18. Saingan hati

1.6K 89 2
                                    


Hati, janganlah mencintai
  hati yang sudah terisi

_Rasat_


^^^

Sekar sedang menunggu Damar yang nanti akan menjemputnya. Sekar duduk di kursi panjang depan rumah bersama dengan Sedayu. Mereka berdua mengobrol tentang bagaimana kegiatan Sekar di sekolah meskipun Sedayu sudah tahu.

"Bu," panggil Sekar ragu sambil meremas ujung bajunya.

"Iya, kenapa?"

"Sekar mau bicara soal Nyi Wasista Bu."

Sorot mata Sedayu menyorot tajam ke arah depandan juga raut wajahnya berubah seketika. Sedayu khawatir akan terjadi sesuatu pada Sekar.

"Apa yang kamu ingin bicarakan?" Sedayu menatap Sekar dengan lembut.

"Dia meneror Sekar dengan kertas ini."
Sekar memberikan kertas tersebut kepada Sedayu.

Sedayu menerimanya dengan dahi berkerut. Ia membukanya secara perlahan dan membacanya di dalam hati.

"Populer?"

"Ini teka-teki Bu, dia sengaja buat bikin Sekar khawatir, dan maaf Sekar baru bisa cerita sekarang."

Sedayu diam dan terus menatap lurus ke arah depan.

"Kemarin Sekar menolong seorang anak kecil yang akan di tabrak mobil, dan semua itu juga ulah dirinya."
Sedayu menolehkan kepalanya lalu menghela nafas panjang.

"Ini juga tentang teman sekolah Sekar, dia menyandra Dian dan Melisa di suatu tempat yang gelap."

"Apa?!"

"Dia mengancam siapa saja Bu, kalau Sekar nggak secepatnya nyerahin nyawanya ke dia."

"Dasar! Kurang hajar!"

Tanpa sadar Sedayu meremas kuat kertas tersebut. Sedayu menatap tajam ke arah depan. Sekar merasa bersalah setelah mengatakan itu, dia mengusap lembut lengan Sedayu untuk menenangkan.

"Ibu nggak bisa berbuat apa-apa Kar, yang pasti kamu harus hati-hati."

"Ingat sama Allah, jika kita sudah mengingatnya, percayalah kita akan baik-baik saja."

"Iya Bu."

Beberapa menit kemudian setelah percakapan tadi, motor Damar berhenti di depan rumah Sekar.

Damar melepaskan helmnya, ia memakai celana jeans dan jaket berwarna hijau army.
Damar menuruni sepeda motornya lalu mencium punggung tangan Sedayu.

"Assalamualaikum Bu."

"Waalaikumsalam."

"Silahkan kalau kalian mau pergi sekarang." Ujar Sedayu tersenyum.

"Kita berangkat sekarang Bu, Assalamualaikum." Salam Sekar lalu pergi dari rumah Sekar.

Sedayu menatap kosong kepergian Sekar dan Damar, setelahnya ia menghela nafas berat lalu masuk ke dalam rumahnya.

***

Sesampainya di taman kertas, Damar dan Sekar turun menuju sebuah tempat yang dekat dengan tanaman bunga yang sangat banyak di sana.

Sekar terpaku melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Sekar berdecak kagum melihat bunga-bunga di sekitarnya.

"Gimana bagus kan view-nya? Tanya Damar yang memperhatikan sedikit senyum di bibir Sekar.

"Bagus Mar."

"Kita pergi ke sebelah selatan, aku mau ada pemotretan sama Fiorenza Varischa, tau kan?"

"Iya, dia dari SMA sebelah kan? Model terkenal?"

RASATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang