16. Musuh yang baik

1.7K 96 3
                                    


Selamat membaca ⁠♡

Yang di benci bisa saja lebih berarti.

_Rasat_

Mata Sekar membola melihat ke arah anak kecil di tengah jalan sana. Sekar langsung berlari ke arah luar dan berlari secepat mungkin.

Damar yang penasaran pun hanya bisa melihat ke arah kaca dan matanya juga membola ketika melihatnya.

"AWAS!"

Ckit!

Sekar memeluk anak kecil tersebut dengan erat, orang-orang di sana juga terkejut dengan apa yang dilihatnya. Sedangkan anak kecil tersebut hanya mematung dan gemetar ketakutan.

Sebuah mobil warna hitam mengerem mendadak membuat Sekar bernafas dengan lega.

Buru-buru Sekar membawa anak kecil tersebut ke pinggir jalan. Tak peduli si pemilik mobil yang tengah berdecak dan marah-marah.

"Kamu nggak papa kan?" tanya Sekar khawatir lalu memegang tangan anak kecil tersebut.

"Aku nggak papa Kak."

"Dimas! Kamu nggak papa kan sayang?" seorang wanita paruh baya berlari menghampiri mereka berdua. Anak kecil tersebut menggeleng pelan sambil memeluk bola.

Damar sedikit berlari kecil lalu menghampiri mereka bertiga.

"Makasih yaa Mba, terima kasih banyak, mungkin kalau nggak ada Mba tadi, saya nggak bakalan bisa peluk Dimas lagi."

"Sama-sama Bu."

Wanita paruh baya tersebut tersenyum lalu pamit pergi menjauh dari sana setelah berterima kasih kembali. Sekar memperhatikan wanita paruh baya dan Dimas pergi sampai tidak terlihat lagi punggungnya.

Damar menggenggam tangan Sekar untuk masuk kembali ke dalam kafe.

"Jadi itu maksud teka-teki itu Kar?" tanya Damar saat mereka berdua kembali duduk di tempat semula.

"Iya, itu jawabannya Mar, anak itu masih kecil, berarti jawaban dari teka-teki itu ada di dekat kita."

"Tapi bisa jadi nanti kita bakalan dapat teka-teki baru kan Kar?"

"Kenapa?"

"Karena kamu tadi menggagalkan rencananya."

Sekar terdiam dengan pemikirannya, benar juga pasti setelah ini ia akan mendapatkan teka-teki selanjutnya.

"Kalau boleh tahu, sebenarnya kenapa sosok menyeramkan itu ngejar-ngejar kamu itu untuk apa Kar?"

"Ceritanya panjang Mar, maaf aku nggak bisa kasih tahu kamu ceritanya sekarang."

"Nggak papa."

Sekar menganggukan kepalanya lalu menghela nafas berat. Damar yang mengerti lalu menggenggam tangan Sekar menyalurkan kehangatan semangat pada genggamannya.

"Dont worry, i am here, aku akan bantu kamu sebisaku."

"Makasih."

"Kita ke rumah sakit sekarang atau nanti?"

"Sekarang?"

"Oke."

***

Motor Damar terparkir di area depan rumah sakit. Sekar memperhatikan sekelilingnya, ramai sekali ramai mereka yang lain di sini, bukan hanya manusia saja. Sekar mengalihkan pandangannya saat beberapa sosok mulai memperhatikannya.
Damar melepaskan helmnya dan menaruhnya di atas motor.

Damar menggandeng tangan Sekar lalu mengajaknya masuk ke dalam. Mereka juga tadi sempat membeli beberapa buah dan makanan untuk Clara.

Tolong saya...

RASATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang