15. Teka-teki mati

1.7K 94 3
                                    


Seorang ibu harus mempunyai hati yang lembut.

_Rasat_

Berhubungan dengan kemarin sekolah di liburkan, Sekar hanya membantu Sedayu menyiapkan makanan. Ia berencana untuk menjenguk Clara di rumah sakit karena hari ini adalah hari minggu. Sudah dua hari lamanya Clara di rawat dan sempat mengalami koma.

Mereka berdua tengah memasak sayur bayam, Sekar saat ini tengah memotong bawang. Sesekali mereka mengobrol lalu sesekali tertawa.

"Gimana sekolah kamu Sekar?" Celetuk Sedayu membuat Sekar menolehkan kepalanya.

"Lebih baik Bu."

Sedayu mengangguk kecil lalu mengangkat masakannya.

Tok!

Tok!

Tok!

Ketukan pintu tiga kali membuat Sedayu dan Sekar saling pandang. Padahal jam masih menunjukkan pukul delapan pagi. Sekar berjalan menuju ke arah pintu lalu membukannya.

"Mar?" Alis Sekar bertaut bingung melihat Damar saat ini.

"Assalamualaikum." Salam Damar di depan pintu lalu tersenyum manis ke arah Sekar.

"Waalaikumsalam." Jawab Sekar.

"Kenapa? Tumben pagi-pagi udah datang."

"Kita ngelayat ke rumah Dian?"

"Boleh nanti jam sembilanan, aku masih belum kelar masaknya."

Damar mengangguk, Sekar mengajak Damar masuk ke dalam rumahnya. Damar berjalan di belakang Sekar.

"Siapa Kar yang datang pagi-pagi?" tanya Sedayu yang menuju ke arah Sekar.

"Damar bu."

"Assalamualaikum Bu." Salam Damar lalu mencium punggung tangan Sedayu.

"Waalaikumsalam, Nak Damar."

"Bu, Damar mau ajak Sekar ngelayat ke rumahnya Dian Bu , boleh kan?"

"Boleh silahkan, tapi kita makan bersama di sini aja ya sekalian, Sekar juga belum makan."

"Tapi Bu-"

"Udah nggak papa, rezeki nggak boleh di tolak kan?"

Mereka bertiga berjalan menuju ke arah ruang makan dekat dengan dapur. Sekar dan Damar duduk di kursi, sedangkan Sedayu mengambil masakannya di belakang.

"Silahkan nak Damar duduk dulu."

"Iya Bu."

Sedayu mengambilkan Damar nasi dipiringnya lalu beralih mengambilkan nasi juga untuk Sekar. Damar menatap sendu saat ini, ia ingin merasakan suasana dulu lagi seperti ini. Ia juga berharap bisa makan bersama dengan Bundanya lagi tapi, keinginannya tidak akan pernah terkabul.

"Ayo di makan, semoga saja makanannya enak."

Damar mengangguk, mereka bertiga membaca doa lalu memakannya dalam diam. Damar kagum dengan masakan Sedayu, masakannya sangat lezat membuat Damar jadi rindu masakan ibunya lagi.

"Gimana masakannya Nak Damar?" tanya Sedayu tersenyum.

"Enak Bu, Damar jadi keinget masakan Bunda Damar lagi."

Sedayu tersenyum kecil ke arah Damar.

"Anggap Ibu sebagai Bunda kamu." Damar tersenyum manis, senang rasanya bersama keluarga Sekar.

Setelah makanan mereka selesai, Sekar dan Damar pergi menuju ke arah depan rumah.
Damar menunggu di luar, ia duduk di kursi kayu yang berada di depan rumah Sekar.

RASATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang