_Rasat_




Damar memberhentikan motornya saat sudah sampai di depan rumah Sekar. Sekar turun dari motor Damar lalu memberikan helm milik Damar.

Damar dan Sekar sama-sama saling diam, dia juga tidak berbicara seperti biasanya.
Sekar dan Damar ingin mengunjungi rumah Melisa, tapi ia masih takut ke sana. Jadi, hanya beberapa anak kelasnya yang di wakilkan untuk ke sana bertakziah ke sana.

"Mar, nggak mau masuk dulu?" tanya Sekar setelah mereka beberapa menit saling diam.

"Makasih, kayaknya lain kali aja, aku pamit pulang dulu." Damar melambaikan tangannya di depan Sekar lalu di balas anggukan oleh Sekar.

Sekar masuk ke dalam rumahnya dan berjalan dengan menunduk, ia takut akan membuat Sedayu khawatir nantinya. Sekar membuka pintu rumahnya yang tidak di kunci, Sekar mencari keberadaan ibunya ke sekeliling. Semoga tidak ada Sedayu di rumah. Namun Sedayu sudah berdiri di depannya dan tersenyum.

"Assalamualaikum Bu."
Sekar mencium punggung tangan Sedayu dengan masih menunduk.

"Waalaikumsalam."

Sekar ingin pergi namun pergelangan tangannya di cekal oleh Sedayu. Sedayu merasa ada yang aneh dengan putrinya yang hanya diam lalu menundukkan kepalanya saja.

"Kamu kenapa Sekar? Kok nunduk aja dari tadi?" tanyanya sambil menatap Sekar yang hanya menunduk saja.

Sekar menggelengkan kepalanya pelan, " nggak papa Bu."

Sedayu tidak percaya dengan jawaban dari putrinya, ia memegang wajah Sekar membuat Sekar meringis lalu terpaksa mendongakan kepalanya.

"Astagfirullah, kamu kenapa Sekar?" tanya Sedayu panik.

"Sekar nggak papa Bu, ini cuma jatuh aja pas tadi olahraga." Alibi Sekar, ia ingin cepat-cepat menuju ke kamarnya.

"Kamu bohong sama Ibu, olahraga kelas kamu kan hari Kamis, kenapa sekarang jadi hari Selasa?"

Sekar menghela nafas berat, " maaf Bu."

"Ayo duduk, coba cerita sama Ibu sini, ada apa sebenarnya Sekar?" Sedayu menuntun Sekar untuk duduk di kursi anyaman rotan.

"Sekar di tampar Bu." Sedayu sedikit menegakan tubuhnya, ia akan mendengar kembali penjelasan Sekar.

"Gara-gara Sekar buka mata batin Melisa anak kelas 12 IPA 3 , Sekar di tampar sama sahabatnya, mata batin Melisa juga nggak bisa di tutup lagi Bu."

"Kenapa kamu membukanya Sekar?!"

Sekar hanya diam sambil menundukkan kepalanya tidak mau menatap mata Sedayu.

"Padahal kamu sudah tahu kalau rekosikonya sangat besar Sekar, kamu tidak boleh melakukannya dengan sembarangan."

"Maaf Bu."

Sedayu menghela nafas panjang.

"Ini kemaun dia sendiri atau kamu yang membukanya?"

"Dia."

"Dan hari ini dia... Meninggal Bu." Lanjutnya membuat Sedayu kembali tidak percaya.

"Astagfirullah, inalillahi wa innalilahi rojiun."

"Sekar ngerasa ada hal aneh Bu, katanya ada bekas cekikan di leher Melisa, dan kata polisi ada yang ngebunuhnya, tapi kamarnya masih rapih Bu, nggak ada yang berantakan."

"Ini pasti ulah Nyi Wasista Sekar." Tebak Sedayu dengan mata menerawang jauh ke depan.

"Apa mungkin Bu?"

RASATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang