36. Rino dan Audy

1.3K 73 0
                                    


Tepati jika sudah berjanji.

_Rasat_

^^^

Seorang gadis dengan seorang pria tertawa bersama sambil mengendarai sepedanya menuju ke sekolah. Sesampainya di sekolah mereka turun dari sepedanya.

"Aku seneng Dy, lihat nilai kamu lebih tinggi, bahkan nilaiku jauh di bawahmu."

"Kamu hebat bisa ngalahin aku!"

"Selamat yah!"

"Makasih yah, ini juga berkat dukungan dari kamu."

"Sama-sama."

Mereka berdua masuk ke dalam kelas dan duduk di barisan paling belakang. Rino juga sama sepertinya mereka  berdua  sama-sama masuk melalui jalur beasiswa.
Mereka berdua sudah bersahabat dekat selama dua tahun sejak kelas sembilan SMP.

"Audy kita nanti ke perpustakaan lagi kan?"

"Iya No."

"Kita nanti kalau jadi Dokter pokoknya ngobatinnya bareng yah Dy!"

"Ya nggak bisa lah! Nanti kan tugasnya beda-beda, kamu kan mau jadi Dokter bedah."

"Iya-iya Dy."

"Aku udah nggak sabar mau jadi Dokter No."

"Sabar Dy, kita masih lama belajarnya."

Bel masuk berbunyi membuat Bu Dita memasuki kelas sepuluh IPA satu.
Setelah berdoa tadi barulah Bu Dita mulai mengajar di kelas tersebut.

Bu Dita mulai menulis rumus dan satu soal latihan untuk di kerjakan oleh salah satu dari mereka.

"Ada yang bisa mengerjakan?"

Sedangkan Audy masih sibuk mencorat-coret angka di bukunya. Otaknya berpikir keras untuk menemukan jawabannya. Akhirnya ia bisa menemukan jawabannya.

"Saya Bu!" Audy mengangkat tangannya.

"Tumben angkat tangannya nggak barengan sama Rino, Audy kan saiangan terberat kamu No."

"Rino belum ketemu Bu, jawabannya."
Jawab Rino sambil terus mencorat-coret angka di bukunya.

"Yasudah Audy silahkan maju Nak."

Audy berjalan dengan pelan menuju ke papan tulis. Tangannya mulai menulis angka-angka yang menurut mereka yang lain membuatnya pusing. Sedangkan di mata Audy tidak begitu sulit.

"Jawaban yang sempurna Audy."
Puji Bu Dita dan tersenyum ke arahnya.

"Terima kasih Bu."

Audy berjalan kembali ke tempat duduknya. Audy tersenyum melihat tulisannya yang rapih di papan tulis.

Bel istirahat berbunyi nyaring, Audy pergi bersama dengan Rino menuju ke perpustakaan. Audy tidak membawa uang untuk membeli makanan, bahkan ia juga tidak membawa bekal karena yang penting adiknya sudah makan.

"Lo Audy?" tanya Damar karena ia di perintahkan untuk memanggil siswi bernama Audy. Ia sangat sibuk karena ia yang masih menyandang jabatan sebagai ketua OSIS.

"Iya Kak, saya Audy, ada apa?"

"Lo di panggil sama Bu Indah di ruang guru."

"Ouh iya Kak."

Setelah memanggil Audy Damar pergi menuju kembali ke ruangannya.

***

Minggu demi minggu berlalu, wajah Audy tidak seceria biasanya, wajahnya selalu murung setiap harinya. Wajahnya juga banyak yang lebam karena terkena tamparan.

RASATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang