Ekstra part

246 17 4
                                    



Suara mesin elektrokardiogram berbunyi di ruangan seseorang yang tengah tertidur.
Sekar membuka perlahan ruang rawat, menatap sendu seseorang yang tertidur disana dengan tenang.

Dua jam yang lalu kecelakaan mobil terjadi didekat jalan sekolah. Korbanya adalah seseorang yang saat ini masih saja memejamkan matanya.

Sekar memutar kembali ingatannya beberapa menit lalu disekolah. Ia mengejarnya dan menggenggam tangannya untuk kembali, tapi mengapa genggaman tangan itu tidak menembusnya, dan juga kakinya pun bahkan tidak melayang. Jadi tadi dia berlari mengejar arwahnya sedangkan raganya di rumah sakit. Dua jam yang lalu dia kecelakaan dipersimpangan dekat sekolah.

"Cla."

"Tenang aja, dia pasti bangun."

"Gimana bisa Cla?"

"Gue juga nggak tahu, pantesan aja tadi disekolah gue, sama sekali nggak liat ada dia disamping Audy."

"Ya. Aku mau kamu cerita Cla, soal kak Alvian yang bisa ketemu sama kamu?"

"Ouh itu..."

Flashback

Bruk!

"Aduh! Jalan yang bener dong!"

"Loh Clara?"

"Eh! Kak Alvian?"

"Maaf, maaf, saya nggak sengaja."

"Iya, nggak papa kok, eh!"

Tersadar sesuatu Clara tanpa pikir panjang meninggalkan Alvian yang memandangnya bingung.

"Clara mau kemana?"

"Sekolah!"

Bingung dengan jawaban yang dikatakan Clara, Alvian ikut berlari mengejarnya, mau apa Clara kesekolah, lagipula ini juga sudah malam, lebih baik ia mengejarnya saja. Perasaanya juga tidak karuan ketika langkahnya memasuki gerbang sekolah.

"Ngapain Kakak ngikutin?"

"Kamu yang mau ngapain kesekolah? Ini sudah malam?"

"Sekar, aku ngejar Sekar kak tadi dia lari kesini tapi-"

Arghh!

Ucapan Clara terpotong oleh teriakan Sekar entah di ruang kelas berapa. Mereka berdua saling tatap dan kemudian berlari menuju sumber suara.

"Di sana." Ucap Alvian memimpin jalan.

Ruang kelas Damar, Clara tahu, tetapi pintu ruangan kelasnya tertutup rapat, mencoba beberapa kali sambil berteriak memanggil Sekar, tetapi pintu kelas masih tertutup rapat.

"Kar! Lo didalam kan? Kar?!"

"Clara!"

"Tunggu gue lagi coba dobrak pintunya."

Alvian mencari sesuatu yang bisa membuka pintu kelas itu. Ia menemukan balok kayu besar dan tanpa menunggu waktu yang lama, ia bisa dengan mudah membukannya.

Nafas Clara dan Alvian terengah-engah karena berlari. Tetapi setelah itu, nafas Alvian tercekat, sesak, matanya mulai memanas dan berkaca-kaca.
Mata Alvian menatap sesosok yang tengah dinantinya, dia berdiri menatapnya sambil tersenyum sendu. Alvian menjatuhkan baloknya. Dia kemudian berjalan mendekat sambil matanya terus menatap lurus sosok itu.

"Dy-dy?"

B-bang v-vian

Audy menggelengkan kepalanya ketika melihat kakaknya berdiri didepannya. Tanpa kata apapun Alvian langsung memeluk adiknya dengan erat.
Tidak peduli dengan seragam kotor, rambut acak-acakan dan darah yang mengalir di kepalanya. Serta bau anyir darah yang menyeruak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RASATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang