19. Fiorenza Varischa

1.6K 90 6
                                    


Sekar selalu saja menderita.

_Rasat_


^^^

Fiorenza sedang berada di sebuah kafe yang sangat terkenal di sini, bersama dengan teman-temannya.
Fiorenza bahkan sedari tadi hanya mengaduk-aduk minumannya.

"Lo kenapa sih Za? Diem aja dari tadi?"

Fiorenza hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Mungkin patah hati kali." Tebak salah satu temannya membuat yang lainnya terkekeh.

"Aku nggak papa."

Yang lainnya hanya mengangguk lalu memainkan ponselnya meskipun masih bingung dengan sikap Fiorenza yang tidak ceria seperti biasanya.

"Jadi gimana tadi, lo ketemu sama Damar kan?"

"Iya."

"Terus gimana, jadi pdkt an nggak?"

"Kayaknya dia udah punya pacar, soalnya dia tadi bawa perempuan, tapi si perempuan itu ngomongnya cuma temen."

"Yaudah sih, nggak usah di pikirin, masa lo langsung nyerah gitu aja, mungkin beneran teman kali."

"Mana Fioren yang selalu dapet apa yang Lo mau, dengan sekali ngomong doang?"

Fiorenza hanya menggelengkan kepalanya, ya benar ia harus berpikir positif, mungkin itu hanya temannya saja. Ya benar, dia juga bisa dapat apa yang ia mau dengan sekali ngomong saja.

Setelah pertemuan tadi mereka pulang dengan membawa kendaraannya masing-masing.

Pukul sepuluh malam Fiorenza mengendarai sendiri mobilnya di tengah jalan yang sedikit sepi menuju perumahan-perumahan yang terkenal mewah dan besar.

Namun entah sejak kapan perasaannya di selimuti hawa dingin sedari tadi.
Bulu kuduknya meremang dan lehernya juga sangat dingin.

"Arrgghh!"

Ckit!

Fiorenza spontan mengerem mendadak karena kucing dengan tubuh berwarna hitam pekat melintas dengan cepat di depan mobilnya.

Fiorenza langsung melajukan mobilnya dengan cepat hingga sampai rumahnya.

Fiorenza berlari di tangga dengan cepat, Ayah dan Bundanya sedang tidak ada di rumah, bahkan ia tidak mengindahkan pertanyaan dari para asisten rumah tangga.

Fiorenza

"Siapa itu?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Fiorenza tidak peduli suara siapa itu, kakinya membawanya ke kamar mandi.

Fiorenza mencuci wajahnya lalu mencuci tangannya.
Fiorenza menghela nafas panjang, ia sedang mencuci tangannya namun bukan air yang keluar tapi darah yang berwarna merah pekat.

Fiorenza memekik ketakutan lalu melihat ke arah cermin yang di belakangnya ada sebuah sosok menyeramkan. Mata merahnya menyorot tajam ke arahnya. Fiorenza langsung keluar dari kamar mandi dan menutup pintu dengan keras.

"Arrgghh pergii!"

Fiorenza langsung berlari ke arah ranjangnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Mungkin hanya halusinasinya saja akibat efek kelelahan.

Namun selimut yang menutupinya tertarik ke bawah ranjang membuatnya memekik ketakutan. Keringat dingin bercucuran membasahi pelipisnya.

"Arrgghh."

Fiorenza berlari ke arah pintu kamar menggerak-gerakkan knop pintu namun tidak terbuka.
Fiorenza menatap ke arah sekelilingnya.
Lampu kamar tiba-tiba menyala dan mati dengan sendirinya.

RASATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang