34. Kembali

1.2K 80 0
                                    

Yang di sini tolong jangan pergi.

_Rasat_


^^^

Sekar saat ini hanya mengaduk-aduk sarapannya, raganya masih di sini, tetapi pikirannya tertuju pada Disha. Sampai nasi yang berada di depannya bahkan sudah mendingin.

Disha sudah bangun atau belum? Dan apakah dia baik-baik saja di sana?

"Loh kenapa nggak di makan Kar?"

Sekar tersadar dan langsung memasukan satu sendok nasi ke dalam mulutnya.
Sedayu menggelengkan kepalanya pelan melihat perubahan pada Sekar lagi.

"Bu, Sekar berangkat, Assalamualaikum."

"Wa-waalaikumsalam."

Setelah berpamitan dengan Sedayu, Sekar memakai sepatunya dengan cepat.
Di depan sudah ada Clara yang duduk di atas kap mobil dan memainkan ponselnya.

"Ayo Kar! Berangkat!"

Sekar hanya menganggukan kepalanya pelan.

Mereka berdua menaiki mobil, lalu Clara melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sekar bahkan hanya diam saja di dalam mobil, hanya suara musik yang menyelimuti keduanya. Sekar menatap kosong ke arah samping jendelanya.
Ia seperti tidak memiliki semangat hidup.

Setelah sepuluh menit tadi, mereka sudah sampai di sekolah.

"Lo kenapa Kar? Diem aja, muka lo tambah pucet? Lo sakit? Atau lo belum makan?"

"Nggak papa."

***

Sekar berjalan dengan cepat menuju ke perpustakaan, dia ingin sendiri namun Clara selalu mengikutinya kemanapun ia pergi.

Sampai ia berpapasan dengan Damar, Damar memasukan tangannya ke saku celananya, ia bahkan menatap kosong ke arah depan dan melewati Sekar begitu saja.

"Mar," panggil Sekar pelan.

Sedangkan yang di panggil hanya terus berjalan pura-pura tidak mendengarnya.

Sekar merasakan sesuatu seperti ada yang menghimpit dadanya, Sekar seperti kehilangan sesuatu di dalam hidupnya.

Sekar menatap sendu punggung Damar yang sudah tidak terlihat olehnya.

"Kayaknya mereka berdua lagi marahan deh, liat Kak Damar nggak nyahut di panggil."

"Mungkin peletnya udah ilang."

"Mulut lo semua mau gue sabunin hah?! Adik kelas aja belagu!"

Kedua adik kelas tersebut hanya berdecak kesal dan menatap sinis ke arah Clara.

"Udahlah Kar, biarin aja dia!"

Sekar buru-buru berjalan menuju ke perpustakaan. Sedangkan Clara berusaha menyeimbangkan langkah Sekar yang terlalu cepat.

"Kamu nggak takut?"tanya Sekar ketika ia sedang duduk di kursi perpustakaan.

"Takut kenapa?"

"Nanti kena sial."

"Sial? Jangan hubungin sama kecelakaan itu, mereka cuma lihat dari satu sisi, lo jangan merasa bersalah, kejadian ini itu udah takdir."

Sekar hanya diam mendengarkannya.

"Loh Non Sekar nggak sama Den Damar? Tumben?"
Tanya pak Wahyu yang datang ke arah mereka dengan membawa secangkir kopi.

Sekar hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Ini siapa Non?" tanyanya lagi karena baru melihat Clara datang ke perpustakaan.

"Clara Pak." Clara tersenyum.

RASATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang