21. Menghindar sejenak

1.5K 89 6
                                    


Aku menghindar bukan berarti aku membencimu, aku menghindar karena aku melindungimu.

                       Sekar Rahayu

Paginya Sekar tidak berangkat ke sekolah seperti biasa. Sekar tadi sudah izin kepada wali kelasnya untuk tidak masuk sekolah selama tiga hari.

Sekar sedari tadi pun hanya tertidur saja di atas ranjang. Bahkan ia tidak tertidur, ia hanya menatap kosong ke arah jendela yang tertutup oleh tirai. Seolah dirinya tak mempunyai semangat hidup lagi.

Tok!

Tok!

Sedayu langsung masuk karena pintu kamar Sekar yang selalu tidak terkunci. Sedayu memperhatikan Sekar yang membelakanginya dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Sekar kamu nggak berangkat sekolah?" tanya Sedayu yang berjalan mendekat ke arah Sekar.

Sedayu duduk di tepi ranjang Sekar.

"Sekar, kamu kenapa nggak berangkat sekolah hari ini?" tanya Sedayu sambil mengelus pucuk kepala Sekar.

Sekar hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Sekar udah izin, tiga hari ini Sekar nggak akan berangkat dan nggak ingin ketemu siapun kali ini."

Sedayu menghela nafas lelah.

"Kenapa?"

Sekar akhirnya berani mendongakan kepalanya dan duduk bersandar di kepala ranjang.

"Tadi malam, Sekar bertemu dengan Arkan, dia mau ketabrak mobil tanpa pengemudi, dan di sana Sekar tahu, Sekar di jebak."

"Jadi Sekar lebih baik, tiga hari ini untuk libur dulu Bu."

"Sekar takut, setiap orang yang Sekar temui, atau setiap orang yang membenci Sekar, dan juga orang-orang yang berada di dekat Sekar, mereka dalam bahaya."

Sedayu menghela nafas panjang kali ini.

"Yasudah lebih baik kamu istirahat lagi, kamu juga sedikit panas."

"Nanti Ibu ke sini lagi, nganter sarapan buat kamu."

Sekar hanya menganggukan kepalanya pelan. Sekar beralih menatap ponselnya yang tidak pernah ia sentuh, bahkan Sekar tidak peduli pesan-pesan dan telepon yang Damar kirim.

***

Sedangkan Damar mondar-mandir saja di depan kelas. Ia sudah menghubungi Sekar sejak tadi, tapi tidak ada satupun pesan yang di balas.
Pikiran Damar kalut dan berkecamuk saat ini. Ini baru satu hari mereka tidak bersama namun rasanya bagi Damar sudah begitu sangat lama.

Damar berjalan menghampiri salah satu temannya yang berada di kelas Sekar.

"Zal!" panggil Damar ketika sudah berada di depan orang tersebut.

Rizal yang di panggil menolehkan kepalanya saat sedang duduk bersama teman-temannya di depan kelas.

"Gue ada perlu sebentar."

Rizal yang sudah mengerti menjauh dari sana dan kini mereka berada di bawah pohon depan kelas.

"Apa yang lo mau tanyain Mar?"

"Lo tahu Sekar kenapa? Gue telpon gue chat, nggak ada satupun yang di bales."

"Ouh dia sakit, tadi dia udah ijin sama wali kelas, katanya tiga hari besok, dia nggak berangkat."

"Dia sakit apa Zal?"

"Gue nggak tahu Mar, yang Bu Iriani bilang
cuma sakit."

Damar menganggukan kepalanya pelan.

RASATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang